All Chapters of Cinta Hilang Kembali Pulang: Chapter 31 - Chapter 40
102 Chapters
Apa kau akan menunggunya lagi?
Seminggu sudah waktu berlalu. Nathan tidak pernah menemui Rachel, bahkan dia juga tidak menghubungi Rachel lewat telepon atau pesan. Hal ini tentu membuat Rachel menjadi lebih mengerti akan posisinya saat ini. Dia menjadi sangat membenci Nathan. Namun ia tidak dapat berbuat banyak. Rachel hanya mencoba menyibukkan diri dengan pekerjaannya. Furniture set kamar pengantin yang di pesan Celline sedang dalam tahap pengerjaan. Itu sudah mencapai 90%. Karena Rachel meminta para pekerja untuk menyelesaikan itu terlebih dahulu. Dalam ruangannya, Rachel memutar-mutar ponselnya. Awalnya ia ingin menelpon Nathan. Tapi entah mengapa, jarinya seakan tidak mampu untuk menekan nama dalam layar ponselnya itu. Setelah berusaha beberapa menit, Rachel memberanikan diri untuk melakukan panggilan ke nomor Nathan. Setelah menunggu beberapa saat, tidak ada jawaban. Rachel mengulang sampai 3x. Saat panggilan terakhir hampir saja di putuskan, tiba-tiba terdengar suara
Read more
Sengaja menghindar dariku.
Rachel hanya terdiam sebelum mengatakan yang belum sempat ia katakan tadi. "Dia sengaja menghindariku. Bahkan dia menolak menerima panggilan telepon dariku. Dia menyuruh asistennya menjawab panggilan, agar bisa menghindar dariku. Kenapa dia tega melakukan ini padaku? Setidaknya jelaskan padaku. Berikan aku kesempatan untuk memaki-makinya agar hatiku puas." Rachel kembali meneteskan air matanya. "Sudah lah, Ra, lupakan dia. Mungkin dia bukan jodoh yang terbaik untukmu. Pengecut sepertinya tak layak untuk kau tangisi. Simpan air matamu yang berharga itu. Jangan lemah karena pria brengsek seperti dia. Dia bahkan tak becus menjadi ayah untuk Key, sekarang malah menambah anak lagi bersama wanita lain." Ucap Bella. "Kau benar. Aku tidak boleh lemah dan aku harus kuat. Hidupku masih panjang. Tanpa dia aku pasti bisa bahagia. Aku menyesal telah bertemu dengannya lagi. Aku menyesal telah memberikannya kesempatan kedua." Akhirnya Rachel berhasil menormalkan suasana hat
Read more
Berita pernikahan Nathan.
Pagi ini, Rachel sedang menunggu kedatangan Nathan atau mungkin yang akan datang adalah utusannya, Roy. Dia bersantai sambil meneguk teh hangat yang telah di siapkan  oleh cleaning service . Sambil menunggu ia membuka ponselnya.  Menggulir laman akun media sosialnya. Tanpa sengaja ia jarinya berhenti di sebuah berita yang melintas. Jantungnya seakan-akan hampir berhenti berdetak. "PENERUS PERUSAHAAN PT.KEMILAU BERLIAN ,NATHAN DARKE, AKAN MENIKAH DENGAN SATU-SATUNYA PENERUS KELUARGA ADAMSHON ,CELLINE ADAMSHON AKHIR PEKAN INI." Begitu lah judul besar yang Rachel baca di layar ponselnya itu. Dia tidak ingin kembali mengingat kesedihan kemarin. Dia lalu menggeser-geserkan lagi jarinya di layar. Dia melihat banyak sekali teman-temannya yang sudah update status di pagi ini. Termasuk Bella. "Selamat pagi pria idaman. Akankah kau menemuiku hari ini?" Tulis Bella pada beranda sosial medianya. Rachel pun langsung memberi komentarnya. "
Read more
Cinta bersemi di antara Roy dan Bella.
Bella hanya diam mendengarkan. Ia mulai kagum pada sosok pria di depannya ini. "Seperti itu lah Tuan Muda saat ini. Meski Nona Rachel terluka, sesungguhnya saat ini dia lah yang lebih banyak menanggung luka. Dia ingin berkorban demi kebahagiaan Nona Rachel dan Key. Namun tetap saja hal itu akan memberikan luka dan kecewa." Lanjutnya lagi. "Entah apa sekarang yang sedang terjadi diantara mereka, biar lah nanti takdir yang akan bicara." "Saat ini Tuan Muda tidak punya pilihan lain." Sambung Roy prihatin pada kisah cinta Tuan-nya. "Jika memang dia pria yang baik, ku harap dia mampu menemui Rachel secara jantan. Dia harus menjelaskan semua kekacauan ini." Sindir Bella tak mau kalah. "Kita tunggu saja. Tuan Muda bukan orang yang suka menyakiti hati orang lain, apalagi seorang wanita yang dia cintai. Dia pasti akan kembali menjemput cintanya." Roy masih terus membela Nathan di depan Bella. "So sweet sekali kau ini. Sepertinya kau sangat ahli
Read more
Kencan pertama Roy.
Di sebuah restoran jepang. Terlihat dua orang yang sedang di mabuk cinta sedang duduk berhadap-hadapan. Keduanya tampak sama-sama malu. Tidak biasanya Bella bersikap diam dan sedikit bicara. Dia berusaha menjaga image agar tidak terlihat sembrono di depan Roy. Setelah sekian puluh kali berganti pacar seumur hidupnya, baru kali ini Bella merasa ada debaran-debaran aneh di dadanya. Bahkan untuk bersuara pun lidahnya terasa kelu. Setelah cukup lama berdiam-diaman, Roy mencoba mencairkan suasana. "Kenapa kau hanya diam saja?" Tanya Roy pada Bella. "Hmm.. Itu karena kau juga diam." Jawab Bella asal bicara. "Jadi, jika aku diam selama dua jam. Kau juga akan diam selama itu?" Tanya Roy lagi. "Kenapa kau akan diam selama itu? Sungguh tidak masuk akal." Bella merengut kesal. "Karena itu, bersikap lah seperti dirimu biasanya saat berada di dekatku. Aku lebih menyukai itu." Roy berkata agak pelan, lalu meminum air mineral yang ada di atas mejanya.
Read more
Ciuman pertama Roy.
Tatapan mereka bertemu. Deggg... Deeegg...  Deeeeeggg... Detak jantung keduanya sama kencangnya berdetak saat ini. Mereka saling memandang dalam waktu yang cukup lama. Sampai akhirnya Bella mendehem, memutus tatapan saling terpesona itu. "Aku memang tidak pernah makan banyak. Kau benar, aku harus menjaga berat badanku" Bella mengambil botol wine yang ada di atas meja, dan menuangkannya sedikit ke dalam gelas. "Aku lebih suka minum." Lanjutnya sambil mengangkat gelas seperti simbol bersulang, lalu meminumnya dalam sekali tegukan. "Kenapa memangnya dengan berat badanmu?" Tanya Roy yang akhirnya juga menyudahi makannya. "Mmm... Aku rasa tidak baik untuk mengatakannya di saat kita sedang berdua." Jelas, Bella ragu untuk mengatakan alasan sebenarnya. "Tidak apa-apa. Katakan saja." Desak Roy penasaran. "Kalau kau memaksa, maka aku bisa apa?" Jawab Bella pasrah. "Lalu jelaskan padaku." Tutur Roy lagi. "Seb
Read more
Pelukan hangat yang singkat.
Besok adalah hari pernikahan Nathan dan Celline. Semua orang sedang sibuk dengan persiapan. Tidak terkecuali Rachel. Karena dia yang bertanggung jawab atas furniture yang akan menghias kamar pengantin mereka. Di tengah rasa sakit dan kecewa yang masih dia rasakan, Rachel berusaha agar tetap profesional. Ia tidak ingin mencampur adukkan masalah pribadi dan pekerjaan. Proses pemindahan furniture itu berjalan dengan aman dan lancar. Kini Rachel sedang berada di sebuah kamar. Kamar pengantin lebih tepatnya. Di kamar inilah semua furniture itu akan di tempatkan. Roy dengan senang hati membantu Rachel sejak tiba di rumah besar ini. "Roy, sepertinya meja rias ini tidak cocok di tempatkan di sebelah sini. Sebaiknya di sebelah lemari itu saja, agar kemewahannya lebih terlihat." Saran Rachel. "Baik, Nona. Kalau begitu saya akan memanggil para kuli angkat yang tadi, mereka sedang membantu membereskan kamar sebelah." Jawab Roy. "Oh ya, dimana box bayi tad
Read more
Bersikap sopan lah padaku, Tuan!
Seketika pintu yang tadinya tertutup rapat, terbuka tapi tidak terlalu lebar. Sekilas ia bisa melihat Roy melintas lagi di depan pintu itu. Nathan menanggalkan alat kecil bewarna hitam yang dari tadi menempel pada telinganya. Tentu saja ia melepaskannya agar pembicaraannya dengan Rachel nanti tidak terdengar oleh Roy. "Terima kasih. Dan, maafkan aku." Ucap Nathan pelan, nyaris tak terdengar. "Untuk apa?" Tanya Rachel tanpa melihat ke arahnya. "Terima kasih untuk pelukan tadi. Itu memberikanku energi positif yang akan membantuku untuk kuat melewati semua ini. Dan maaf, untuk dia yang seharusnya tidak hadir di antara kita." Nathan menjelaskan dengan raut wajah penyesalan. "Aku menunggumu untuk menjelaskan segalanya. Aku kira kau akan menemuiku dan meminta maaf padaku. Meski akhirnya kita tidak bisa bersama, mungkin aku tidak akan membencimu sebanyak ini." Rachel mencoba menahan air matanya agar tidak jatuh tertumpah. Dia tidak ingin terlihat lem
Read more
Menghadiri pernikahan sang kekasih.
Rachel sudah bersiap akan pergi bekerja, saat tiba-tiba sebuah pesan masuk di ponselnya. Sambil berjalan ke arah garasi tempat sepeda motornya terparkir, Rachel membaca pesan singkat itu. Mungkin lebih tepatnya sebuah pesan ancaman. "Jika kau tidak ingin nama perusahaan tempatmu bekerja menjadi rusak dan hancur, hari ini kau harus menghadiri resepsi pernikahanku dan Celline. Aku menunggumu." Begitu lah isi pesan yang masuk. Tertulis di sana nama pengirim pesan adalah Nathan.  Rachel merasa tubuhnya lemah seketika. Kakinya goyah. Hampir saja ia terjatuh, Jihan dengan cepat memegang tangannya. Menuntunnya kembali ke ruang keluarga dan duduk di kursi. "Ada apa kak? Apa hari ini kakak kurang enak badan?" Terlihat Jihan sangat mengkhawatirkan keadaan Rachel. "Tidak. Aku tidak apa-apa. Aku hanya sedikit pusing tadi. Mungkin karena semalam aku kurang tidur." Jawab Rachel berbohong pada Jihan. "Apa tidak sebaiknya kakak hari ini minta lib
Read more
Dijebak minuman perangsang.
Semua mata tertuju padanya. Gadis tinggi dengan body yang sempurna. Memakai gaun merah, terang, dan  ketat panjang kaki. Dengan belahan mencapai paha. Kerah berbentuk V dan menampilan belahan dada yang membuat mata lelaki pasti tak mau melepaskan pandangannya. Rambut ikal di gerai kesamping sepanjang dada. Tak lupa anting panjang se bahu berbentuk kepakan sayap burung merak. Di tangannya ia menenteng sebuah tas kecil berwarna gold dengan gliter mewah. Tak menyangka menjadi pusat perhatian, Rachel menjadi salah tingkah. Ia mendehem untuk menghilangkan ke gugupannya. Lalu berjalan menuju salah satu meja yang ternyata disana juga berdiri seorang pria tua yang biasa ia jumpai di restoran di kota S. Nathan menatap tajam pada Rachel. Ia benci karena kecantikan Rachel menjadi tontonan semua orang hari ini. Dia tidak rela berbagi sedikitpun dengan orang lain. Hanya dia yang boleh melihat aura cantik yang ada dalam diri Rachel ini. Dia marah pada Rachel. Nathan b
Read more
PREV
123456
...
11
DMCA.com Protection Status