All Chapters of Senja Terakhir di Wu Chan: Chapter 11 - Chapter 20
25 Chapters
Bab 11
Tubuh Chen menggigil di atas sepeda motor yang melaju di jalan sepi kota Wu Chan. Rumah kontrakan dia memang agak jauh dari WIV. Maklumlah dia mencari yang harganya terjangkau. Iklim global yang melanda hampir seluruh dunia, menjadikan bulan September yang seharusnya masih hangat, kini suhunya sudah membuat menggigil. Musim panas dan gugur tahun ini terasa lebih pendek. Apalagi daratan China, sudah beberapa tahun belakangan dilanda iklim ekstrem. Bila musim panas, seolah ada di dalam oven saat siang. Begitu juga saat musim dingin. Jaket milik Chen sudah tidak ada yang mampu menghangatkannya. Padahal dulu satu jaket tebal saja sudah cukup hangat, bahkan panas bila dipakai berjalan atau beraktivitas. Atau karena jaket-jaketnya sudah terlalu kuno dan perlu membeli yang baru. Chen lupa kapan terakhir kali dia membeli jaket untuk musim dingin. Karena setelah berteman dengan James dan Chou, sering kali kedua rekannya itu menghibahkan jaket yang sudah tidak mereka sukai kepadanya. Berteman
Read more
Bab 12
Dalam waktu tidak berapa lama, ketiga sahabat itu sudah sampai di depan gerbang WIV. Rumah kos mereka memang tidak seberapa jauh dari gedung WIV. Setiap hari mereka berjalan kaki sambil menikmati indahnya dan melihat kesibukan para pedagang menuju pasar seafood, Huanan yang letaknya tidak jauh dari WIV.Terkadang mereka melihat para pedagang membawa dagangannya berupa kelelawar, katak, dan binatang-binatang lainnya. Seperti pagi ini, mereka melihat satu truk besar membawa kurungan berisi kelelawar hidup berjalan dari arah berlawanan. Angel sempat terbelalak melihat hewan nokturnal itu bergelantungan di dalam kurungan.“Dari mana mereka mendapat kelelawar sebanyak itu?” tanya Angel terheran-heran.“Kamu belum pernah melihat kelelawar sebanyak itu? Kamu mau melihat lebih banyak lagi?” canda Chou disambut tawa James.“Melihat tiga puluh ekor dalam satu kurungan saja sudah membuatku merinding, apalagi sebanyak tadi. Di m
Read more
Bab 13
“Masalah Bibi Qiu serahkan padaku,” ujar Chen dengan penuh percaya diri.Ketiga rekannya saling pandang. Chou mengernyitkan dahinya. Angel membelalakkan mata sipitnya. James melepas kacamata dan membersihkannya kemudian memakainya lagi. Berusaha meyakinkan kalau sosok di depannya adalah teman mereka, Chen si Gugup. Ya, sejak kuliah Chen mendapat julukan si Gugup. Karena selalu gugup bila berhadapan dengan masalah yang sekiranya berat baginya. Tiada yang menyangka saat sidang skripsi dia bisa melewati tanpa kegugupan, hingga mendapat gelar cumlaude.“Chen, kau sehat? Kau tidak mabuk, kan?” tanya Chou dengan pandangan khawatir.“Apa kau benar Chen? Dokter hewan gugup itu?” kelakar James.“Kalian ini ... sudah jangan goda Chen lagi!” Angel berpaling ke arah Chen, “Apa yang membuat kamu yakin bisa mengatasi masalah ini, Chen?” tanya Angel hati-hati.“Untuk kali ini, percayalah padaku. Ak
Read more
Bab 14
James, Chou, dan Angel menunggu Chen yang sedang mencari Bibi Qiu. Tadi pagi perempuan paruh baya itu mengatakan bila hari ini dia membersihkan laboratorium dan beberapa ruang kantor di lantai satu. Tim kebersihan memang mempunyai jadwal sendiri-sendiri. Tidak setiap hari mereka mengerjakan pekerjaan yang sama di satu tempat. Ada yang mengatur tiap tim dan memutar secara acak jadwal mereka. Hari ini Bibi Qiu ada di tim empat. Bertugas membersihkan lantai satu dan mencuci beberapa peralatan yang digunakan oleh laboratorium. Tentu saja peralatan yang tidak digunakan untuk percobaan yang berbahaya.“Chou, coba kau telepon Chen. Mengapa mereka lama sekali,” gerutu James.“Sabar, aku yakin mereka sebentar lagi datang,” ujar Chou berusaha menenangkan James.“Itu mereka!” seru Angel lega.Mata James berbinar melihat Chen menggandeng tangan Bibi Qiu. Chou menahan tawa, Angel menatap sambil tersenyum.“Kami sudah me
Read more
Bab 15
Sementara 839 km dari Wu Chan, di stasiun kereta api pusat Shanghai, seorang gadis berambut coklat keemasan berjalan anggun. Menenteng sebuah tas hitam yang terlihat padat dan berat. Kaki jenjangnya menuruni tangga dengan hati-hati. Dia seperti sengaja menghindari keramaian. Seharusnya dia bisa menggunakan tangga berjalan untuk keluar dari stasiun bawah tangga. Tetapi dia lebih memilih lewat tangga biasa yang tidak begitu ramai orang.Di ujung tangga tampak seorang lelaki berkulit putih dengan kacamata hitam, terlihat mengawasi si gadis cantik itu dengan saksama.“Hai, Sayang ... sudah lama menunggu?” tanya si gadis dengan mesra.“Tidak, aku juga baru saja datang dari timur,” jawab di pria bule tidak kalah mesra.“Dia orangnya,” batin si gadis.“Cantiknya,” pikir si bule tampan dengan senyum menggoda.“Aku sudah memesan kamar untuk kita. Ingat kita akan berpura-pura sebagai suami istri ya
Read more
Bab 16
 Shanghai, pukul 09.12, Mey Ling duduk di kedai sarapan tidak jauh dari sebuah coffee shop yang masih ramai pengunjung. Di mejanya ada seporsi roti bakar cokelat, segelas sedang susu teh dengan gula dan krim, serta semangkuk kecil yogurt, sajian yang wajib ada untuk agenda dietnya.Seorang lelaki dengan gaya rambut berantakan menghampiri Mey Ling. Dia memeluk Mey Ling dan mencium keningnya.“Kenapa kau tidak bangunkan aku?” bisiknya di telinga Mey Ling.“Maaf, Sayang, aku sengaja tidak membangunkanmu. Aku tidak tega melihat wajah tampanmu yang kelelahan,” kata Mey Ling sambil mencium tangan suami sementaranya.Beberapa orang menoleh dan tersenyum mendengar suara Mey Ling yang cukup keras.“Tidak apa-apa, Sayang. Lagi pula aku memang benar-benar lelah setelah ...,” ucap Harrison membalas mencium tangan gadis yang keras kepala itu.“Sudah aktingnya! Aku melihat dia masuk ke co
Read more
Bab 17
 Satu notifikasi masuk ke telepon genggam Harrison.“Ok, sudah masuk,” kata Harrison sambil mengacungkan ibu jarinya.Lelaki tanpa nama itu segera berdiri, mengambil gawai, kacamata, dan satu kotak wadah kacamata yang barusan dia pakai saat melihat I-pad Mey Ling.“Kapan kalian akan mentransfer datanya?” tanyanya gugup dengan wajah masih pucat. Sangat jelas terlihat dia belum bisa menghilangkan keterkejutannya saat melihat layar I-pad tadi.“Sebelum Anda sampai di hotel, data itu sudah selesai kami transfer,” sahut Mey Ling sambil memamerkan senyum manisnya. “Ba-baiklah, aku pergi dulu.”Lelaki berwajah asia tenggara itu bergegas meninggalkan kedai Pizzaexpress. Terlihat dia sangat terburu-buru. Beberapa kali tubuhnya yang agak tambun itu bertabrakan dengan orang lain. Mey Ling mengerutkan dahinya. Matanya terus mengawasi lelaki itu sampai hilang di kerumunan orang yang lalu
Read more
bab 18
Bab 18   Mey Ling terkesiap, tubuhnya limbung ke belakang dan hampir jatuh. Sebuah tangan kokoh menopang tubuhnya agar tidak ambruk. “Hati-hati, Nona,” kata lelaki dengan seragam khas penjaga pintu masuk mal. Dia menyeringai, sambil mencengkeram lengan Mey Ling. Gadis itu baru tersadar siapa yang tiba-tiba muncul itu. Penjaga pintu keluar mal itu semakin kuat mencengkeram lengan Mey Ling yang berusaha melepaskan diri. “Apa maumu?” bentak Mey Ling. “Berikan I-padmu! Atau kau ingin menjadi seperti temanmu itu?” ancam lelaki asing itu sambil melirik tempat sampah. Mey Ling berusaha tetap tenang. Dia menyadari berbohong adalah hal sia-sia karena mereka pasti sudah tahu semua. Lelaki dengan rambut klimis dan rapi, jelas Mey Ling pun tahu siapa mereka. Sebenarnya sebagai kurir yang biasa membawakan pesanan klien bosnya, dia sudah terbiasa menghadapi bahaya yang mengancam nyawanya. Kematian bukan hal yang mengeju
Read more
bab 19
Bab 19 “Yuma, papamu mana?” tanya tetangga depan rumah mereka.“Ada di dalam, Paman. Dia sedang menyiapkan kelelawar dan ular tangkapannya untuk dibawa ke Huanan,” kata si bocah dengan rambut hanya sejumput di bagian depan saja itu sambil mengambil tali yang diminta papanya.“Banyakkah tangkapan papamu?” tanya si Paman penasaran.“Lumayan, Paman. Aku tadi juga menangkap seekor kelelawar,” kata Yuma dengan bangga.“Benarkah? Hebat kau!” puji tetangga mereka sambil melangkah masuk rumah.“A Xiu, besok jadi pergi ke Huanan?”“Entahlah! Tangkapanku belum banyak, tetapi kalau terlalu lama disimpan di sini, aku takut mereka mati. Kalau mati harganya bisa turun,” jelas A Xiu sambil mengikat beberapa karung berisi binatang melata.“Apa kita harus ke hutan dulu? Tapi sekarang penjagaan sangat ketat, k
Read more
Bab 20
Bab 20 Gedung Wu Chan Institute of Virology, lantai dua.“Chou, mengapa perasaanku tidak enak kalau ingat kelelawar itu. Apa menurutmu hewan itu benar-benar sudah mati?” tanya Angel.Chou masih terus menatap layar komputer di depannya. Sesekali jarinya menekan keyboard untuk mencari file yang dia inginkan.“Chou ...,” panggil Angel.“Apalagi? Semua sudah beres. Jangan terlalu khawatir. Tidak akan ada masalah, percayalah. Kamu tenang saja, ada aku dan James serta Chen yang akan membereskan semua bila terjadi hal yang tidak diinginkan.”Gadis itu menatap lelaki yang selalu melindunginya dari segala kesulitan. Angel merasa seperti mempunyai malaikat penjaga sejak mengenal Chou. Empat tahun dia sudah mengenal lelaki yang dua tahun belakangan resmi menjadi pacarnya itu. Kedekatan mereka pun karena terlibat dalam satu proyek untuk bahan skripsi mereka. Angel sempat terkejut saat dia menjadi satu ti
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status