Semua Bab Pendekar Pedang Api: Bab 71 - Bab 80
167 Bab
Ch. 71 - Jalan Seorang Pengecut
Xiao Long justru memilih menyerang tangan Dou Jin saat kesempatan satu-satunya datang.Serangan sebelumnya ternyata hanya untuk mengecoh Dou Jin, dirinya hanya menebas pohon. Dikarenakan kekuatan pedang hitam misterius yang berhasil menghalangi pandangannya.Dan sekarang belati telah menancap di telapak tangan Dou Jin, tembus hingga darah menetes cepat di sana. Membasahi batu-batu besar di bawahnya. Dia dapat melihat Xiao Long tepat di depannya. Tatapannya sangat kesepian."Aku tak ingin membunuhmu. Aku hanya ingin menghentikanmu."Dou Jin mencabut belati tersebut. Melakukan serangan mendadak. Menancapkan belati tersebut di perut Xiao Long. Untuk ke sekian kalinya luka fatal tersebut membuat Xiao Long nyaris kehilangan kesadaran. Dia telah kehilangan terlalu banyak darah. Dengan sisa-sisa kesadarannya, Xiao Long berucap."Apakah ... Gurumu menghendaki ini?" Dia memuntahkan darah kembali, dengan napas tersendat yang terdengar sangat menya
Baca selengkapnya
Ch. 72 - Mata Terkutuk
Kedua pasang mata Dou Jin kini sepenuhnya hitam. Teknik keenam; Mata Terkutuk yang lahir dari sebuah keputusasaan seorang pemimpin klan. Teknik itu tergantung pada si penggunanya sendiri. Dan Xiao Long tak sengaja menatap mata itu, membuat sekujur tubuhnya seolah-olah ditikam ribuan jarum panas beracun.Dia terjatuh, merangkak kesakitan, mengerang sejadi-jadinya menahan sekarat tanpa ampun yang terus menggerogoti. Mata tersebut adalah satu-satunya peninggalan serta warisan klan Dou asli. Klan berbahaya yang ditakuti di kedua Kekaisaran. Tak ada yang tahu kepada siapa Klan Dou bertuan. Namun, melihat apa yang dilakukan Dou Jin saat ini, jelas Klan Dou telah memilih berpihak kepada Kekaisaran Qing dengan mengabdi menjadi salah satu dari Sepuluh Terkuat.Gelar Empat Terkuat bukan hanya didapatkannya dengan teknik dan cara bertarung, melainkan sesuatu yang spesial dalam dirinya. Kaisar memberikannya poisis yang cukup tinggi demi menjalin hubungan baik dengan klan mereka. N
Baca selengkapnya
Ch. 73 - Pencuri
"Ini ..." Xiao Long memutar pandangannya, melihat sebuah kota kumuh yang padat oleh lalu lalang manusia, gerobak, prajurit dan juga para pendekar. Jalannya yang becek akibat hujan semalam tak membuat aktivitas berhenti. Tempat ini sangat jauh berbeda dengan desa di mana Xiao Long tinggal dulu. "Ini kota, kawan." Dengan mudahnya Han melanjutkan. "Nasib buruk kau masih hidup. Hidup di Kekaisaran ini sebagai rakyat biasa tak lebih dari menjadi sapi perah yang hanya diberi makan satu helai rumput. Kau mengerti maksudku, bukan?"Dia menunjuk pada segerombolan anak muda yang berpakaian lengkap. Zirah dan senjata yang diangkat di depan dada. Berjalan serempak dalam barisan. Sementara para rakyat biasa menunduk saat mereka lewat. Anak kecil yang tak tahu apa-apa berjalan di hadapan mereka dengan kekaguman. Namun para prajurit itu tak menghentikan langkah dan menginjak anak kecil seperti tak pernah melihatnya."Mereka kejam."Han mengangguk sembari mun
Baca selengkapnya
Ch. 74 - Pecundang Sejati
"Merasa hebatkah kau sekarang?" Samar, terdengar ringisan perih dari mulutnya. "Orang yang kau bela pun mungkin baru saja mencuri barang orang lain," ledeknya. Dia pingsan dengan kepala berdarah-darah. Dari ujung jalan terlihat Han mengintai, dia datang saat Xiao Long berhasil mendapatkan sekantong uang. Tak begitu banyak, tapi mungkin sangat berharga bagi pemiliknya.Keduanya berjalan menyusuri pinggir jalan, menemukan gadis tadi yang masih menunggu di tempat sama. Menyadari kehadiran mereka dia kembali berdiri, menatap Xiao Long lamat-lamat."Ini milikmu." Saat Xiao Long menyerahkan kantong uang itu dia tersenyum, menunduk pelan. "Terima kasih."Lepas itu keduanya saling menatap, di tengah keramaian jalanan sangat sempit. Gadis itu jalan di tengah-tengah mereka dengan sopan. Han sempat terpana. Di balik untaian rambut lurus yang terlihat tidak terurus, gadis itu memiliki rupa yang menawan. Terlalu terhanyut dengan pikirannya sendiri Han sampai
Baca selengkapnya
Ch. 75 - Lelaki Tua
Detik-detik keheningan berlangsung agak lama, salah satu prajurit mengeluarkan pedang bersiap menghabisi keduanya. Han bergerak lincah menghindar saat satu serangan masuk, disusul oleh gelombang para prajurit yang seketika mengerubungi mereka. Sementara Xiao Long menghadapi mereka satu per satu.Tak disangka kekuatan para prajurit ini jauh dari dugaannya, mereka benar-benar dilatih untuk medan perang yang sebenarnya. Tak satu pun dari mereka seorang pemula. Setiap kali Xiao Long melepaskan tebasan, pedangnya hanya memotong udara. Mereka menghindar dan membaca pergerakan Xiao Long begitu cepat. Dengan jumlah kalah saing dengan musuh, dua remaja itu tak akan sanggup menghadapi belasan laki-laki dewasa sekaligus.Xiao Long berhasil menyepak kepala salah satu prajurit hingga tubuhnya jatuh, tanpa belas kasih dia segera menindih punggungnya dengan lutut. Menarik kepala laki-laki itu dan memenggalnya di hadapan para prajurit."Apa-apaan ..." Tak hanya satu dua orang y
Baca selengkapnya
Ch. 76 - Rumah Bersinggah
Han menyikut pinggang Xiao Long, seperti biasa menggerakkan kepalanya ke samping. "Apa lagi yang kau tunggu? Kita sikat mereka semua.""Kau bagian bicara, aku bagian kerjanya. Menyebalkan."Han tertawa geli. "Hei, hanya perkara itu saja kau tersulut emosi?""Kau diam saja atau kutampar muka jelekmu itu." Xiao Long berdalih menoleh pada laki-laki tua. "Kakek tunggulah sebentar di sini. Kami akan kembali."Laki-laki itu tak mengiyakan, dia hendak menahan tapi dua orang itu sudah hengkang dari hadapannya. Tak sampai setengah jam kemudian keduanya kembali, membawa sebuah kalung dengan hiasan mutiara kecil. Selebihnya ada beberapa belati berharga serta koin-koin perak yang disimpan di dalam kain lusuh."Ini milikmu." Han memberikan lebih banyak dari apa yang seharusnya dimiliki kakek itu. Senjata dan juga koin-koin perak tersebut bukanlah miliknya."Kalian tidak seharusnya mengambil ini dari mereka ..." Kalimatnya tertahan-tahan, tak berani
Baca selengkapnya
Ch. 77 - Ling'er
 "Dia sudah mencuri uangku."Luo Binghe tertegun, sorot matanya yang sayu berganti ke tempat di mana cucu perempuannya berada. Han melepaskan cengkeramannya, membuat gadis itu nyaris jatuh. "Apa itu benar, Ling'er?"Luo Ling tak berani menjawab. Dia urung melihat kakek yang pasti marah besar. Matanya hanya berani melihat ke arah Xiao Long."Itu tidak benar, Han, kau pasti salah orang." Xiao Long membela Luo Ling. Gadis itu menatap tak percaya, sedangkan bibirnya kelu. Padahal apa yang dikatakan Han benar, dia adalah pencuri itu. Setelah Xiao Long menolongnya, Luo Ling mencuri barang mereka. "Tapi-" Han mendengkus, giginya menyatu rapat. Xiao Long memberikan tatapan seolah-olah menyuruhnya bungkam. Han memejamkan mata, mendecakkan lidah. "Sepertinya aku salah orang."Luo Binghe menarik napas lega. Dia tak bisa mempercayai cucunya berbuat demikian. Lagipula pamannya di sana tidak akan membiarkan Luo Ling mencuri.
Baca selengkapnya
Ch. 78 - Aku Akan Membalasmu
Pintu didobrak kasar beriringan dengan suara bentakan keras yang sontak membuat mereka berempat berdiri. Luo Binghe menahan Xiao Long dan Han yang hendak pergi ke arah pintu. Merasa ada yang tidak beres di depan sana, Luo Binghe merasa mengenali suara itu. Tanpa mereka bertiga sadari, Luo Ling telah hilang dari tengah ruangan. Melarikan diri.Saat Luo Binghe membuka pintu dia nyaris terkena tendangan keras, Xiao Long maju di depan. Marah."Ada perlu apa?""Di mana Luo Ling?" Raut wajahnya amat mengerikan, tidak berniat berbasa-basi lagi dia segera merangsek maju ke dalam rumah. Memeriksa sekitar sambil menggeram. "Dia kabur, kalian, tangkap dia sampai dapat!" perintah orang itu pada bawahannya dengan suara membentak, masih dalam keterkejutan yang sama Luo Binghe bertanya. Namun suaranya lebih terdengar seperti gumaman. "Kau ... Kau pamannya Ling'er, apa maksudmu melakukan ini?""Dia melarikan diri dari tanggungjawabnya!""Tanggung jawab
Baca selengkapnya
Ch. 79 - Kemarahan Luo Binghe
 Dalam waktu dekat, ada begitu banyak orang datang ke rumahnya untuk menagih utang. Luo Ling terpaksa mencuri untuk melunasi semua utang pamannya agar dia tak dijual ke rumah hiburan. Hingga akhirnya Luo Ling memutuskan untuk kembali pada Kakeknya, pamannya masih tetap mengejarnya. Bahkan menampakkan langsung wajah aslinya."Jadi semua itu benar?" Luo Ling masih tetap menunduk. Raut wajah bersalah tampak di wajahnya yang begitu putih. "Han, apa yang kau katakan itu benar? Cucuku sudah mencuri uang kalian?""Tidak perlu dipermasalahkan lagi." Han membuang muka, Luo Binghe merasa malu tak bisa mendidik Luo Ling dengan baik. Cucunya itu dibesarkan dengan ajaran yang baik-baik dan sekarang tumbuh tak lebih seperti seorang penjahat. "Ling'er, kau tahu dua orang ini sudah membantuku saat dirampok sekelompok penjahat?"Luo Ling masih terus diam. Mengingat mereka juga melakukan hal yang sama saat uangnya diamb
Baca selengkapnya
Ch. 80 - Tuduhan dan Kenyataan
"Baiklah, Tuan Xiao yang amat sangat tampan. Bisakah kau singkirkan tikus itu untukku?""Baru kali ini ada yang memujiku tampan. Laki-laki pula." Gerutuan Xiao Long sama sekali tidak dipedulikan Han yang ketakutan setengah mati saat tikus itu berlari ke arah pintu dapur. Setelah tikus itu pergi Luo Ling memungut sisa kendi yang telah berserakan. Han merasa bersalah, memang dia yang menjatuhkan kendi itu. Dia membantu Luo Ling meskipun enggan, Xiao Long bernapas lega. Namun senyumnya tak bertahan lama sebab dari kejauhan terdengar suara gaduh yang menggema di balai-balai dekat gerbang kampung.Dari sana seseorang datang membawa rombongan, mengumpulkan orang-orang yang saling berbagi tatapan bingung. Tak tahu-menahu apa yang sedang terjadi di sana.Laki-laki itu adalah orang yang semalam hendak menangkap Luo Ling. Xiao Long mengepalkan tangan, melihat Luo Ling mengintip di dekat pintu, wajahnya pucat pasi. Sementara Han menyusul di halaman semba
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
678910
...
17
DMCA.com Protection Status