Semua Bab Secret of Five Gods (Princess of the Black Blood): Bab 11 - Bab 20
136 Bab
Act. 10. Sosok
Hari itu cuaca sangat cerah. Di perkampungan tempat para black blood tinggal, Anastazja kecil sedang membantu Aldephie menganyam rotan. Sebuah pemandangan yang sangat menyenangkan. Meskipun beberapa kali tangan kecilnya terbeset pinggiran rotan yang sedikit tajam, ia tetap berbahagia.   Senandung kecilnya s
Baca selengkapnya
Act. 11. Bolos
Aku terus mengingat bagaimana Cerberus tertawa kencang seraya mengatakan bahwa aku adalah ‘pekat kebenaran’. Ia selalu mengatakan betapa ia bangga padaku. Ketika aku memberitahukannya bahwa aku tidak suka dengan panggilan yang diberikan itu, tawanya semakin kencang. Betapa menjijikkan ketika aku melihat liurnya yang muncrat dan menempel memenuhi meja.   Aku tidak mengerti, apa yang bisa kau banggakan dari panggilan “pekat kebenaran”? Apa karena aku menyukai warna hitam? Hei, kupikir hitam adalah warna yang bagus! Salah besar bila kau menempelkan stigma negatif pada warna hitam. Warna hitam adalah permulaan sekaligus akhir. Warna hitam berdiri sendiri. Karenanya, ketika kau mencampurkannya dengan warna lain, hitam akan mendominasi segalanya.   Benar, hitam akan mendominasi segalanya!   ***   “Jadi, bisa kau ceritakan padaku? Ke mana dan apa yang kau lakukan tadi malam?”   Anastazj
Baca selengkapnya
Act. 12. Hilang
Dingin. Apa ini? Air? Apa aku tenggelam? Gelap. Aku tidak mampu melihat apa pun. Ah, inikah rasanya akan mati? Dewa, kumohon, kirimkan seseorang untuk menolongku!   ***   “KETEMU! KETEMU!”   Suara entakkan  kaki berhamburan di dekat telinga Anastazja. Gadis itu bisa merasakan sedikit getaran-getaran pada kayu yang kini menopang tubuhnya. Tidak lama kemudian, Anastazja merasakan dadanya ditekan dengan kuat beberapa kali. Sampai akhirnya ia memuntahkan semua air yang masuk ke dalam tubuhnya.   “Uhuk! Uhuk!”  
Baca selengkapnya
Act. 13. Tidak Peduli
“Bagaimana, Cleon?” Aldephie menunggunya dengan resah di depan pintu perpustakaan. Sayangnya, Cleon menggeleng. Menandakan apa yang dicarinya tidak ada di dalam sana.   “Ah, bagaimana ini?” tanya Aldephie pada dirinya sendiri. Tidak ada yang lebih membuatnya frustrasi dari pada kehilangan saudara satu-satunya.   “Tenanglah, aku akan membantu. Apa kau memiliki petunjuk lain?”   Aldephie menggeleng lemah. Kehilangan Anastazja untuk yang kedua kalinya membuat Aldephie sadar bahwa ia tidak mengenal adiknya itu sama sekali. Ia bahkan tidak mampu memahami apa yang diinginkan oleh adiknya sendiri. Lagi-lagi, hatinya berdenyut perih.   Sejatinya, sejak kecil Anastazja hanya ingin didengar. Hanya ingin diperhatikan. Terutama oleh keluarganya sendiri. Namun, justru keluarganyalah musuh terbesar dalam hidupnya. Tembok yang harus ia panjat hanya agar keinginan kecilnya terpenuhi.   Sayangnya
Baca selengkapnya
Act. 14. Alasan
Apa yang membuat Anastazja tidak henti-hentinya merasa takjub? Segalanya! Pertama keberhasilan akan sihir yang saat ini digunakannya. Menurut situs Persatuan Penyihir Seluruh Dunia, jika kau bukan pengendali air atau es, maka sihir untuk membuka memori sebuah barang berada dalam tingkatan atas. Kenapa? Tentu saja karena itu sama saja dengan kau membuka paksa rahasia orang lain. Tidak semua orang berbangga—atau bahkan tidak ada—untuk membuka rahasianya pada orang lain, terutama pada orang yang belum dikenalnya dengan baik. Kedua; kapal bajak laut! Nyata adanya dan kini Anastazja sedang berdiri di atasnya. Oke, mungkin dalam wujud orang lain—tidak seorang pun dapat memberikannya cermin—jadi Anastazja belum bisa mengenali tubuh siapa yang ia gunakan. 
Baca selengkapnya
Act. 15. Firasat
“Mabuk laut?” Anastzja tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya dari pemuda yang membawakan handuk dan baju gantinya—ia baru tahu setelahnya kalau pemuda itu bernama Ramirez. Ramirez mengangguk mantap. Seolah tidak ada keraguan sedikit pun dari perkataannya. Baru beberapa menit yang lalu Anastazja selesai dengan baju basahnya. Ia lalu menemui Ramirez dan menanyakan alasan kenapa ia bisa tenggelam di laut saat kapal akan berlabuh? Terdengar sangat tidak keren bagi Anastazja. Hal mengejutkan lainnya adalah Ramirez mengatakan bahwa Anastazja mengalami mabuk laut yang parah. Beberapa kru kapal yang menjadi saksi mengatakan kalau pemilik fisik yang ditumpangi Anastazja tergelincir saat ia akan mengeluarkan isi perutnya ke dalam laut.
Baca selengkapnya
Act. 16. Kembali
Tidak peduli bagaimana dinginnya udara malam hari di penghujung musim gugur, ia hanya berlari layaknya roket membelah langit menuju rumah Anastazja. Ada sesuatu. Sesuatu yang harus ia sampaikan pada Aldephie mengenai adiknya, Anastazja.   Berbeda dengan Cleon yang tinggal di pusat kota, Anastazja—juga semua warga black blood—hanya diperbolehkan tinggal di pinggir kota yang posisinya lebih mendekati hutan dari pada ke arah kota. Butuh waktu sekitar lima puluh menit untuk mencapai rumahnya Anastazja, tetapi Cleon tidak peduli. Tidak ada bedanya dengan lomba lari maraton yang biasa dia ikuti.   Tidak ada hal yang dia pikirkan saat ini kecuali Anastazja. Benar, kecuali Anastazja seorang. Sampai ia melihat dengan mata kepalanya sendiri bahwa sosok yang sangat ingin dia lihat kini sedang berdiri membukakan pintu untuknya. Wajahnya
Baca selengkapnya
Act. 17. Sesal
“Maafkan aku sudah melibatkanmu, Tuan ....” Aldephie menatap Cleon dengan tatapan serba salah.   “Jangan panggil aku begitu, Aldephie. Lagi pula, tidak ada orang di sini,” ucap Cleon sesekali menyeruput teh pesanannya.   Musim dingin belum tiba, tetapi Cleon sudah tidak memiliki minat untuk pergi kuliah. Dia sudah mencoba pergi ke sana hanya untuk menemui dosennya. Namun, setibanya di sana, lelaki itu bahkan tidak peduli dengan penjelasan mengenai Hukum Teritorial Batas Wilayah, salah satu mata kuliah yang saat ini sedang menjadi fokus utama di tahun ketiganya. Cleon tidak peduli mengenai pembagian wilayah Negeri Selatan, seberapa jauh Negeri Selatan terbentang dan lain sebagainya.   Pada akhirnya, keunggulan dari mata kuliah tersebut hanya untuk memudahkan mereka-mereka yang ingin bergabung bersama militer nanti. Mungkin berguna jika Cleon memang akan turun ke medan tempur. Namun, Cleon tidak berniat untuk itu. Dia bahk
Baca selengkapnya
Act. 18. Lupa
Ramirez sigap mencabut granat kecil yang ia gantung di balik bajunya, lalu mendorong tubuh pria itu dengan mudah. Wajahnya berubah marah, tetapi Ramirez tidak peduli.   Setelah ia meludahi sepatu Ramirez, pria itu berdiri dan meninggalkan mereka di tengah keramaian pasar. Anastazja melihat sekeliling, mencoba untuk menjelaskan apa yang terjadi. Namun, lagi-lagi situasinya membuat nalarnya tidak bekerja dengan baik.   Biasanya pada saat seperti ini, polisi Alastor dari Pengadilan Tertinggi akan datang, tapi apa? Tidak ada seorang pun peduli pada kericuhan barusan. Antara takjub dan bingung, Anastazja tidak mengerti mana yang harus ia rasakan?   “Tuan, Anda baik-baik saja? Tidak ada luka serius?”   Ramirez memutar badannya untuk memastikan bahwa Anastazja—tuannya—tidak mendapatkan luka serius. Namun, ia mendapati Anastazja hanya berdiri mematung menatapnya bingung. Berikutnya, Anastazja menunjuk granat
Baca selengkapnya
Act. 19. Lelah
“Aku akan mendengarmu, jadi katakan saja. Katakan apa pun yang ingin kau katakan Aldephie. Aku pasti akan mendengarmu,” ucap Cleon tegas.   Mungkin memang menjadi kakak dari seorang Anastazja terlalu berat bagi Aldephie. Anastazja memang memiliki wajah yang menawan, tetapi tidak bisa bersikap manis bahkan cenderung keras kepala dan memaksakan kehendaknya sendiri. Lihat saja, sudah dua kali dia menghilang tanpa kabar seperti ini. Dia tidak meminta maaf, atau apa pun yang seharusnya dia lakukan untuk menebus kesalahannya.   Kali pertama Anastazja menghilang, mungkin memang sebagian besar kesalahan Aldephie karena tidak mau mendengarkan Anastazja. Namun, kali kedua dia menghilang, hubungan mereka sedang kurang baik. Awalnya, Aldephie mengira Anastazja akan kembali saat makan malam, tetapi sampai pihak sekolah meneleponnya, ia s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
14
DMCA.com Protection Status