All Chapters of Esper Terakhir Yang Mewarisi Dunia: Chapter 101 - Chapter 110
169 Chapters
Chapter 101 - Forged Spirit
Pria bertubuh besar itu mulai berjalan beberapa langkah dan nampak dia merentangkan satu tangannya ke arah temannya yang satu lagi yang sebelumnya sudah nampak bersiap-siap.   “Kamu tak usah ikut turun tangan, biar aku saja,” serunya.   “Hey, ingat!” seru temannya itu. “Kita ke sini untuk membawanya pergi.” “Jangan sampai kau malah membunuhnya.”   “Yah, kalau dia tidak bisa melindungi nyawanya, itu berarti dia tak cukup berguna bagi kita,” sahut pria itu sebelum bergerak menghadang Mansa.   “Woi, jangan sembarangan,” hardik temannya itu.   Tapi pria bertubuh besar itu tetap ngotot menghampiri Mansa sembari mengangkat sebuah kursi dengan sebelah tangan dan kemudian hendak menghempaskannya ke arah Mansa. Mansa takut hempasan kursi itu akan mengenai Rani yang tergeletak di lantai tak jauh dari situ. Mansapun memilih maju menghadang kemudian berguling di lanta
Read more
Chapter 102 - An Ally From Spirit World
Lengannya yang besar itu datang menghadang kedua pria tersebut seperti bacokan pacul petani yang begitu semangat mencangkul sawah.   Bluugh   Dua orang itu berpencar menghindari serangan Musa, membuat serangannya itu hanya menghujam ke lantai. Satu petak ubin di teras rumah makan itu hancur meski lengan itu tidak terlalu dalam juga terhujam ke lantai. Dari sebelah kanan, pria yang bertubuh besar itu merunduk hendak menghantam Musa dengan bahunya dari samping, namun seketika itu Mansa datang menghadangnya. Mansa melompat dan sembari setengah berputar dia melayangkan tendangan melayang setengah putaran ke arah pria yang bertubuh besar itu. Tendangan Mansa mampu menahan momentun tubrukan dari badan pria tersebut yang tadi hendak menghantam Musa. Tanpa mempedulikan pria berbadan besar yang ada di belakangnya itu, Musa langsung melesat memburu pria yang satunya lagi. Sementara Mansa saat ini berdiri satu lawan satu dengan pria yan
Read more
Chapter 103 - Lebih Aneh Dari Indigo
Pria berbadan besar itu menarik paksa bajunya yang masih tersisa di badannya itu dan membuangnya. Tapi sekarang Mansa tidak lagi melihat adanya keanehan yang tadi sempat dilihatnya, namun ada sedikit sisa-sisa bulu berwarna hitam yang rontok berserakan di lantai. Begitu juga ketika Mansa kembali menoleh ke pria yang satunya lagi, lengannya nampak normal namun lengan kemejanya memang terlihat robek di bagian bawah siku. Meski sekarang tubuh kedua pria itu tampak normal, namun Mansa cukup yakin dengan keanehan yang baru saja ditemukannya.   “Pertama kerasukan, sesudah itu seorang anak indigo.” “Jangan bilang kalau kalian itu adalah manusia siluman,” ujarnya berlagak mengejek.   Sementara itu, Musa menyadari bagian bahunya yang terkena cakaran lawannya itu nampak semakin tidak stabil dan bagian yang terluka itu terus-terusan terurai ke udara. Musapun bergerak menjauh dari lawannya dan kembali menghampiri Mansa. Mansa ber
Read more
Chapter 104 - Cobalah Lagi
Seakan tidak peduli dengan kata-kata pria itu Mansa kembali membantu mengkondisikan tubuh Musa yang sudah kehilangan kepala. Sekarang Musa hanya tinggal badan dan dua lengan dengan cakar yang tajam. Musapun mendekap bahu Mansa nampak hendak berkomunikasi dengannya.   << Kau tak perlu susah payah memperbaiki kondisi tubuh ini >> << Aku ragu apa masih bisa membantumu >> << Kalau benar mereka bisa menyembuhkan diri seperti itu, aku khawatir kamu malah akan tumbang lebih dulu >>   “Tak usah khawatir, sekadar menstabilkan bentuk tubuhmu itu sama sekali tidak akan menguras tenaga. Lagipula, jika tidak kuperbaiki maka semua energi yang kulepaskan untuk membentuk tubuh itu hanya akan terbuang sia-sia.” “Lagipula, masih ada satu teknik baru yang belum aku coba?” “Mungkin ini saat yang tepat untuk mencobanya dengan makhluk seperti mereka itu.”   << T
Read more
Chapter 105 - Ketika Pemburu Jadi Mangsa
Sesaat Mansa terdiam menunduk menatapi lantai, dan setelah itu diapun menoleh ke arah pria yang satunya lagi dengan tatapan yang begitu dingin seakan begitu bernafsu untuk kembali merasakan sensasi aneh yang dirasakanya setelah membantai chimera itu. Meski sebenarnya dia sudah tidak lagi memiliki banyak tenaga yang tersisa, nafsu membunuhnya membuat dia lupa diri. Namun itu juga membuat pria yang satu itu semakin terintimidasi.Entah karena adanya DNA hewan buas di dalam dirinya, satu orang pria itu tak lagi berpikir jernih untuk menyadari kondisi Mansa yang sebenarnya sudah sangat kelelahan. Pria itu malah ketakutan karena terintimidasi oleh nafsu membunuh dari Mansa. Pria itu terintimidasi oleh dorongan insting seperti seekor hewan yang terpojok di depan pemangsa yang ingin memakannya. Dia terus berangsur pelan menyeret bokongnya mundur seiring langkah Mansa yang pelan-pelan terus mendekatinya. Sesaat kemudian pria itu menyadari ada seseorang yang terge
Read more
Chapter 106 - Secercah Cahaya
Pria itu kembali mulai berubah ke bentuk chimeranya dan bagian dada yang berlubang itu nampak berasap seperti mencoba memulihkan diri. Namun tubuhnya tak sanggup berdiri sehingga rebah tergeletak di tanah. Dengan susah payah chimera kadal itu mencoba membalikkan diri untuk melihat siapa yang menikamnya dari belakang.   [Tony?!] [Ton... ]   Krakk!!!   Telepon genggam itu hancur diinjak oleh kaki yang nampak mirip kaki kucing yang besar, berbulu lebat dengan kuku yang tajam dengan celana panjang yang nampak sobek di bagian bawahnya. Nampak olehnya sepasang mata nocturnal bercahaya di balik kegelapan menatapnya begitu dingin dengan nafsu membunuh begitu kuat mengintimidasinya, kembali menanamkan rasa takut pada dirinya meski tak sebesar rasa takut yang tadi dirasakannya di rumah makan.   “Kukuku... uhuk...”   Celetuk tawa diselingi batuk masih keluar dari mulut chime
Read more
Chapter 107 - Mana Kutahu
Sudah lebih satu jam mereka berada di situ, namun Mike masih nampak kebingungan bagaimana caranya merapikan kondisi rumah makan itu agar bisa kembali nampak rapi seolah tak pernah terjadi apa-apa. Tentu itu sesuatu yang mustahil bisa dilakukannya dalam semalam mengingat satu tiang sudah roboh dan segala furniturnya sudah hancur berantakan.   “Mike, lupakan dulu soal rumah makan ini,” seru Agus. “Masih ada mayat tergeletak di halaman parkir.”   Mikepun semakin nampak tak bersemangat, menghela nafas begitu dalam dengan sedikit menggeleng-gelengkan kepalanya melihat ke arah kakinya yang sudah tidak lagi memakai sepatu. Tiba-tiba raut wajahnya berubah menjadi serius.   “Kenapa Mike?” tanya Agus.   “Tidak ada,” timpalnya setelah sesaat menghela nafas. “Sesaat aku membayangkan kondisi kota Padang akan porak poranda seperti ruangan ini dan juga halaman parkir itu.”  
Read more
Chapter 108 - Ditinggal Bingung
  “Mike, sepertinya kamu melupakan satu orang lagi,” serunya sedikit berteriak.   Mike bergegas menghampiri mansa dengan ekspresi sedikit penasaran.   “Anak itu?” “Bukannya dia temanmu?”   “Bukan,” sahut Mansa lirih. “Dia adalah anak indigo, salah satu dari mereka.”   Mike mengangkat anak itu. Dia membawanya masuk ke dalam mobil dan diletakkan di bangku belakang bersama Dewi yang sudah terbaring di sana.  Sementara itu Mansa terlihat membantu sedikit menstabilkan kondisi tubuh Musa.   “Tolong awasi terus anak indigo itu.” “Jangan sampai dia berbuat macam-macam nanti.”   << Baiklah >>   Seperti sudah tak kuat lagi karena kelelahan, Mansa menghampiri teman-temannya untuk ikut berbaring bersama mereka. Hanya sesaat dia memperhatikan Rani yang masih tak sadarkan diri, dan setelah i
Read more
Chapter 109 - Serba Salah Yang Salah
Hanya saja, sepertinya mereka kesulitan karena tidak seorangpun dari teman-teman Mansa yang bisa mengingat rupa orang tersebut karena ingatan mereka yang masih belum terlalu jelas. Satu-satunya alasan polisi tak bisa memaksa untuk menginterogasi lebih jauh adalah karena semua anak-anak itu memberikan keterangan yang sama dan tak nampak seorangpun dari mereka yang berbohong. Sementara Rani sendiri sama sekali tidak memiliki foto Dewi karena memang mereka belum sedekat itu selama ini.   “Bagaimana bisa bapak tidak memiliki sama sekali informasi karyawan?” tanya seorang petugas pada Papa Rani.   “Kami menerima karena memang merasa tak ada yang perlu saya takutkan dari wanita itu. Kami tidak mempekerjakannya di kasir juga. Lagipula, biasanya saya menerima pekerja selama ini memang begitu. Ada yang datang minta kerjaan, kalau kebetulan memang dibutuhkan ya saya kasih. Nanti dilihat saja bagaimana kerjanya sekitar sebulan apa mereka layak
Read more
Chapter 110 - Ikutlah
Garis-garis sinar cahaya dari luar ruangan masuk di sela-sela dinding gubuk dari anyaman pandan. Pada garis cahaya itu terlihat butir-butir debu bergerak begitu lambat. Tak ada suara yang terdengar, sementara pandangannya begitu kabur seakan udara di sekelilingnya memuai. Samar-samar terdengar suara anak-anak dari luar bernyanyi dengan bahasa sunda, nyanyian anak-anak yang sudah sangat lama tidak didengarnya.   Cingciripit Tulang Bajing Kacapit Kacapit Ku Bulu Pare Bulu Pare Seuseukeutna Jol Pa Dalang Mawa Wayang Jrek-jrek Nong, Jrek-jrek Nong   “aa.., um.., aku boleh ikut?”   Anak-anak yang sedang bermain itu tiba-tiba berhenti, dan menoleh dengan gerakan yang begitu lambat. Wajah mereka nampak cemberut, namun ada satu orang nampak tersenyum dengan ramah.   “Boleh, mari sini ikut,” ajaknya.   “Eh kok dia diajak sih?” seru anak yang
Read more
PREV
1
...
910111213
...
17
DMCA.com Protection Status