All Chapters of Pria Super Kaya: Chapter 231 - Chapter 240
311 Chapters
Pernyataan Dimas
Aldo benar-benar dibuat semakin pusing oleh kasus ini, berbelit-belit bagai benang kusut yang tak kunjung terurai. Dia berharap dapat segera menyelesaikannya. Utamanya sekarang dia merasa perlu menemui Dimas. Usai kepergian anak buahnya, Aldo menghubungi Dave untuk mengabari soal apa yang dia temukan.“Apa?” Bahkan Dave juga terkejut mendengarnya. Dan mereka berdua memutuskan akan menemui Dimas di penjara besok setelah Aldo dan Dyta kembali ke Jakarta.Malam itu Aldo tidak dapat tidur dengan nyenyak memikirkan hal ini, sebelum kembali ke Jakarta sudah pasti dia meminta beberapa pengawal menjaga keluarganya. Setidaknya bisa membuat dia lebih tenang, semua titik telah diamankan. Baik itu keluarga Dyta, maupun keluarga Eduard sendiri.Aldo dan Dyta mendarat di Jakarta sekitar pukul 10 siang, Dave sendiri yang menjemput mereka. Usai mengantar Dyta pulang ke mansion, mereka langsung menemui Dimas di penjara. Mereka harus meminta keterangan dari orang ini
Read more
Berharap Titik Terang
Sepertinya rencana Aldo dan Dave cukup membuahkan hasil, dengan berdiam dan tatapan tajam serta mengintimidasi, mereka berhasil membuat Dimas berbicara lebih banyak.“Aku memang mengenal Frix, dan benar … dia juga salah satu anggota geng Ponix, dia teman kami. Dia juga dikenal sebagai anggota terbaik di sepanjang masa atas kerapiannya dalam menangani berbagai kasus ….”“Tapi asal kalian tau ….”Dimas memasukkan lagi semua berkas yang ada kedalam amplop, baru setelahnya melanjutkan lagi pembicaraannya.“Kami tidak pernah terikat satu sama lain dalam menerima tugas, jadi kalian salah besar jika mengira aku mengetahui segala hal yang Frix lakukan.”“Mungkin selama ini tidak banyak yang tau tentang geng Ponix, kami menerima job bukan dirembuk bersama, tapi lebih kepada bersifat privasi. Masing-masing anggota memiliki kerjaannya sendiri tanpa campur tangan yang lainnya.”“
Read more
Akhirnya Sungguh Ada Titik Terang
Setelah keluar dari area penjara, tepatnya berada di dalam mobil, Aldo baru menghubungi lagi nomor telepon anak buahnya yang menghubungi dia tadi. Barusan tersambung, sudah langsung dijawab. “Gimana? Kalian menemukan pria itu?” cecar Aldo segera. “Sudah, Bos … tapi ….” “Tapi apa?” “Dom tak sengaja menembaknya hingga kritis, sekarang orang itu sedang dirawat di rumah sakit, Bos.” Mendengar itu jelas membuat Aldo naik pitam seketika. “Dasar g*blok! Kalian ini benar-benar tidak becus!” “Ma ….” Tit! Aldo memutuskan panggilan secara sepihak sebelum orang suruhannya selesai bicara. “Ah, benar-benar sial!” Ia menghempas asal handphone, yang akhirnya terjatuh membentur dasboard. Beruntung tidak mengenai kaca depan mobil. Setelahnya ia tampak memijat kening. “Apa yang terjadi, Tuan?” kepo Dave dengan hati-hati. “Mereka menggagalkan semua rencanaku.” “Maksud Anda orang yang Anda kirim untuk
Read more
Bagaimana Bisa?!
“Apa kau bisa gambarkan, seperti apa ciri-ciri orang yang menemui orang itu?” cecar Aldo langsung pada intinya.“Ehm … sebenarnya saya sempat mengambil foto mereka, Tuan.”“Oya?” Begini jelas lebih baik lagi, Aldo semakin bersemangat. “Bisa kau tunjukkan?”“Tentu.”Dom lalu menyerahkan ponsel di tangannya usai membuka bagian gareli, Aldo meraih benda persegi tersebut secepat kilat. Matanya tentu langsung tertuju pada layar, memeriksa wajah pada foto yang tersimpan di handphone Dom. Namun sayang sekali, ternyata gambarnya tidak begitu jelas karena diambil dari jarak agak jauh, Aldo perlu memicingnya.Beberapa detik kemudian, Aldo seperti bisa mengenalinya, wajah itu tiba-tiba familiar, mirip dengan seseorang tapi justru membuatnya menggeleng-geleng, “Ini nggak mungkin,” gumamnya.“Ada apa, Tuan?”“Kamu coba lihat, Dave … menurutmu or
Read more
Bab 235
Di perjalanan pulang, Dave dan Aldo terlibat perbincangan, masih membicarakan seputaran kasus yang sedang dihadapinya saat ini. Utamanya Dave memastikan rencana Aldo barusan.“Tuan, Anda yakin mau ke Ciwidey sekarang? Anda dan Nona baru kembali dari Bukittinggi pagi ini, pasti masih lelah.”“Kelelahan nggak akan bikin mati, kan Dave. Aku mau menyelesaikan urusan ini secepat mungkin,” sahut Aldo sambil tangannya terus mengusap-usap ponsel. Dia sedang bermain game saat itu untuk menghilangkan kepenatan sejenak.“Siapa bilang lelah tidak bisa bikin meninggal, ada banyak orang yang meninggal karena kelelahan, Tuan.”“Ah, masa?” Aldo terkekeh. “Jangan lebay! Sejak kenal sama pengawal culun itu kamu jadi suka berlebihan, Dave. Heran!”Dave sontak mengerutkan wajah, agak kaget Aldo mengaitkan hal ini dengan Tiara. Dia tidak terima.“Tidak ada hubungannya dengan perempuan itu, Tuan.&r
Read more
bab 236
“Tuan, soal foto tadi, apakah Tuan masih memikirkannya?”Dave jadi teringat akan hal ini setelah mereka membahas panjang lebar tentang geng Recky.“Memangnya kenapa, Dave? Apa ada yang kamu pikirkan tentang itu?”Bukannya menjawab, Aldo justru melempar pertanyaan.“I-iya, Tuan … sebenarnya ….”Walau sangat penasaran dengan apa yang hendak dikatakan Dave, Aldo tetap sabar menunggu kalimat lanjutan dari asistennya itu. Ekspresi Aldo tampak antusias.“Begini, Tuan … bagaimana kalau foto itu ternyata memang fotonya Robert?”Memberikan sedikit jeda, Dave menambahkan lagi, “Masalahnya mayat mereka hilang waktu itu, bagaimana kalau ternyata mereka tidak meninggal?”Aldo tak langsung menjawab, dia terbengong sedari awal Dave menyampaikan pendapatnya. Beberapa detik kedepan Aldo justru terkekeh penuh keraguan. Nyatanya dia memang memiliki asumsinya sendiri.
Read more
Bab 237
“Oya? Nggak biasanya Dyta begini.”Aldo jadi berpikir perkataan Dave tadi ada benarnya juga. Mungkin Dyta memang benar-benar kelelahan sampai terlelap selama ini. Sepertinya dia perlu mempertimbangkan lagi soal ke Ciwidey malam ini.Sesaat Aldo malah terbelalak. “Atau jangan-jangan dia sakit?”Tepat pada detik ketika dia selesai berkata, Dyta tiba-tiba muncul di hadapannya.“Siapa bilang aku sakit? Sangat baik malah,” lontarnya yang memang memperlihatkan wajah super fresh karena sudah mendapatkan istirahat cukup.“Eh, kamu udah bangun?” tanggap Aldo agak kaget, kakinya reflek bergerak melewati Bi Imas menghampiri kekasih cantiknya itu.Bukan lagi bangun, tapi Dyta bahkan telah rapi. “Mau kemana berpakaian begitu?” kalimat tersebut lolos begitu saja dari mulut Aldo saat ia telah berdiri tegak hampir tak berjarak di depan Dyta.“Lah, masih nanya … kan kamu mau ngaj
Read more
Bab 238
“Ish, kamu ini bener-bener jahil!”“Biarin, biar mereka cepet nikah!”“Dasar!”Pasangan itu lalu terkekeh bersama. Sampai sebuah suara tak asing terdengar menggema menyerbu kuping mereka.“Terus, kalian kapan nikah?” Demikian bunyi dari suara itu.Bagaimana Aldo dan Dyta tidak terkejut, sesungguhnya yang berkata adalah Bi Imas! Aldo sampai menatap asisten rumah tangga itu dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.Demikian juga dengan Bi Imas yang tampak menyentuh bibirnya, ekspresinya itu agak gentar. Sesungguhnya dia bukan dengan sengaja menimpali pembicaraan majikannya ... betapa tidak tahu dirinya dia, Bi Imas juga masih waras!Dia awalnya hanya bergumam, tak disangka malah terdengar jelas di kuping Aldo dan Dyta karena mereka yang sebelumnya sedang sibuk terkekeh ria sempat senyap.“M-maaf, Tuan. Bukan maksud saya lancang. Saya hanya ….”Perempuan par
Read more
Menggombali Dyta
Aldo benar-benar mengangkat Dyta menuju kamarnya dengan cukup susah payah, ia sampai membanting kekasihnya itu pada ranjang karena kehabisan tenaga. Dyta selalu sangat berat baginya. Napas Aldo ngos-ngosan setelahnya.“Rasain! Udah dibilangin juga, turunin aku ….”“Dan sekarang saatnya kamu membayar semuanya,” tanggap Aldo menyipitkan mata, memasang lagi wajah genit itu sambil menatap intens Dyta.Usai berkata Aldo sudah merangkak menaiki ranjang yang membuat Dyta bersiaga.“Mau apa kamu?”Aldo tak menjawab, tapi bagaikan singa ganas dia langsung meloncat ke arah Dyta serta mendekap perempuan itu erat. Saking cepat gerakannya, Dyta tak sempat menghindar. Selanjutnya Aldo membenamkan wajahnya pada area perut Dyta.“Mau apa sih ih … geli!” respon Dyta berusaha menyingkirkan kepala Aldo. Tanpa lupa menambahkan kalimat ancaman berikut, “Jangan macam-macam!”Ucapan D
Read more
Meruntuhkan Benteng Pertahanan Dyta
“Jangan, Do. Kalau aku hamil gimana?”“Aku akan menikahimu,” sahut Aldo enteng saja tanpa beban.“Tapi ….”“Percayalah padaku, Dyt. Aku sangat mencintaimu.”Aldo tak pedulikan lagi wajah tegang yang masih diperlihatkan Dyta, dia telah mendekatkan wajah ke arah kuping perempuan itu. Sebelum melakukan sesuatu, dia terlebih membisikan sebuah kalimat seperti menanamkan jimat.“I love you so much, Dyta. I will marry you.”Deru napas Aldo menciptakan sensasi geli, tapi juga ada perasaan aneh yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata yang dirasakan oleh Dyta. Entahlah … walau masih sempat menghentikan aksi Aldo sebanyak beberapa kali, Aldo tetap berhasil meruntuhkan benteng pertahanannya.Akhirnya malam itu, segala isi yang ada di dalam ruangan tersebut menjadi saksi bisu kemesraan mereka. Rasa takut yang membuncah di dada Dyta membaur menjadi dengan kenikmatan dun
Read more
PREV
1
...
2223242526
...
32
DMCA.com Protection Status