Semua Bab DICERAI SETELAH MALAM PERTAMA: Bab 21 - Bab 30
40 Bab
Merusak Hari
Diam-diam kulangkahkan kakiku mengikuti Hyuga. Aku berhasil mengikutinya sampai depan ruangan Pak Hadrian, tetapi tiba-tiba seseorang menghentikanku dengan menepuk punggungku dari belakang. Aku menoleh untuk mengetahui siapa orang itu. Saat aku kembali menoleh ke arah Hyuga, dia sudah tidak ada di sana.Aku mendengkus kesal sembari melotot memandang Hanifah. Dialah orang yang menggagalkan rencanaku barusan. Aku jadi kehilangan jejak Hyuga."Mau ke mana, Na? Ini sudah jam kerja," ucapnya sembari menarik lenganku."Saat sedang tidak ada Pak Hadrian, haruskah kamu bersikap seakan-akan kamulah atasanku?" Aku bersungut-sungut kesal. Dengan berat hati aku berjalan mengikuti langkahnya."Seharusnya kamu berterima kasih. Apa kamu tidak tahu kalau bos baru kita lebih galak dari p
Baca selengkapnya
Kedatangan Tamu Penting
Hari ini rasanya berbeda. Aku merasa lebih bersemangat. Mungkin karena ini adalah hari terakhir masa iddahku. Akhirnya ikatanku dengan Mas Bayu benar-benar terlepas. Aku merasa, lembaran baru dalam hidupku akan segera dimulai. Mas Bayu tidak akan bisa menggangguku lagi. Aku bangun lebih pagi dan membantu ibu memasak sebelum berangkat ke kantor. Seorang pemilik nama berinisial H masih saja terus mengirimiku bunga. Aku tidak peduli lagi siapa dia. Bunga pemberiannya selalu aku berikan lagi kepada orang lain. Terkadang kuberikan untuk Hanifah, terkadang untuk ibu, atau bahkan untuk Laelia. "Kamu kenapa, Fah?" tanyaku ketika melihat Hanifah seperti sedang gelisah. Sebentar-sebentar dia selalu menengok jam dinding di atas pintu, lalu pandangannya turun ke daun pintu. "Aku
Baca selengkapnya
Mengejutkan
Saat masuk ke dalam rumah, netraku menangkap sosok Hyuga sedang duduk di sofa ruang tamu."Kamu sudah pulang, Na? Mandilah terlebih dulu, setelah itu cepatlah ke sini," titah Ibu kepadaku sambil menyuguhkan teh hangat untuk Hyuga.Aku tidak pernah menyangka Hyuga datang ke rumah ini. Hatiku bertanya-tanya, apa yang dilakukan Hyuga di sini. Secepat kilat aku mandi, berdandan, lalu ke ruang tamu untuk mengobati rasa penasaranku."Kedatanganku ke sini untuk meminta putri ibu untuk menjadi istriku," ucap Hyuga.Jantungku tiba-tiba berdetak kencang sekali, sampai-sampai serasa mau keluar dari tubuhku. Aku tidak bisa mempercayai ini. Hyuga melamarku hari ini."Ibu mengucapkan banyak terimakasih atas niat baik Nak Hyuga, tapi Ibu ti
Baca selengkapnya
Bimbang
"Akhirnya dia kena karma juga," ujar Hanifah sembari terkekeh.Dalam hati, aku bertanya, "Bukankah Mas Bayu di bagian produksi? Mengapa dia ada di sini dengan memakai baju Office Boy?""Apa kamu tidak merasa aneh, Na? Mengapa tiba-tiba dia menjadi Office Boy? Apa ini ulah Hyuga?" tanya Hanifah seakan bisa membaca pikiranku.Aku mencerna pertanyaan Hanifah. Bisa jadi apa yang diperkirakan Hanifah benar. Kemarin Mas Bayu membuat ulah di depan Hyuga, dan sekarang Mas Bayu tiba-tiba turun jabatan. Bukankah semua itu bisa saja menjadi sebab dan akibat?Aku menggelengkan kepala, cepat-cepat kutepis pikiran konyol itu. Hyuga hanya pegawai baru di sini. Tidak mungkin dia punya wewenang menurunkan jabatan pegawai di sini.Aku sedang mengisi botol kosong dengan air mineral dari dispenser saat mendengar Hanifah berkata kepada Mas Bayu, "Tolong buatkan dua gelas kopi dan antarkan di ruang kerjaku ya."Hanifah tertawa puas setelah keluar dari ruang pantr
Baca selengkapnya
Di Ujung Tanduk
Aku teringat dengan perkataan Mas Bayu. "Hyuga akan berubah pikiran jika mengetahui wajahmu yang sebenarnya." Aku jadi bertanya-tanya dalam hati, bagaimana seandainya nanti Hyuga membatalkan lamarannya, atau menceraikan aku sama seperti apa yang dilakukan Mas Bayu."Tenangkan dirimu, Nak. Sholatlah untuk meminta petunjuk kepada Allah SWT," ucap Ibu setelah merasakan kegundahan hatiku. Tidak biasanya aku di kamar jam segini, jadi ibu menyusulku beberapa menit yang lalu.Pagi harinya, di kantor, aku mendapatkan kabar mengejutkan."Kudengar Bayu kecelakaan kemarin malam. Sekarang dia dirawat di rumah sakit. Apa kamu tidak ingin menjenguknya?" tanya Laelia kepadaku.Aku menatap ke arah Hanifah, meminta penjelasan darinya. Sorot mataku menatap tajam ke arahnya, seakan berkata, "Apa benar yang dikatakan Laelia?"Hanifah hanya diam, seakan tidak mengerti maksud dari tatapan mataku."Kudengar Bayu kecelakaan setelah dari rumah mantan istrinya. Bukan
Baca selengkapnya
Mencoba Untuk Menipu
"Kamu harus bertanggung jawab! Bayu kecelakaan setelah pulang dari sini. Jujurlah, apa yang kalian bicarakan saat itu? Apa yang kamu katakan pada Bayu? Kamu yang sudah membuatnya kecelakaan. Kamu harus bertanggung jawab, Naina." Sinta tiba-tiba berkata panjang lebar setelah aku membuka pintu. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk berbicara."Aku tidak mengatakan apa-apa kepada Mas Bayu. Apa yang harus aku pertanggung jawabkan? Aku bahkan tidak tahu apa-apa," ucapku sembari mendorong gagang pintu, ingin menutupnya agar Sinta tidak menggangguku lagi. Namun, Sinta lebih cepat menahan daun pintu sehingga usahaku sia-sia."Kamu harus bertanggung jawab! Pasti kamu sudah mengatakan sesuatu kepada suamiku, hingga dia tidak konsentrasi saat mengemudi," ucap Sinta sembari menarik lenganku dan menyeret tubuhku hingga keluar rumah. Entah dia akan membawaku ke mana."Lepaskan dia! Aku yang akan menanggung semua pengobatan Bayu. Jadi, aku perintahkan kepadamu untuk mele
Baca selengkapnya
Keraguan
"Masih ada satu hari lagi. Aku akan menjawabnya besok." Aku menjawab pesan darinya dengan singkat, padat, dan tidak jelas.Saat kami datang ke rumah sakit, Mas Bayu sudah berada di ruang rawat inap. Dia masih memakai perban di kepala dan juga di sebagian wajahnya. Kakinya juga masih dipasang gips."Untuk apa kalian ke sini? Apa kalian mau menertawakan aku?" ucap Bayu setelah melihat kedatangan kami.Kami hanya diam dan menatapnya dengan iba."Jangan menatapku seperti itu. Ini adalah kesalahan kalian. Kalian harus bertanggung jawab." Mas Bayu berteriak tidak terkendali."Perusahaan sudah melunasi semua biaya rumah sakit," ucap Hyuga tanpa ekspresi."Memang seharusnya mereka bertanggung jawab. Kalau aku tidak dipindahkan dari staf produksi menjadi OB, hidupku tidak akan hancur seperti ini. Namun, itu semua tidak cukup," ujar Mas Bayu belum puas. Aku hanya diam, tidak menghiraukan ucapan Mas Bayu. Menurutku Mas Bayu terlalu ber
Baca selengkapnya
Menunggu Penjelasan
Buru-buru kutepis keraguan itu. Aku tidak boleh berpikir negatif. Hyuga berbeda dengan Mas Bayu. Dia tidak akan bertindak kekanak-kanakan seperti Mas Bayu.Hari istimewa itu akhirnya tiba. Hari ini, Hyuga akan datang bersama dengan keluarganya untuk melamarku. Betapa bahagianya aku.Selain acara lamaran, rencananya kami juga akan bertukar cincin. Karena ini hari yang istimewa, beberapa sahabatku tidak ingin melewatkan ini. Mereka berjanji akan hadir dan membantu untuk mempersiapkan segala keperluan untuk menyambut tamu.Thalia yang datang paling awal. Aku terkesiap melihat dia datang bersama si jabrik. Bukankah laki-laki itu yang dipecat Pak Hadrian karena telah kurang ajar kepadaku?Si jabrik menunggu di ruang tamu, sementara Thalia pergi ke dapur untuk membantu ibu menyiapkan hidangan. Aku menarik Thalia menjauh dari ibu."Kenapa kamu datang bersama dia?" tanyaku dengan suara yang nyaris tidak terdengar. Aku tidak ingin ibu mendengar percak
Baca selengkapnya
Penyesalan
"Kenapa, Ma? Bukankah kemarin Mama sudah setuju ketika Hyuga meminta restu pada Mama?" Hyuga berdiri dan menghampiri Bu Hanin. Dia bertanya-tanya sembari terus memandang ke arah ibunya itu. Sorot matanya dipenuhi harapan agar Bu Hanin segera menjawab pertanyaanya."Aku kira Naina wanita baik-baik, tapi ternyata aku salah. Aku tidak akan sudi menikahkanmu dengannya," jawab Bu Hanin kepada Hyuga. Wanita paruh baya itu menatapku dengan nyalang, membuatku bergidik takut."Apa maksud Mama? Naina memang wanita baik-baik, Ma," ujar Hyuga membelaku."Baik darimana? Wanita yang mau tidur dengan laki-laki yang bukan suaminya, kamu bilang baik?" Pertanyaan Bu Hanin membuat semua mata tertuju kepadaku.Aku hanya diam, tidak menyangka semua ini akan terjadi. Susah payah kutahan air mata agar tidak menetes ke pipi. Bibirku bergetar, tetapi tidak bisa berkata-kata. Ingin sekali rasanya menyangkal semua perkataan Bu Hanin, tetapi entah mengapa bibir ini seperti terkunci
Baca selengkapnya
Bukti
"Kenapa kamu malah curhat?" tanya Bu Hanin dengan mata mendelik."Apakah kami semua harus mendengarkan bualanmu?" tanya Bu Hanin lagi. "Maaf, aku terbawa suasana hati. Intinya aku ingin menebus kesalahanku kepada Naina dengan cara membersihkan nama baiknya. Selama ini mungkin orang-orang mengira bahwa dia bukan wanita baik-baik. Semua anggapan itu keliru," ujar Mas Bayu sembari menatap satu-persatu orang yang ada di sana."Malam itu, Sinta ke rumah Naina untuk mengancamnya agar mengundurkan diri dari pekerjaannya. Pak Hadrian kebetulan lewat dan membela Naina sebagai karyawannya. Ibu menyuruh Pak Hadrian untuk singgah sebentar dan meminum teh di teras rumah. Hanya itu yang terjadi. Sedangkan semua keterangan dalam video itu adalah rekayasa." Mas Bayu menjelaskan dengan sabar.Kulihat orang-orang tertarik mendengarkan cerita Mas Bayu, tidak terkecuali Bu Hanin."Sedangkan video Naina yang sedang membeli test pack bukan berarti Naina adal
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status