All Chapters of KELUARGA BENALU: Chapter 1 - Chapter 10
50 Chapters
Bab 1
Keluarga Benalu"Nay, coba kamu tandatangani ini dulu." Mas Ardan menyodorkan selembar kertas bermaterai begitu aku duduk di kursi makan sepulang kerja. Aku diam sejenak, meneguk air dalam gelas yg kupegang. "Ayolah cepat." Desaknya. "Ini kertas apa, Mas?" Tanyaku sambil meraih kertas itu, mulai membaca isinya. Seketika mataku terbelalak. "Mas mau memindah namakan rumah ini atas nama Mas?" "Iya. Kenapa? Ini kan rumah Mas juga." Aku mengusap wajah. Berusaha mencari kata - kata yang tepat agar lelaki di depanku ini tidak tersinggung. T
Read more
Bab 2
Keluarga Benalu 2 Kupandangi ruang tamu yang kacau balau sepeninggal Mas Ardan dan keluarganya. Bungkus - bungkus cemilan, botol minuman, kulit kacang dan kuaci berserakan dimana - mana. Lalu 3 buah koper besar teronggok di sudut. Salah satunya terburai keluar menandakan isinya telah ditarik paksa. Aku mengelus dada. Bik Sum meraih sapu dan mulai membereskan semua kekacauan ini. "Nyonya dan nona - nona itu, apakah akan tinggal di sini Bu?" Tanya Bik Sum. Aku mengerutkan kening.  "Panggil saja Bu Imas. Itu nama mertuaku Bik. Dan adik - adik Mas Ardan, Asti dan Ara. Tak perlu pakai Nona." Jelasku tak suka. Aku sungguh tak suka ada yang meninggikan diriny
Read more
Bab 3
Keluarga Benalu 3"Loh, itu suamimu kan Nay?" Aku menoleh, dan nyaris menyemburkan kopi yang baru saja kuteguk. Dari jendela lantai dua food court, dapat kulihat sosok yang sangat ku kenal, Mas Ardan bersama Mama dan adik - adiknya sedang memasukkan barang - barang ke bagasi mobil. Aku memalingkan wajah. "Iya. Mama mertuaku baru datang kemarin sama adik - adiknya. Mas Ardan izin kerja untuk bawa Mama belanja." Terangku.  Shandy mengangguk - angguk. Masih mengawasi parkiran dari tempat kami menikmati makan siang. "Kalau yang itu siapa? Kok mesra banget sama suamimu?" Aku menol
Read more
Bab 4
Keluarga Benalu 4"Asti, Ara. Bangun!" Aku menggebrak gebrak meja keras. Kedua gadis itu bangun dengan gelagapan.  "Ada apa sih Mbak? Ngagetin aja." Sungut Ara. Direbahkannya kembali badannya di atas sofa. Sementara Asti duduk sambil menguap. Kutarik kembali tangan Ara, memaksanya duduk. "Bereskan semua kekacauan yang kalian buat ini. Aku gak mau tahu sejam lagi semua harus bersih." "Astaga. Mbak kayak apaan aja. Kan ada Bik Sum. Apa gunanya punya pembokat kalo kerjaan rumah masih kita juga yang ngerjain." Cetus Asti tanpa sopan santun. Aku mendesis. Darahku rasanya mulai naik ke u
Read more
Bab 5
Keluarga Benalu 5Aku menikmati sarapan dalam diam. Segelas jus buah dan setangkup roti isi sudah cukup untukku. Di hadapanku, ada dua porsi sarapan yang sama, yang kutujukan untuk Mas Ardan dan Mama.  "Hanya ini sarapannya?" Mama tiba - tiba sudah ada di hadapanku. Aku mengangguk.  "Ya Ma. Silakan dimakan." Mama mendengus. Diamatinya roti di piring dengan raut kesal. "Mama tidak suka roti. Dan kenapa cuma 2 porsi? Kamu tidak menyediakan sarapan untuk adik - adikmu? Mana Bik Sum? Dasar pembantu tidak tahu diri. Jam segini masih tidur. Bik Suuummm…!" 
Read more
Bab 6
Keluarga Benalu 6Suara cekikikan dari lantai bawah membangunkanku. Aku melirik jam di atas nakas. Pukul 11 malam. Kelelahan telah membuatku tertidur tanpa sadar di kamar Aryan, memeluk bantal mcqueen kesayangannya. Mas Ardan pasti sudah pulang. Sejak Bik Sum pergi, dia meminta kunci cadangan agar tak perlu membangunkanku jika pulang malam. Perlahan aku keluar. Dari lantai atas dapat kulihat pemandangan di ruang keluarga. Ara yang tertidur di sofa. Entahlah kenapa anak itu suka sekali tidur di sofa padahal ada kamar yang sudah kusediakan. Lalu Asti yang tengah bermain gawai. Dan… Dania, yang tengah duduk tak jauh dari Mas Ardan. Mereka ngobrol sambil tertawa - tawa.  "Astaga. Anak gadis siapa tengah malam gini masih bertamu di rumah orang?"&n
Read more
Bab 7
Keluarga Benalu 7"Aku tidak ada hubungan apa - apa dengan Dania, Nay." Mas Ardan berusaha menenangkanku. Entah apa yang membuatnya melunak, tidak membentak dan membabi buta seperti biasanya. Mungkin dia memikirkan cicilan mobil yang dia pikir akan kubayar. Enak saja batinku. Biasanya jika Mas Ardan marah, aku harus merelakan beberapa barang di rumah hancur karena dia banting. Piring, gelas, vas bunga. Apa saja yang bisa dia raih.  "Ah, memangnya kenapa kalau kami dekat dengan Dania? Lagipula Dania itu pemurah. Tidak pelit. Dan dia juga sekarang sudah kaya." Desis Asti. Aku menatap semua yang duduk di meja makan. Sengaja ku kumpulkan mereka semua untuk pertama kalinya setelah 2 minggu nyaris membuat rumah
Read more
Bab 8
Keluarga Benalu 8 Rate 21+Aku menatap wajah tampan itu lewat layar handphone milik Shandy. Rasa haru menyerangku mengingat sudah 6 bulan lamanya kami tak bertemu. Bang Azka mirip sekali dengan Almarhumah Ibuku. Terutama sorot tajam matanya yang selalu melembut tiap kali bicara padaku. Ya. Dia telah merawatku hampir sepanjang umurku. Ibu meninggal dunia saat aku kelas 6 SD. Ayah yang sibuk dengan bisnisnya seringkali terpaksa meninggalkan kami berdua bersama beberapa ART saja. Dia mengerti diriku bahkan lebih dariku sendiri. "Kenapa matamu sembab? Kamu habis menangis? Apa yang dilakukan Ardan padamu?" Pertanyaannya bertubi - tubi. Aku tertawa. "Aku me
Read more
Bab 9
Keluarga Benalu 9Pintu depan yang memang sejak tadi sengaja tak ku kunci, untuk berjaga - jaga atas kemungkinan terburuk, kini menjeblak terbuka lebar. Shandy diikuti dua lelaki berbadan tegap dan kekar masuk dan langsung menghampiri kami. Shandy berdiri di depanku, memposisikan dirinya dengan sikap melindungi. Sementara dua lelaki tadi berdiri di sisi kiri kanan kami. "Berani sekali kau menyentuh adikku! Dasar lelaki baj*ngan!" Bentak Shandy. Wajah Mas Ardan merah padam. Ditatapnya aku dengan pandangan menghakimi.  "Jadi kau merencanakan semua ini, Nayma? Kau sengaja memasang kamera untuk memata - mataiku? Kau berkomplot dengan Shandy untuk menjebakku!" 
Read more
Bab 10
Keluarga Benalu 10Dari teras rumah yang berjarak sekitar 10 meter ke pintu gerbang, dapat kulihat Mama, Asti dan Ara menggedor - gedor pagar dengan ribut. Pak Hasan, satpam yang biasa berjaga memang sengaja kuberi cuti. Aku tak ingin terlalu banyak orang mengetahui kemalanganku. Rasanya memalukan kalau sampai banyak orang tahu aku suamiku membawa selingkuhannya ke rumah, lalu bercinta di kamarku. Mas Ardan sendiri entahlah apakah masih punya malu atau tidak. Aku menyuruh Bik Sum membuka gerbang sebelum para tetangga berdatangan. Suara gedoran pagar dan teriakan mereka benar - benar merusak suasana.  "Astaga! Kenapa lama sekali? Kau mau membuat kami mati kepanasan?" Cecar Mama begitu menginjakkan kaki di teras. Mereka bertiga menghempaskan tubuh di sofa dengan waj
Read more
PREV
12345
DMCA.com Protection Status