All Chapters of Ketua OSIS: Chapter 51 - Chapter 60
81 Chapters
Bully
Alhamdulillah Eva sudah merasa lebih baik sekarang. Untunglah ia tidak lupa memberi tahu mamanya lebih dulu bahwa ia akan pulang terlambat hari ini karena harus menyiapkan acara dalam rangka datangnya Prof. Ir Arief Wijaya, ME—selaku pemilik Taruna Bangsa.Malam hampir menjelang. Matahari sudah ingin membenam di ufuk barat. Saat ini OSIS dikumpulkan di ruang OSIS. Dilihat hanya tinggal segelintir orang yang tersisa. Sebagian lagi izin ada kegiatan lain yang entah benar atau tidaknya. Ada pula yang langsung pulang begitu saja.Eva menyandarkan pinggulnya pada meja untuk rapat OSIS di bagian divisi utama. Di sebelahnya terdapat Adam yang ikut berdiri juga. Sementara di tangan Eva saat ini terdapat sebuah agenda dengan ukuran kecil. Ia menepuknya beberapa kali. Tindakan tersebut sukses menyorot atensi anggota OSIS yang sudah diatur untuk duduk melantai di hadapannya
Read more
Destruction
Terlalu muak pada semestaKenapa meletakkan orang yang tak bisa menghargai di sekelilingku?Aku ingin keluar dari lingkup toxic ini tapi seolah tak diberi celahSemesta tak beri aku pilihan lain.Sebegini susahnya kah pertahankan beasiswa? Jika boleh menyerah aku ingin semuanya cukup sampai di siniMenjauh dari kota ke tempat terpencil sekalipun, demi ketenangan diriBeberapa jalanan sepi banyak yang di kelilingi orang yang saling memahamiAku tak mau banyak.
Read more
Unexpected Meeting
Ketimbang berdiam diri di rumah. Sangat membosankan hanya dengan memikirkan tugas sekolah, pekerjaan OSIS, anak Kompeni yang brengsek, teman-teman jahannam yang sangat stres tak pernah ada saat dibutuhkan. Akan lebih baik Eva gunakan sorenya yang indah ini dengan menemani mamanya belanja ke pasar memberi bahan keperluan membuat kue. Hitung-hitung sebagai healing melepas kepenatan masalah di sekolah yang tak ada habisnya.Senyuman ramah membalas sapaan orang-orang yang ia lewati menemani perjalanannya ke pasar bersama sang mama. Namun sebelum itu Vina harus mampir ke beberapa toko lebih dulu untuk mengambil uang kue yang ia titipkan tadi pagi. Rutenya memang seperti itu setiap hari. Malam membuat kue, pagi menitipkannya, kemudian sore mengambil uangnya."Bu, saya ambil uang kue tadi pagi!" panggil Vina pada salah satu toko yang ia
Read more
Present
Rambut tergerai dengan beberapa helai yang lengket di pipi gembulnya tampak kemerahan. Terlihat jelas bekas tangan seseorang menjiplak di sana. Saat ini Shouma melekat erat pada tubuh kekasihnya, menginginkan perlindungan dari sana. Duduk saling berhadapan dan merapat di dalam mobil.Tangisannya sudah mereda. Namun isakan lirihnya benar-benar tak bisa dihentikan. Semua yang terjadi padanya hari ini benar-benar membekas sampai ke relung hati. Mentalnya tak dapat berbohong soal ini. Uma merasakan trauma yang mendalam.Pelan dan terbata Uma menceritakan semuanya sedetail mungkin pada Rehan. Sementara cowok itu mendengarkan dengan tangan yang aktif mengelus rambut panjang Uma yang tergerai indah, menenangkan kekasihnya itu yang masih bergetar takut di sela-sela isakannya bercerita.Karena
Read more
Rejection
Hari ini adalah H terakhir kesiapan OSIS untuk membangun pesta megah menyambut datangnya pemilik sekolah besok. Namun Eva selaku ketua OSIS justru tidak melakukan pekerjaannya dengan optimal di karenakan kedatangan Arta yang secara tiba-tiba menemuinya. Sedari tadi cowok itu bersikukuh untuk mengajak Eva pergi entah kemana walaupun Eva sudah berusaha menghindari keberadaannya sedemikian rupa. Hal tersebut tentunya membuat bisikan-bisikan menyumpah serapahi Eva kian mendera.Kepulangan cowok itu dari Bandung sangatlah tak membuat Eva lega sama sekali. Justru gadis itu muak sendiri dengan tingkah Arta yang riweh padanya. Baru kemarin cowok ini berdansa romantis dengan Melly. Lantas kenapa sekarang masih mengganggu dirinya?"Kenapa sih, Kak!" jerit Eva tertahan. Matanya memanas perih menghadapi manusia batu yang semaunya sendiri ini. "Kenapa
Read more
Identitas
Terpaan sinar matahari di atas sana rasanya benar-benar membakar siapa saja yang berada di bawahnya. Dengan bibir mengerucut sebal dan tangan mungil yang terkepal erat di sisi tubuh gadis itu sudah menggambarkan bagaimana kesal si empunya sekarang.Berulang kali Eva menciptakan ruang panggilan dengan Arta di ponselnya. Namun selalu saja suara operator yang terdengar membuat Eva benar-benar diliputi dendam terhadap cowok itu. Demi apapun Eva merasa telah dipermainkan!Berakhir ia berdiri dengan tatapan kesal pada gerbang sialan yang menjadi penghalangnya untuk masuk ke dalam. Kaki Eva terasa sangat pegal sekarang karena berdiri lumayan lama di sini. Benar-benar Arta sialan! Ingin rasanya Eva pulang, tapi takut cowok itu marah nantinya.Eva mengerang tertahan. Tak dapat menahan sabar leb
Read more
Don't Like Cars
"NOOO!! NEVEERR!!"Pekikan histeris gadis ber-canda itu membuat orang-orang yang berada di sekitaran mereka menoleh padanya sebagai sumber suara.Karenanya perlahan genggaman erat Arta pada pergelangan tangan Eva mengendur. Cowok itu tak dapat menutupi raut keheranannya melihat kepanikan gadis itu padahal Arta hanya ingin mengajaknya pergi menggunakan mobil karena langit sedang mendung.Napas Eva memburu cepat dengan tatapan nanar pada manik Arta. Gadis itu menarik napas dalam untuk mengontrol dirinya sendiri. "Sumpah demi apapun gue lebih baik kehujanan pakai motor ketimbang naik mobil!" katanya penuh penekanan. "Gue mau mati rasanya kalo naik mobil."Arta sampai melongo dan mengerjabkan matanya berulang kali karena kebingungan se
Read more
Bag
Hampir semua kalangan ada di sini. Mulai dari balita, anak-anak, remaja seumuran mereka, bahkan para orang tua pun tampak berhabagia menghabiskan waktu bersama keluarga maupun pasangan mereka. Berjalan beriringan dengan tangan saling menggenggam, putri kecil yang digendong riang oleh ayahnya, mereka penuh kegembiraan dengan wajah berseri-seri.Tadi itu Eva melewati wahana negeri dongeng. Sangat cantik sekali. Banyak kerajaan megah terbangun indah di sana. Seperti capadocia, impian semua orang. Tanpa sadar senyuman Eva terukir manis seolah tertular kebahagiaan semua orang."Apa yang lo liat?"Eva dibuat tersentak oleh teguran Arta untuknya. Padahal Eva memperhatikan orang sambil berjalan mengikuti kemana pun Arta pergi. Lalu apa masalahnya? "Emang salah??" respon Eva judes.
Read more
Glasses
Langkah kaki Eva yang mungil menghantarkannya pada sepasang remaja yang sedang hang out bareng dan mereka terlihat sangat bahagia sekali. Tanpa sadar bola mata Eva berbinar menunjukkan betapa ekspretifnya ia, tak menyangka akan bertemu Uma di sini. Ternyata Jaksel kecil ya?"Lo ngapain ke sini, Ma?" ujar Eva bertanya saat sudah sampai di depan sahabatnya. Bibir atasnya memindai bibir bawah. Rotasi bola matanya juga tak tentu arah bergilir ke arah Rehan maupun Uma sendiri.Melihat kelakuan gadis itu membuat Arta menghela napas dan mau tak mau menyusulnya. Nanti kalau hilang Arta juga yang repot 'kann."Beli kacamata, Va," sahut Uma seadanya.Eva mengangguk mengerti. Iya, nggak salah sih. Pertanyaan Eva saja yang terlalu bas
Read more
Hero 2
Betapa keren kesenian yang dimiliki oleh tangan-tangan sang perakit moge ini. Warna hitam dengan varian abu-abu pada body serta ujung tempat duduk bagian belakang yang desainnya meruncing terkesan begitu berkelas hingga rasanya siapapun laki-laki yang mengendarai moge ini akan terlihat bekali-kali lipat lebih mempesona di mata kaum hawa.Setelah melalui jalanan kota Jakarta yang begitu padat nan panjang, akhirnya sampai juga kuda besi tersebut di depan gerbang markas geng motor Kompeni.Dua insan yang sedari tadi menunggangi benda tersebut saling diam tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Mereka saling berperang dalam batin hingga menciptakan suasana yang tak mengenakan.Arta sang pemilik moge memberhentikan kendaraannya, sementara kedua kakinya ia turunkan hingga menapak ke tan
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status