Semua Bab Pendekar Pedang Api: Bab 21 - Bab 30
167 Bab
Ch. 21 - Gagal
Bunyi dentingan logam bertubi-tubi memasuki telinga Huo Rong, dia tidak bisa tertidur selama beberapa hari ini. Sumber suara itu berasal dari Xiao Long, lebih menyebalkan lagi dari pagi, siang, sore, hingga malam dirinya digunakan seperti pemantik api. Kekuatan apinya yang biasanya digunakan untuk pertarungan malah berakhir menjadi pemanas logam berkarat."Bisa berhenti sebentar? Aku lebih baik mati karena jatuh di jurang daripada mati gara-gara membuat mainan anak-anak."Xiao Long meliriknya dengan tatapan menghujat. "Mainan anak-anak katamu?" Dia menunjukkan bagian kerangka besi yang telah dicobanya beberapa kali agar cocok di tubuh Huo Rong. "Aku membuatkan ini untukmu. Bukannya berterima kasih malah mengomel. Entahlah sayapmu akan tumbuh semakin banyak kau mengoceh."Salamander Api mendengus, baru kali ini kesabarannya diuji. "Omong-omong kau memang suka sekali menyiksa manusia dan binatang, ya? Mengambil taring, pakaian dan barang-barang peninggala
Baca selengkapnya
Ch. 22 - Pijakan Terakhir
Semua terjadi begitu cepat, Huo Rong tak sempat memanjat ke reruntuhan sementara mereka sudah terbang hampir setengah dari ketinggian jurang. Tubuh Huo Rong terjatuh begitu saja menghantam tanah bebatuan, menimbulkan suara berdebum yang keras. Salamander Api menjerit kesakitan, salah satu besi tajam menusuk bahunya. Sementara Xiao Long terapit di antara tubuh Huo Rong dan tanah.Xiao Long tak mengalami luka serius, akan tetapi Huo Rong kembali terkena tusukan serius yang membuatnya tergeletak kesakitan di atas tanah. Samar, terdengar umpatan kesal darinya."Habis ini kutampar mukamu seribu kali."Xiao Long ingin tertawa tapi di sisi lain dia kasihan dengan keadaan Salamander Api. Dicabutnya besi tersebut. Untuk sementara Huo Rong tak bisa terbang lagi ke atas, mereka sama-sama terdiam cukup lama. Hampir kehabisan cara untuk kabur dari jurang ini."Aku mendengar langkah kaki mereka."Huo Rong bersuara malam-malam, saat itu Xiao Long akhirnya bisa tert
Baca selengkapnya
Ch. 23 - Pijakan Terakhir II
Di pijakan terakhir, Huo Rong dapat melihat puluhan manusia dengan pakaian serba hitam sudah menyiapkan senjata masing-masing untuk membunuhnya.Salamander Api hanya mengikuti instingnya, menyerang saat dirinya merasa terancam. Dia segera melompat ke arah kawanan musuh. Memijak beberapa dari dengan gerakan kasar. Salamander Api meletakkan tubuh Xiao Long di belakangnya. Sangat jauh dari para musuh yang mulai mengerubungi mereka.Panah berapi naik ke atas dan hendak turun ke arah Xiao Long, dia mengeluarkan api yang membara begitu dahsyat hingga semua panah itu lenyap tak bersisa. Dicakarnya apa pun yang menghalangi di depan tanpa rasa takut. Huo Rong mengamuk sejadi-jadinya hingga banyak nyawa melayang di beberapa menit tersebut. Namun kemarahannya itu berakibat buruk, Huo Rong tak bisa mengeluarkan kekuatan apinya lagi.Salah satu alasan mengapa Huo Rong diburu adalah karena saat ini dia berada dalam keadaan terlemah. Kekuatan silumannya dihabisi dalam pertarun
Baca selengkapnya
Ch. 24 - Tercekat
"Huo Rong!" Salamander Api bergerak pasrah, napasnya naik-turun tak beraturan lagi.  "Sepertinya racun itu memang berhasil membuatmu lemah." Laki-laki itu mengatakan sesuatu yang tidak Xiao Long ketahui, dia berjalan di depan Huo Rong yang tergeletak dengan banyaknya tali serta kawat berduri yang mengikat tubuhnya di tanah. Andai bergerak pun, kulitnya hanya akan koyak dibuat besi-besi tajam tersebut.  Sontak Xiao Long terdiam dari berontaknya saat laki-laki tersebut menoleh ke arahnya, tatapan dingin dan kejam tersebut lantas membuat Xiao Long takut. "Akhirnya kita bertemu kembali. Aku sudah tidak sabar melihatmu bermain dengan siluman-siluman pilihan kami-atau mungkin, temanmu sendiri?" Dia menunjuk ke arah Huo Rong yang kini tak menunjukkan pergerakan apa-apa. Xiao Long berusaha untuk kabur, tetapi dua orang yang menahannya tak membiarkan hal itu terjadi. Dagunya diangkat tinggi-tinggi, dicengkeram kuat hingga Xiao Long t
Baca selengkapnya
Ch. 25 - Nyawa atau Pedang?
Pikiran Huo Rong kacau, racun di tubuhnya mulai bereaksi. Semua rasa sakit tak memberikannya waktu untuk bernapas. Dia marah, tetapi dia jauh lebih marah jika Xiao Long terus bersikeras. Sedangkan musuh masih terus melakukan pencarian di hutan sana. Mereka akan segera tertangkap. Huo Rong menekan cakarnya di leher Xiao Long. Membuat anak itu pingsan, hanya beberapa meter dari dalam hutan puluhan derap kaki mulai mengarah ke tempatnya. Huo Rong menggunakan sisa tenaganya, beberapa kali dia hampir terjatuh.Saat menemukan aliran air sungai, Huo Rong berhenti. Sebuah kapal diikat pada pancang kayu tanpa ada siapa pun yang menjaga. Dia memutuskan untuk meninggalkan Xiao Long di sana bersama beberapa barang yang mereka bawa dari jurang. Pedang serta beberapa benda yang mungkin bisa dijual. Tali pengikat telah terbuka dan kapal berlayar mengikuti arah angin. Dia menatap manusia itu lamat-lamat hingga menghilang dari pandangannya. Membalikkan badan, Huo Rong memasuki hu
Baca selengkapnya
Ch. 26 - Dou Jin
Xiao Long menyembunyikan benda itu di balik badannya. "Tidak kedua-duanya." "Kalau begitu kau akan kehilangan keduanya pula!" Dia mulai merasakan ada yang tidak beres di sekitarnya, Xiao Long melirik sekitar waspada. Satu detik dirinya lengah, cakar roh yang dua kali lebih tinggi darinya muncul. Mengurung Xiao Long hingga tak bisa lari ke mana pun.  Pandangannya gelap, sebuah tangan mencekiknya dari belakang hingga Xiao Long tidak bisa bernapas. Dia memberontak, kakinya sama sekali tidak bisa berpijak di tanah. Bayang-bayang gelap mulai terlihat di depannya saat kurungan memudar. Laki-laki itu telah memasang senyuman yang sama bengisnya seperti tadi. Wajah ketika dia membunuh seorang wanita dengan mata puas. Seolah-olah kematian adalah hal yang menyenangkan. Tak ada yang menolongnya selain dirinya sendiri. Xiao Long menggerakkan giginya, mencoba menyentuh tangan dingin yang hendak menusuk tenggorokannya.  Sebuah suara dengan nada ren
Baca selengkapnya
Ch. 27 - Latihan Keras
Xiao Long nyaris tidak percaya ketika bekas tusukan di kakinya menghilang. Hanya menyisakan darah yang telah kering. Andai tidak ada darah di sana, Xiao Long tak akan percaya bahwa baru saja Dou Jin menyembuhkan lukanya."Bagaimana bisa?""Dengan kekuatan dan tenaga dalam," jawab Dou Jin setelahnya. Beberapa luka lain di tubuhnya lenyap seketika. Xiao Long masih dibuat terpana dan kagum dengan kekuatan Dou Jin. "Apa aku juga bisa melakukannya?""Tentu saja. Dengan latihan keras dan ketekunan. Kau bahkan bisa melakukan lebih dari itu."Antusiasnya semakin memuncak ketika Dou Jin menciptakan sebuah perubahan wujud dari kekuatannya, menciptakan bola air berukuran kecil di depan wajah Xiao Long. Matanya berbinar-binar, baru melihat sesuatu yang seperti sihir itu untuk pertama kali. Sebelumnya Xiao Long sama sekali tidak tahu sesuatu seperti ini benar-benar ada, karena di desanya jarang ada pendekar atau orang-orang yang dapat menggunakan kekuatan.
Baca selengkapnya
Ch. 28 - Medan Perang Sendiri
 Kaki Xiao Long gemetar, dia tidak akan bisa mengelak saat pedang Dou Jin menyambar. Apalagi jika dirinya yang menyerang, Dou Jin sama sekali tidak membuka celah. "Satu pukulan saja mengenaiku. Setelah itu kau boleh beristirahat."Xiao Long mengambil kembali senjatanya yang terbuang jauh, dia memegang perutnya yang terasa kebas setelah hantaman lurus dari Dou Jin. Dari semua serangan, mungkin itu adalah salah satu yang paling menyakitkan. Dia tidak sempat mengambil pedang itu karena Dou Jin kembali menyerang, pedang itu terlempar semakin jauh. Sangat tidak mungkin untuk mengambilnya. "Bertarung dengan segala yang kau punya."Xiao Long mundur cepat sewaktu serangan beruntun kembali datang. Salah satu bentuk serangan yang paling ditakutinya. Selama bertarung hampir enam jam, Dou Jin menampakkan beberapa teknik dan diulang-ulang. Xiao Long mulai mempelajarinya satu per satu, kekurangan serta kelebihannya, hanya saja di antara kedua itu. Dia
Baca selengkapnya
Ch. 29 - Sebuah Ingatan
"Makanlah, melamun tidak akan mengisi perutmu yang kosong." Xiao Long menerima mangkuk yang masih berasap, sementara itu Dou Jin berjalan ke dinding ruang depan. Mengambil satu dari sembilan pedang yang disangkutkan di sana, dia berbalik badan sebentar."Jika kau ingin berlatih, gunakan pedang ini. Pedang sungguhan jauh berbeda dengan pedang kayu." "Aku sudah ada itu." Xiao Long menunjuk ke pedang hitam yang terletak di pojok. Dou Jin menggeleng-gelengkan kepala."Tubuhmu terlalu kecil untuk mengangkatnya. Mulai dengan senjata yang lebih ringan. Aku akan kembali besok." Dou Jin telah pergi dari hadapannya, Xiao Long berusaha bangun dan mengambil pedang hitam. Tidak ada yang aneh, tangannya pun bisa menggenggam pedang itu seperti biasa. Dia menghampiri tempat di mana Dou Jin mengambil pedang tadi, ada beragam pedang dengan ketebalan dan bentuk yang berbeda. Beberapa lebih ringan seperti yang dikatakan Dou Jin, akan tetapi ketajamannya dapat memot
Baca selengkapnya
Ch. 30 - Belum Cukup
Di keesokan harinya Xiao Long terbangun dan tidak melihat Dou Jin di mana pun. Dia telah mengelilingi seisi rumah, tidak ada siapa pun selain dirinya. Sempat terpikirkan mungkin Dou Jin akan kembali saat malam, Xiao Long sudah mempersiapkan diri andai saja gurunya itu mengajak latihan. "Baguslah, aku punya waktu untuk mempersiapkan diri."Xiao Long mengambil pedang yang kemarin dipakainya, memulai latihan dengan gerakan-gerakan baru yang tak sempat dipelajarinya. Dia terus melakukan hal itu berulang-ulang, nyaris tidak beristirahat selain untuk minum dan makan. Xiao Long merasa kemampuan bertarungnya sudah lebih baik. Dia hendak menunjukkan pada Dou Jin esok hari. Atau kapan dia kembali.Namun lima hari selanjutnya, Dou Jin juga belum kembali. Xiao Long menatap halaman depan dengan hampa. Tangannya menggenggam pedang erat, pagi hari itu langit sangat mendung seperti saat Dou Jin mengajarinya menggunakan pedang. Xiao Long turun saat hujan mengguyur. Ayunan pe
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
17
DMCA.com Protection Status