Semua Bab Salju Hitam di Venesia: Bab 31 - Bab 40
61 Bab
Kenduri
"Cincin⁵!" Gelas-gelas saling beradu dan semua orang meneguk minumannya dalam sekali jalan. Yepa tampak sangat puas. Ia memandangi meja prasmanan dengan tatapan lapar yang sangat kentara. Mereka semua adalah hidangan favoritnya! "Kakek, kau memang luar biasa! Kau sangat mengerti aku!" Taveti tidak bersembunyi dan tertawa dengan bangga. Ia mengaitkan lengannya ke leher Yepa dengan sikap yang sangat alami. "Oh, Sayang, apa yang tidak untuk cucuku yang manis ini, hm?" "Ah, Kakek, kau pandai membuatku senang!" Tanpa ragu Yepa memberi sebuah kecupan genit di pipi Taveti dengan nakalnya. "Anak i
Baca selengkapnya
Selentingan
Jika sebelumnya Yepa hanya pasrah menerima pengaturan dari orang lain, maka kali ini dirinya sendirilah yang melemparkan siasat busuk tersebut. Ia sudah bosan menjadi korban dan ingin mencicipi rasa sebagai pihak pengendali. Lantaran ia telah memutuskan untuk membuka identitas sejatinya, ia memulainya dengan memperlihatkan wajah di banyak pertemuan dengan sang kakek dalam waktu singkat. Meski semua hanya terjadi di dalam kota, itu sudah cukup baginya. Lagipula sisi yang hendak ia pancing hanya ada satu. Dalam kurun tersebut ia sudah melakukan banyak hal dan persiapan matang tanpa memedulikan pandangan beberapa individu yang mungkin mencercanya dari belakang. Karena beda golongan, lain lagi perlakuannya. Tidak bisa memukul rata segala sesuatu. Zalka yang mencium hal ini hanya
Baca selengkapnya
Saling Memonitor
Antara mendengar dari mulut orang lain dan melihat dengan mata kepala sendiri memang bagaikan langit dan bumi. Ingin menolak kenyataan yang tampak, tetapi fakta telah membuktikannya tanpa kata-kata. Dari balik kaca jendela mobil penumpang belakang, sepasang mata hijau itu menyaksikan interaksi Yepa dan Taveti yang sangat manis. Jadi, rumor yang beredar itu ada benarnya? Deska tidak memerhatikan mereka lagi dan menekur dengan penuh pertimbangan. Sudah dua hari berlalu sejak ia kembali ke Venesia. Namun, ia tidak memberitahukan tentang keberadaannya kepada siapa pun termasuk ayahnya sendiri, Zalka. Ia hanya ingin memastikan seraya membuat keputusannya sendiri. Kini ia meyakini hati nuraninya yang bersalah. Setiap langkah yang ia ambil belum tentu menghasilkan akhir yang dirinya kehendaki. 
Baca selengkapnya
Makan Malam
Pantas saja ia tidak bermimpi apa-apa tadi malam. Ternyata ini! Laiv hanya melongo di ambang pintu. Sementara Sergio tersenyum ramah tamah padanya. "Tuan Laiv, apa Anda dapat mendengar saya?" "A-ah, ya, ya!" Laiv mengerjap. Kemudian ia mengangguk dengan keras. "Aku dengar, aku dengar," balasnya gugup. Sergio mendesah dengan lega. "Karena Tuan Laiv sudah menerima kabar ini, apakah Anda bisa ikut dengan saya sekarang?" "Saat ini juga?" tanyanya dengan wajah bodoh. "Harus, ya?" "Ya, Tuan Laiv." Sergio mengangguk kecil. "Tuan mengundang Anda untuk makan malam bersama," ulangnya dengan jelas.
Baca selengkapnya
Menebar Umpan
Yuvika menjawab telepon sambil berbaring di atas tempat tidur dengan suasana hati senang yang tak terbendung. Kalau tidak, ia pasti akan merasa bosan sampai mati karena dirinya tidak bisa pergi dengan bebas seperti biasa. Ini lantaran instruksi dari Deska. Mereka mesti bersembunyi setidaknya selama satu minggu penuh. Namun, baru hari ketiga, hal itu mulai berdampak padanya. "Hei, ada apa denganmu? Kau tidak mau keluar bersama kami? Kau punya kenalan lain yang lebih menyenangkan?" "Hm." Air mukanya menjadi masam. "Bukan begitu. Saat ini aku tidak boleh ke mana-mana. Mungkin minggu depan aku bisa keluar seperti biasa." "Ah?" Orang yang ada di ujung telepon tertawa. "Apa ini? Kau
Baca selengkapnya
Menjaring Ikan
"Tuan." Deska tidak membuka mulut dan malah menyesap kopi hitam sembari menebak apa yang hendak Benjamino sampaikan padanya. "Ini Yuvika," tanggapnya langsung. "Apa yang dia inginkan kali ini?" Seperti yang telah Benjamino duga. Bosnya sudah mampu menerka hal ini. Ia pun menjawab dengan lugas dan hati-hati, "Dia ingin Anda datang ke kediaman Hirawan dan bermalam di sana." Air muka Deska berubah sedikit setelah mendengarnya. Anak itu ingin menggunakan pengaruh Taveti untuk menekannya? Bermimpilah! Ia tidak akan pernah membiarkannya mengambil apa pun! "Siapkan kendaraan dan beberapa hadiah kecil," katanya sambil menyesap lagi kopinya dengan amat santai. "Aku
Baca selengkapnya
Kau Akan Menyesal
"Dia bahkan tidak mau menyebut dirinya sebagai suami anak itu di hadapanku!"   Refleks Yepa menjauhkan ponsel yang sedang berteriak itu dari telinga kanannya sambil meringis.   "Oh, Kakek, jangan buang energimu untuk hal yang tidak berguna," katanya menenangkan. "Itu tidak bermanfaat untukmu."   Taveti masih enggan untuk menyerah. "Tapi seharusnya dia memberiku sedikit wajah! Bukankah aku adalah tetuanya?!"   "Setidaknya dia memberimu hadiah yang sangat bagus," timpal Yepa. "Kakek sangat menyukainya. Jadi, kalian impas, bukan?"   "Yah, kau benar." Taveti
Baca selengkapnya
Merobek Wajah
Taveti yang tersenyum di malam hari adalah gambaran paling mengerikan dari sudut pandang penghuni kediaman Hirawan. Keributan antara pasangan pengantin barulah yang menjadi penyebabnya.   Sergio sebagai orang kepercayaan, sangat memahami watak dari tuannya sendiri. Ia tidak khawatir lantaran masalah tersebut tidak akan menimbulkan pertumpahan darah.   "Tuan Sergio, dokter sudah memberi mereka obat penenang."   "Ya." Sergio menerima laporan itu dengan tenang. "Kau bisa kembali. Dan katakan pada yang lain, rencana untuk besok tidak akan berubah."   "Saya mengerti, Tuan Sergio."   Pelayan itu segera mengundurkan diri dan meninggalkan ruangan tersebut setengah
Baca selengkapnya
Fakta Berbicara
" … Kau memang yang paling mengerti aku!" seru Yepa dengan tampilan kegembiraan yang menyenangkan. "Luar biasa! Hebat!"   Entah kebetulan atau sebaliknya, kalimat ambigu tersebut terbawa oleh angin dan berembus memasuki telinga Deska serta Yuvika tanpa filter apa pun yang sontak membuat kedua batin mereka bergejolak tak keruan. Menimbulkan sensasi kesalahpahaman yang amat berat.   Padahal ada kata "Kakek" di awal kalimat tersebut. Jelas Yepa sengaja melakukannya demi menyulut percikan masalah di antara mereka. Dan benar saja. Renjisan sederhana itu mampu membangunkan emosi negatif yang selama ini terkubur di dalam hati seseorang.   Dengan langkah lebar yang mantap, Deska menghampiri mereka dengan tergesa-gesa. Yuvika yang tertinggal di belakang turut menyusul dengan roman ya
Baca selengkapnya
Tidak Masuk Akal
"Ah!" Entah siapa yang memekik. Peristiwa itu terjadi begitu cepat. Deska yang tidak memberikan perlawanan terdorong begitu saja. Tubuhnya limbung. Jatuh dengan kepala menghantam telak pot tanaman yang berada tepat di belakangnya hingga tak sadarkan diri. Berpasang-pasang mata yang menyaksikan seketika membeku di tempat. Mereka tidak menyangka perselisihan tersebut akan menimbulkan perkara separah ini. "Deska!" Meski sempat ada kesunyian, orang-orang itu tidak menganggur. Mereka segera bereaksi dan memanggil bantuan. Dalam kepanikan itu Yepa hanya berdiri, menonton dengan wajah dingin tanpa emosi. Ia melihat bagaimana Yuvika mencelakai Deska dan berbalik me
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status