All Chapters of Pelabuhan terakhirku: Chapter 61 - Chapter 70
77 Chapters
Bab 60
"Hei Nak. Ada yang lupa?" Azerus sengaja mengelak. "Iya, Pah. Handphone Binar ketinggalan," Binar sengaja mengikuti permainan ayahnya, agar Azerus tidak mencurigai jika Binar sedang menyelidikinya. "Dimana ya ponselnya" gumam Binar."Oh itu dia," gumamnya lagi setelah mendapati ponselnya di atas meja."Oh ya Pah, tadi telepon sama siapa?" Binar sengaja tidak melihat ayahnya,  ia berlagak hanya fokus pada Handphone di genggamannya."Gak sama siapa-siapa.  Teman lama  Papa," elak Azerus. "Oh kirain siapa, tapi kok tadi kayak Binar dengar Papa sebut diri Papa, Ayah." bantah Binar sengaja. Ia masih memfokuskan pandangannya dengan ponselnya. Azerus terdiam, ucapan Binar tadi membuatnya kehabisan kata-kata. "Hei Pah," ujar Binar yang membuyarkan Azerus. "Serius amat," tambah Binar.  Sengaja ia memberikan senyuman terbaiknya agar Azerus tidak down lagi.
Read more
Bab 61
“Guys, kita sudah sepakat untuk ke pantai saja,” ujar Aras memulai pembicaraan, sementara semua anggota dari kedua kubu segera mengalihkan fokus mereka dari ponsel karena sedari tadi mereka sedang memainkan game yang cukup populer. Mereka main berregu. Mabar, mereka biasa menyebutnya demikian.“Besok jam berapa berangkat?” potong Jaya bersemangat.“Sory bro, gue ada usul. Gimana kalau kita bahas dulu mengenai perlengkapannya,” Ziyo angkat bicara.“Boleh juga itu,” Rindi turut menambahkan.“Kalau untuk masalah tenda, kita gak perlu khawatir. Kazuo punya tiga buah, apa kurang?” tutur Aras yang menyepakati ide Ziyo dan Rindi.“Oh bagus itu. Raygem punya satu tenda jenis ridge, yang kayak camping anak pramuka,” tambah Chal yang sudah tidak mau ikut Dexlicas lagi.“Bagus itu, tapi saya rasa kita butuh satu lagi,” tambah Aras. Jumlah mereka hampir mencapai lima pul
Read more
Bab 62
Irishena keluar dari mobil.  Binar sedikit mengucek matanya yang belum bisa melihat dengan sempurna. "Mama..." teriaknya kemudian. "Good morning sayang, jangan kencang-kencang ngomongnya, yang lain masih tidur." ujar Irishena sedikit berbisik. "Papa di mana?" tanya Irishena setelah Binar membukakan pintu untuknya. "Masih tidur, Mah" jawab Binar tidak jelas karena sementara menguap kecil."Pasti kamu gak tidur karena jagain Papa, ya?" tanya Irishena kemudian setelah melihat kantong mata Binar yang membengkak."Ah tidak begitu juga," elak Binar. Ia membantu Irishena  membawakan barang-barangnya.   "Mah, Binar siapkan sarapan dulu," ujar Binar yang segera balik kanan setelah menghantarkan ibunya sampai di depan pintu kamar Azerus. "Mama temanin," tawar Irishena. "Jangan. Mama pasti capek. Biar aku saja," tolak Binar. "Ga
Read more
Bab 63
Mereka segera berpisah setelah Aras mengumpulkan mereka semua untuk makan siang. Siang ini tidak perlu repot untuk masak, mereka sudah menyiapkan bekal untuk langsung  dimakan saat tiba. Sekali lagi Aras mengingatkan mereka semua untuk tidak boleh berpencar dan membuat kerusuhan. Seperti biasa ia juga menekankan agar tidak ada yang boleh memposting di sosial media segala kegiatan yang mereka lakukan. Ziyo akan membuangnya ke laut jika sampai kedapatan, begitu ancamnya. Tentu saja, Trea dan gengnya sangat tidak nyaman dengan hal itu. Mereka bersepakat akan menghabiskan waktu satu jam setelah makan untuk beristirahat,  bebas dari skenario yang sudah mereka sepakati bersama.Tenda yang mereka dirikan cukup teduh. Di bawah sebuah pohon asam yang sangat besar dan rimbun. Aras, Rindi, Tiar, dan Ziyo memilih untuk mengobrol di saat anak-anak lain sibuk mencoba tenda mereka masing-masing. "Gimana?" ungkap Aras yang memulai pembicaraan sebab sedari tadi
Read more
Bab 64
Binar segera menjalankan tugasnya. Pergi tanpa pamit kepada ibunya,  Azerus  sengaja melarang dia untuk melakukan hal itu.  Binar berangkat hanya bersenjatakan sebatang kayu. Itu adalah pendayung perahu yang berukuran kecil. Mainannya sewaktu masih kecil, namun masih sangat kuat. Itu adalah kayu asli.Binar terus menelepon ayahnya, agar bisa mendengar bunyi nada panggilannya.  Ponsel itu tergeletak di dekat pondok, tempat biasa Azerus menyimpan barangnya sebelum melaut. Aras yang ketika hendak membuang air kecil Mendengar suara dering itu. Ia melangkah kecil ke arah sumber suara. Awalnya ia tidak peduli, namun karena ponsel itu masih terus berbunyi, makanya ia berinisiatif untuk mencarinya. Aras mendapati ponsel yang tergeletak begitu saja tanpa ada tuannya.  Ia pun menerima panggilan tersebut, khawatir jika pemiliknya sedang mencari. Sekilas ia membaca nama pemanggil yang tersimpan di kontak itu. Putriku, tulisnya."Halo," ujar Binar ketika pa
Read more
Bab 65
"Orangnya ada," tegas Aras. "Dia ikut? Terus Tiar mau kamu ke mana kan?" umpat Binar."Itu kan. Kamu salah paham lagi. Kita cuman teman. Tiar itu sahabat kecil aku," balasnya polos. "Tiar kayaknya punya sesuatu yang lebih terhadap kamu. Kamu gak sadar sih?" elak Binar. "Biasa aja tuh" bantahnya."Emang sih orang yang diberi perhatian tidak akan sadar. Hanya orang lain yang melihat yang tahu," gumam Binar. Aras terdiam mendengarkannya. Ucapan Binar tadi mengundang seribu harapan dalam hatinya. Itu terlihat jelas dari sorot matanya. "Kamu sedang di fase itu ya?" goda Aras. "Tidak," elaknya."Terus tadi senyum sendiri.  Masa senyum mendapat sms tawaran pulsa telkomsel." Aras terus menggodanya."Gak tahu juga sih, menurut kamu definisi cinta itu kayak apa?" tanya Binar. Waktu kian bergulir. Mereka masih bergelayut dalam indahnya cerita yang tak berujung. Mengikuti ke mana
Read more
Bab 66
Suara gelak tawa selalu terdengar setiap mereka keliru menyanyikan lirik lagu dan kadang mereka sengaja mengubahnya menjadi sebuah lelucon. “Oh ya guyz, kita tidak bisa mengadakan bersih-bersih lingkungan, besok” ujar Aras ketika para penyanyi jadulan itu tengah memikirkan lagu apa yang akan dinyanyikan selanjutnya.“Kenapa? Dilarang ya?” tanya Jaya yang mewakili pertanyaan merela semua.“Bukan. Tidak dilarang kok. Cuman tadi saya keliling tapi gak ada sampahnya,” jelas Aras sabar.“Oh. Lah terus kita pulang gitu?”  ungkap Jaya kecewa.“Tidak kok. Tadi sewaktu saya keliling ada yang tawar untuk  bantu tanam bakau. Kira-kira gimana menurut kalian?” Aras coba menawarkan.“Sepakat,” jawab mereka semua kompak tanpa menunggu waktu yang lama.“Ok, besok kita tunggu saja. Oh yah, yang cewek pada tidur gih, terus yang tugas jaga tetap stay yah, buat yang belum pike
Read more
Bab 67
Beberapa saat ruangan itu tampak sepih, Azerus terlihat sedikit berpikir sementara Binar menatapnya penuh harap.“Gimana Pah?” tutur Binar yang memecah sunyi.“Ah boleh aja sih, cuman kamu tahu sendirikan selera  musik Papa gimana?” balas Azerus akhirnya.“Ah palingan lagu era delapan puluh-an, Binar suka kok,” jawab Binar antusias, tidak ada tampang kecewa di matanya.“Serius?” jawab Azerus ragu, “Bukannya anak sekarang itu lagi demam K-pop?” lanjutnya.“Yah mau gimana lagi. Lagian Binar suka jenis musik apa saja asal suara penyanyinya saja yang tidak cempreng,” canda Binar. Azerus menyerahkan ponsel itu kepada putrinya dengan senyum yang sedikit dipalsakan. Binar mulai mengutak-atik ponsel yang sudah terpecahkan sandi keamanannya itu. Jarinya lihai menggeser dan mengetuk beberapa opsi yang tersedia di sana, sedangkan Azerus tak memalingkan matanya dari benda segi empat yang
Read more
Bab 68
Binar membiarkan kamera besarnya terkalung pada lehernya, sementara tangannya yang sedikit berlumur pasir dengan gesit menggeser layar ponselnya. Ia memperbesar ukuran gambar yang dikirim Amaz lantas tersenyum haru melihatnya. Anak-anak rumah ketan terlihat sangat bahagia melayani pembeli yang ramai, itulah foto yang dikirim Amaz. “Kamu lagi di sana?” dengan cepat Binar menyentuh papan keyboar dan mengirimnya segera. Beberapa detik kemudian sebuah panggilan video call dari Amaz masuk ke ponselnya. Binar segera menggeser ikon berwarna hijau untuk menjawabnya. Panggilan pun terhubung.“Hei,” sapa Amaz yang masih terlihat berada di Rumah Ketan. Binar hanya tersenyum membalasnya. “Nah gini dong, mentang-mentang di kampung halaman, senyumnya diumbar-umbar,” sambung Amaz.“Apaan sih? Biasa aja” celetuk Binar malu. “Idih, gitu aja baper,” gumam Amaz.“Yah sudah, ngapain telpon?” rup
Read more
Bab 69
Aras menarik nafas panjang sebelum menyampaikan berita super penting itu kepada rekannya,”Ini tentang Afra,” desisnya hampir tak terdengar. “Afra?”  Rindi mengulangi ujaran Aras.“Ternyata Ziyo adalah sahabatnya dan Binar adalah mantan kekasihnya,” ujar Aras kembali serius dan dengan berat menyebut nama Binar sebagai mantan kekasih Afra. Rindi tampak tidak percaya dengan ucapan sahabatnya itu. Fakta barusan seakan membungkam mulutnya dan menarik semua kata-kata dari pikirannya sehingga ia kehabisan kata-kata.“Itulah bro. Aku juga tidak ngerti. Semua seperti sangat berhubungan. Saling terkait,” tutur Aras kemudian. “Berarti penyerangan selama ini, bisa dipastikan karena Afra alasan utamanya. Mungkin saja orang terdekat Afra yang tidak terima hingga mau balas dendam,” Rindi menambahkan.“Boleh juga sih. Kata Ziyo, Afra orang yang cukup berpengaruh. Dia pintar, keren dan kaya. Populer sema
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status