Semua Bab KISAH DI PENGHUJUNG SMA: Bab 61 - Bab 70
82 Bab
BAB >< 060
Upacara yang rutin dilaksanakan pada hari Senin di Pelita Husada baru saja dibubarkan. Siswa-siswi mulai berjalan kembali ke kelas masing-masing.Jika biasanya setelah upacara Wawa akan mengunjungi kantin untuk membeli minum sebelum kembali ke kelas, hari ini pengecualian.Ia menjadi orang pertama yang sampai di kelas, berdiri di depan pintu menunggu kedatangan Ibu Rika yang membawa sebuah piala di tangannya.Akhirnya, setelah seminggu berlalu pengumuman pemenang lomba kebersihan dan keindahan kelas pun diumumkan oleh kepala sekolah saat upacara tadi.Dan tiga kelas yang berhasil terpilih salah satunya adalah dua belas IPA 3 meskipun hanya mendapatkan juara dua. Selain piala, mereka juga mendapat hadiah sebuah voucher makan gratis di restoran berbintang."Anak-anak silakan duduk dulu di kursi masing-masing," ujar Ibu Rika setelah tiba di dalam kelas. Kini ia berdiri di depan menghadap semua orang. "Mungkin ibu tidak perlu beritahu lagi karena kalia
Baca selengkapnya
BAB >< 061
Neira pikir Atlan bercanda saat mengajak dirinya untuk datang ke pertandingan futsal cowok itu. Awalnya Neira masih menganggap bahwa tindakan Atlan di kantin dua hari lalu hanya untuk pamer kepada semua orang tentang kedekatan mereka. Tapi, saat hari yang dijanjikan itu tiba, Neira akhirnya sadar bahwa Atlan serius dengan ucapannya.Jujur saja Neira tidak begitu menyukai pertandingan yang berhubungan dengan olahraga. Dibanding harus berdiri diantara kerumunan orang sambil berteriak memberi semangat, Neira lebih nyaman menepi di kamar sambil membaca buku atau menonton drama. Alasannya tidak pernah berbeda, karena Neira tidak suka keramaian.Lalu entah apa yang merasuki pikiran Neira ketika ia setuju menemani Atlan ke gedung futsal di mana pertandingan akan diadakan dengan mengingkari janji dinner yang sudah direncanakan bersama teman satu kelasnya.Sudah lima belas menit lamanya Neira menduduki kursi yang tersedia di pinggir lapangan. Ketika orang-orang menonton
Baca selengkapnya
BAB >< 062
Neira sempat berpikir bahwa Wawa akan marah lalu mendiaminya seharian, ketika ia tiba-tiba membatalkan janji dinner yang sudah direncanakan teman satu kelasnya demi menemani Atlan ke pertandingan futsal.Namun rupanya jangankan marah, Wawa bahkan tidak pernah membicarakan masalah itu lagi sejak pagi sebelum Neira yang mengungkitnya lebih dulu."Lo beneran gak marah kan, Wa?" Sudah tidak terhitung berapa kali Neira menanyakan hal itu. "Gue bener-bener gak maksud buat batalin. Kalo perlu kita bisa dinner lagi berdua. Gue traktir, deh. Tapi kalo mau ajak yang lain bayar sendiri-sendiri."  Wawa yang sedang mengaduk baksonya hingga tercampur dengan kecap dan saus mendongak. Untuk pertama kalinya ia merasa terganggu dengan Neira yang terus meminta maaf."Lama-lama gue kenyang bukan karna makan bakso, tapi karna denger permintaan maaf Lo." Wawa menjeda ucapannya untuk mencicipi rasa baksonya yang sudah tercampur rata. "Lagian kenapa gue harus mara
Baca selengkapnya
BAB >< 063
Mobil yang mengantar Neira berhenti di depan gedung perpustakaan kota. Sesaat setelah turun dan mobil itu melaju pergi, ponselnya berbunyi. Karena posisinya masih di pinggir jalan, ia pun harus menepi ke tempat yang tidak dilalui kendaraan.Neira mengeluarkan ponselnya dari tas kemudian mendapati satu panggilan tidak terjawab dari Atlan. Tak lama setelahnya, Atlan kembali memanggil. Kali ini Neira langsung mengangkatnya.Digesernya icon telepon ke atas sebelum menyapa Atlan. "Halo.""Lo di mana?" tanya Atlan tanpa mengucap salam terlebih dahulu.Terdengar jelas suara tarikan napas Atlan yang terengah. "Perpustakaan kota. Baru aja sampai. Kenapa?""Kenapa gak bilang mau pergi ke sana. Siapa yang nganter?"Neira memicingkan matanya karena tersorot sinar matahari. Ia juga memundurkan posisinya agar bisa berlindung dibalik pagar. "Diantar Pak Kasman. Lo kan tadi latihan futsal. Mana mungkin gue minta dianterin."Kembali terdengar helaan n
Baca selengkapnya
BAB >< 064
Jam lima sore, Neira sudah diizinkan pulang oleh dokter. Namun karena tangannya cedera cukup parah, ia dianjurkan untuk tidak banyak bergerak.Frida sendiri sudah mewanti-wanti agar Neira tidak datang ke sekolah selama tiga hari. Atau setidaknya sampai gips yang membungkus tangannya dilepas.Sesampainya di rumah, Neira langsung dibawa ke kamar. Segala keperluannya disiapkan, seperti air minum, camilan, dan obat agar ia tidak perlu mengambilnya sendiri di bawah.Neira juga sudah menghubungi Elvina menggunakan ponsel milik Atlan. Meski awalnya ia ragu karena takut wanita itu khawatir, tapi akan lebih baik jika ia memberitahunya sekarang karena suatu saat mamanya juga tetap akan tahu.Mendengar berita kecelakaan Neira, Elvina sontak bersedih. Ia merasa tidak berguna karena tidak bisa mendampingi sang putri. Tapi selanjutnya Neira berjanji untuk kedepannya akan menjaga diri lebih baik lagi. Barulah setelahnya Elvina bisa merasa sedikit lebih tenang.Ob
Baca selengkapnya
BAB >< 065
Surat izin yang dikirim Frida kepada Ibu Rika selaku wali kelas dua belas IPA 3 bertuliskan tiga hari istirahat. Tapi Neira sudah datang ke sekolah di hari kedua. Alasannya karena gadis itu sudah tidak betah hanya berdiam diri di kamar dan khawatir dengan tugas yang menumpuk jika ia absen ke sekolah terlalu lama.Meski sempat ditentang oleh Frida, Neira akhirnya berhasil meyakinkan mertuanya itu dengan berjanji tidak akan banyak melakukan aktivitas dan hanya akan beristirahat di kelas.Walaupun Neira sudah berjanji untuk menjaga dirinya, Frida tetap menitipkan pesan kepada Atlan agar mengawasi Neira. Hanya dengan begitu ia bisa merasa tenang membiarkan Neira kembali ke sekolah meski dengan kondisi tangan yang masih dibungkus gips dan perban di dahi.Dua hari tidak datang ke sekolah membuat Neira menjadi begitu rindu dengan kursinya, dengan perpustakaan, dan tentu saja sangat merindukan Wawa.Kehilangan ponsel membuat Neira juga kehilangan akses untuk berk
Baca selengkapnya
BAB >< 066
Setelah membuat kehebohan dengan membawakan makanan untuk Neira saat jam istirahat tadi, Atlan kembali membuat heboh semua orang karena ketika jam pulang sekolah, ia sudah berdiri di depan pintu kelas dua belas IPA 3 menunggu Neira keluar.Keberadaan Atlan di sana sempat membuat Ibu Rika yang mengajar jam terakhir di kelas itu terkejut."Sedang apa kamu di sini?" tanya wali kelas dua belas IPA 3 tersebut.Dengan entengnya Atlan menjawab. "Nunggu Neira, Bu."Mungkin jika sebelumnya gosip antara Atlan dan Neira tidak tersebar sampai ke telinga guru, Ibu Rika akan banyak bertanya. Tapi, karena ia pun sudah tahu bahwa salah satu siswi di kelasnya dekat dengan siswa paling pintar di sekolah itu, guru yang mengajar pelajaran biologi tersebut pergi setelah melempar godaan kepada Atlan.Tapi, sebelum Ibu Rika, tentu saja orang yang paling antusias melempar godaan kepada Atlan dan Neira adalah Wawa. Rasanya telinga Neira sudah panas mendengar godaan dari sa
Baca selengkapnya
BAB >< 067
Jam pelajaran olahraga di kelas dua belas IPA 3 masih tersisa sepuluh menit lagi, tapi Pak Tirta menyudahi pertemuannya untuk memberi lebih banyak waktu istirahat.Setelah membubarkan diri dari lapangan, di antara mereka ada yang memilih berganti pakaian lebih dulu, dan ada pula yang langsung ke kantin untuk makan.Jika Wawa memutuskan untuk makan dulu kemudian mandi, Neira justru memilih mandi terlebih dahulu karena sudah merasa begitu gerah dan berkeringat.Untung saja fasilitas di SMA Pelita Husada terbilang lengkap. Termasuk tersedianya kamar mandi yang bisa digunakan siswa-siswi untuk membersihkan diri dari keringat setelah mengikuti pelajaran olahraga.Setelah mengambil seragam di kelas, Neira berjalan seorang diri menuju kamar mandi cewek karena kebanyakan temannya memilih untuk makan lebih dulu.Tapi, ketika sampai di depan kamar mandi ia bertemu dengan Dwi yang tiba lebih dulu darinya."Kayaknya di dalam kosong, yuk masuk," ajak Dwi
Baca selengkapnya
BAB >< 068
Tadi pagi saat mendapati Neira pingsan di depan kamar mandi, Atlan begitu panik. Yang ia ingat hanya bagaimana caranya bisa membawa gadis itu sampai di rumah sakit segera. Sampai ia lupa membawa tasnya ikut serta kemudian terpaksa meminta tolong kepada Aydin untuk mengambilnya.Awalnya Atlan ingin mengambil tasnya di rumah Aydin, tapi ternyata cowok itu sudah mengembalikannya ke rumah.Setelah berganti pakaian, Atlan kembali ke rumah sakit menggantikan Frida yang tadi menjaga Neira. Karena Frida mengatakan bahwa Neira masih tidur, Atlan pun memilih menepi di sofa sambil mengecek ponselnya.Rupanya begitu banyak notifikasi pesan yang masuk. Ada pesan dari Aydin, Wawa, dan beberapa anak Pelita Husada lain yang semuanya menanyakan kondisi Neira.Tidak ada niat sedikit pun Atlan untuk membalas pesan-pesan itu dan membiarkan mereka semua penasaran.Atlan memilih membuka aplikasi game bola yang beberapa hari ini ia anggurkan. Satu pencapaian rekor karena
Baca selengkapnya
BAB >< 069
Neira termasuk orang yang sangat memperhatikan kesehatan. Mulai dari menjaga pola makan sampai olahraga rutin sehingga jarang terserang penyakit dan berurusan dengan rumah sakit.Mungkin selama tujuh belas tahun Neira hidup, bisa dihitung jari berapa kali dirinya berobat di rumah sakit. Itupun tidak pernah menginap. Karena biasanya, ia tidak pernah betah berlama-lama di sana dan memilih berobat jalan.Namun, untuk pertama kalinya Neira merasa tidak keberatan tinggal di rumah sakit lebih lama, selama ada Atlan yang menemaninya. Dan cowok itu seperti paham dengan keinginan Neira, sehingga tidak pernah meninggalkan gadis itu dalam waktu yang lama.Pagi ini setelah diperiksa oleh dokter dan dinyatakan sudah dalam kondisi yang lebih baik, Neira sedang sarapan bersama Atlan. Neira sedang makan bubur yang disediakan oleh rumah sakit, sedangkan Atlan menikmati nasi goreng yang dibelinya di kantin.Jam sudah menunjukkan pukul tujuh pagi saat mereka menyelesaikan s
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
456789
DMCA.com Protection Status