Semua Bab Kesempatan Kedua: Bab 81 - Bab 90
107 Bab
Akhirnya Official
Agni keluar dari ruang VIP dengan cepat. Sesekali dia masih menghentakkan kakinya menahan kesal.“Mbak Angi....” Rara yang berniat menyapa Agni, menghentikan ucapannya saat bos-nya itu berlalu begitu saja.Agni baru sampai di samping mobilnya, tiba-tiba telepon genggamnya berdering. Saat melihat kalau Samudera lah yang menelepon, wajah Agni yang semula terlihat menahan kesal, menjadi relaks.Agni tersenyum manis, walaupun dia tahu Samudera tidak bisa melihatnya. Lalu menggeser ikon hijau dan menempelkan benda pipih itu pada telinganya.“Halo, Sam,” sapa Agni lembut.“Sudah selesai bertemu Bryan?’ Suara Samudera terdengar dari seberang telepon.Mendengar nama Bryan disebut, wajah Agni kembali terlihat kesal. Wanita cantik itu tidak menjawab pertanyaan Samudera selama beberapa waktu.“Kamu masih disana?’“Oh, I-iya masih. Emm... Aku sudah selesai bertemu dengan Bryan, dan seka
Baca selengkapnya
Little Boy
Andi pergi ke tempat yang ditunjukkan pada pesan teks anonim tadi. Dan dia mendapati hamparan hutan lebat, yang membuatnya sedikit ragu. Apa benar tempatnya disini? Andi tahu kalau kawasan ini merupakan hutan lindung, yang biasa dipakai untuk resepsi pernikahan, foto prewedding hingga berkemah. Namun, apa mungkin seseorang seperti kepala keluarga Aditama, mengadakan pesta pernikahannya di tempat seperti ini? Meskipun sedikit ragu, Andi tetap melangkahkan kakinya. Saat memasuki hutan, Andi merasa lega karena melihat resepsi pernikahan mewah, tengah berlangsung dihadapannya. Tanpa membuang waktu, Andi bergegas berbaur dengan tamu undangan. Apalagi, dia melihat tingkat keamanan yang sedikit lengang. Andi yang mengenali beberapa pengusaha ternama, ikut berbincang mencari relasi. Satu hal yang sedikit membuatnya heran adalah, dia tidak melihat kehadiran kedua mempelai di manapun. ‘Mungkin mereka sudah beristirahat,' pikir Andi. Dia tidak peduli dengan hal
Baca selengkapnya
Ternyata Tidak Sulit
Karena alasan stamina Agni kurang fit, maka ritual malam pertama mereka harus tertunda. Namun, bukan berarti Samudera melepaskannya begitu saja. Pria itu tetap mencuri kesempatan.Cakaran pada punggung Samudera dan tanda merah yang tersebar dari tulang selangka hingga pangkal paha Agni, adalah saksinya...Agni perlahan membuka matanya dan menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia masih mengumpulkan nyawa, hingga suara pintu yang dibuka membuat Agni mengalihkan pandangannya. Dan mendapati, Samudera keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian santai.“Selamat pagi, istri....” Ucap Samudera sambil mengecup kening Agni.“Pagi suami....” Agni melebarkan kedua tangannya meminta pelukan.“Mandi dulu, setelah itu makan. Sarapannya sudah aku pesan. Dan, baju kamu juga sudah Ku siapkan yang baru. Yang lebih layak pakai,” ucap Samudera setelah melepas pelukan mereka.“Aku??” Agni mengangkat sebelah
Baca selengkapnya
Uang Lebih Penting
Mbok Inem masih menunggu Aska di depan pintu Toilet, tetapi hampir lima belas menit, anak itu belum juga keluar. Sejak tadi hanya seorang pria yang membawa carrier¹ saja, yang keluar dari dalam Toilet. Selebihnya tidak ada. “Aska....” Karena merasa ada yang aneh, Mbok Inem mencoba memanggil Aska. Namun, tidak ada sahutan dari anak itu. Tok tok tok... “Aska... Sudah selesai apa belum?” Wanita paruh baya itu sampai mengetuk berkali-kali. Namun, lagi dan lagi, tidak ada jawaban dari Aska. Hal itu membuat mbok Inem gelisah. Ia takut jika anak itu terjatuh di kamar mandi atau apa. Mbok Inem masih terus mengetuk, hingga suara langkah kaki dari ujung lorong, membuatnya memalingkan wajah. Dan terlihat Butler Karim berjalan dengan terburu-buru kearahnya. “Ada apa?” tanya Butler Karim. “Aska... Sudah lebih dari lima belas menit dia di dalam, dan belum keluar sampai sekarang,” jawab Mbok Inem tanpa memandang Butler Karim. “Biar saya lihat.” Butle
Baca selengkapnya
Kerja Bagus, Rein
Bunyi ban berdecit, membuat orang-orang terkejut. Terlihat, Agni dan Samudera keluar dari mobil dengan wajah khawatir.Semua orang yang ada di sana tidak bisa menyembunyikan raut penyesalan dari wajah mereka. Apalagi mbok Inem, wajah wanita paruh baya itu pucat pasih. Dia terus menyalahkan dirinya atas kejadian ini.Agni berjalan kearah mbok Inem, lalu memeluknya.“Maaf, Mbak....”“Ssttt... Tidak apa-apa, Mbok. Ini bukan salah Mbok Inem, penculik itu yang terlalu licik,” ucap Agni sembari mengusap punggung Mbok Inem.“Tapi, Mbak....”Agni menggeleng, “Nggak apa-apa, Mbok. Sekarang serahkan semuanya pada aku dan Samudera,” ucap Agni setelah melepas pelukan mereka. “Mbok tidak perlu khawatir. Sebaiknya, mbok istirahat saja ya, biar kami yang mencari Aska.”Mbok Inem ingin menolak keinginan Agni. Akan tetapi, saat melihat raut tidak ingin dibantah dari majikannya itu, Mbok Inem
Baca selengkapnya
Keenan
“Agni...?” Lirih pria itu. “Untuk apa dia ada di sini?” Karena penasaran, pria itu diam-diam mendekati mereka. Namun, tetap menjaga jarak. Hingga ia mendengar percakapan mereka.“Aska di culik?” Dia semakin mengerutkan keningnya.“Pak Andi....” Tepukan pelan di bahunya, membuat Andi terlonjak kaget. Dia masih sempat menoleh ke arah Agni, untung saja wanita itu tidak menyadari kehadirannya.Saat berbalik, Andi mendapati seorang wanita cantik dengan balutan gaut navi ketat. “Oh, Bu Claudia, ada apa?”Claudia, wanita cantik berdarah blasteran, yang merupakan teman kencan satu malam Andi itu, menatapnya dengan senyum. “Tidak. Aku lihat, pak Andi terus menatap kearah sana, karena itu aku menyapa,” ucap Claudia dengan kekeha kecil. “Apa anda kenal dengan pasangan itu?”“Pasangan?” Andi mengerutkan keningnya.“Iya, pasangan. Setauku mereka baru saj
Baca selengkapnya
Saya Pamit
Agni menutup mulutnya, melihat darah yang mengalir deras.“Ti-tidak... Mbok!!”Agni berlari sekuat tenaga menghampiri tubuh mbok Inem yang terbaring di tanah. “Tidak, tidak, Mbok... Mbok bangun!” Agni berteriak dengan keras tetapi mbok Inem hanya membuka matanya sedikit, lalu tersenyum.“Untung saja, mbok tidak terlambat.” Darah mengalir dari dada sebelah kiri, dan celah bibir mbok Inem. Akan tetapi, wanita paruh baya itu tetap tersenyum. “Maafin kelalaian mbok ya, Mbak...”Agni menggeleng, dia tidak ingin wanita yang selalu menemaninya di masa-masa tersulit, terus menyalahkan dirinya. “Mbok tidak salah. Ini murni kecelakaan.”Agni terus berbicara dengan mbok inem, sementara Samudera meminta beberapa orang untuk memanggil tim medis.Tadi, saat keluar dari area hotel, dia melihat ada sebuah klinik didekat sini. Karena kalau mereka memaksa untuk membawa mbok Inem ke kota. Samudera tak
Baca selengkapnya
Bajingan Beruntung
Hari masih sangat pagi, namun suasana di kediaman Pramono sudah mulai ramai. Laras sibuk kesana kemari menyiapkan makanan bersama para maid. Raut kelelahan tergambar jelas di wajah nyonya muda Pramono itu.Entah pantas disebut nyonya muda atau tidak. Karena posisinya, tidak lebih tinggi dari asisten rumah tangga disini. Satu hal yang Laras syukuri sampai saat ini, meskipun mereka bersikap sinis padanya, tetapi keluarga Andi memperlakukan putrinya Laura dengan baik.Hal itu lebih dari cukup untuk Laras. Tidak masalah mereka menghina, atau memperlakukannya seperti bukan manusia, yang penting bagi Laras hanya kebahagiaan putrinya saja.Setelah sarapan pagi siap, satu persatu anggota keluarga Pramono, termasuk Friska, Rani dan Shaka, serta Kinan dan kedua orang tuanya mulai mengisi kursi kosong di meja makan. Laras dan Laura pun ikut mengambil tempat.“Sudah ada kabar dari Andi, Ras?” tanya Friska tiba-tiba.Laras menggeleng pelan. “B
Baca selengkapnya
Kekasih Masa Kecil
“Selamat pagi....”Agni yang tengah menyiapkan sarapan pagi, dikejutkan dengan sepasang lengan kekar melingkar di pinggangnya.“Pagi, sayang,” jawab Agni dengan senyuman.“Mandi, kak. Abis itu bantu aku bangunin Aska,” ucap Agni lagi pada Suaminya yang tengah memberikan ciuman ciuman kecil pada lehernya.“Hmmm....” Samudera bergumam pelan. Setelah memberikan satu kecupan di bibir Agni, pria itu melepaskan rangkulannya dan kembali ke kamar....Bunyi denting sendok mengiring sarapan pagi mereka, beberapa kali obrolan obrolan kecil turut juga terselip dalam sarapan keluarga kecil itu.Dua bulan sudah terlewat, sejak peristiwa nahas yang merenggut nyawa mbok Inem. Setelah kejadian itu, Agni menjadi lebih protektif pada putranya. Agni bahkan samapi menyerahkan operasional Kafe pada seorang manager profesional, yang direkrut sendiri oleh Samudera. Hal itu ia lakukan agar bisa menemani Aska ke
Baca selengkapnya
Saya, Tidak Suka!
“Kekasih masa kecil, sekaligus orang yang dijodohkan dengan Samudera....” Mawar memotong ucapan Mayang. Bella tersenyum mendengar ucapan Ibunya, lalu menatap Agni dengan sinis. Mayang terlihat serba salah. Dia sudah tahu seperti apa sifat Mawar. Arogan dan suka pamer, juga provokatif. Mayang hanya bisa meminta maaf pada Agni lewat tatapannya. Sementara Ratna, wanita senja itu menatap Mawar dengan geram. Namun, berbeda dengan Ibu mertua dan neneknya, Agni justru menatap mereka dengan tatapan mengejek. Agni mengangkat sebelah alisnya, sambil menyeringai. “Ekhm... Sepertinya saya belum memperkenalkan diri dengan benar,” ucap Agni sembari mengulurkan tangannya. “Perkenalkan, saya Agni. ISTRI SAHNYA SAMUDERA ADITAMA. Saya adalah, Nyonya Muda keluarga Aditama. Salam kenal!” Agni menekan setiap kata yang diucapkan. Sembari menatap mereka dengan tajam. Ratna menatap cucu menantunya dengan senyum. Rasa bangga tergambar jelas di wajahnya. ‘Ini baru cucu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status