All Chapters of Love Me, Sersan!: Chapter 81 - Chapter 90
105 Chapters
Season 2 Bagian 36. Tancap Gas?
Seperti yang telah dibicarakan sebelumnya, kami tetap menjalankan kegiatan sesuai rencana. Pagi ini seusai sarapan, aku dan Mas Farel meneruskan rangkaian syarat nikah kantor kami ke Kesdam untuk pemeriksaan kesehatan. "Untuk sementara kalian pakai mobil saja kalau mau ke mana-mana, Farel. Supaya lebih aman," titah Ayah Kusuma ketika kami akan berangkat. Beliau kemudian menyerahkan kunci mobil miliknya kepada Mas Farel."Siap, Ayah. Terima kasih," sahut Mas Farel menurut. Laki-laki itu menerima kunci mobil yang diulurkan padanya."Hmm. Hati-hati," balas Ayah Kusuma."Iya, Ayah. Kami berangkat. Mohon doanya.""Semoga lancar."Usai berpamitan dengan Ayah Kusuma dan Mama Anin, kami langsung bertolak menuju Kesdam. Aku menghenyakkan tubuh di kursi depan samping kemudi. Ini merupakan perjalanan pertamaku bersama Mas Farel menggunakan roda empat. Rasanya sedikit berbeda. Jujur saja aku merasa kurang nyaman, apalagi memahami alasan di balik penggunaan kendaraan itu."Kenapa aku merasa seola
Read more
Season 2 Bagian 37. Pemeriksaan Kesehatan
Akhirnya lembaran seluruh hasil pemeriksaan kesehatan kami terima. Mas Farel begitu semringah. Bibir laki-laki itu menyungging senyum ketika membaca hasil tes terakhirku. Lekas ia masukkan kembali lembaran pemeriksaan itu ke dalam amplopnya, lalu menarik tanganku buru-buru."Ayo," ucapnya seperti orang tidak sabar. Ia melangkah sedikit tergesa. "Kemana?" tanyaku heran."Ke hotel," sahutnya ringan."Hah?" Aku meneguk ludah.Seharusnya aku tidak perlu terkejut lagi sebab hal ini memang sudah kami rencanakan sejak awal. Tadi pagi kami sudah menyiapkan segala keperluan untuk menginap. Kami sudah sepakat sepulang dari Kesdam langsung menuju hotel saja, mengambil hadiah paket menginap dan tidak kembali lagi ke rumah orang tua Mas Farel lagi. Untuk urusan administrasi nikah kantor besok pun akan kami lanjutkan langsung berangkat dari hotel saja.Aku sebenarnya bukan terkejut, hanya merasa gugup dan berdebar saja demi membayangkan ritual yang akan kami lakukan nanti di sana. Entah bagaimana
Read more
Season 2 Bagian 38. Pertama Kali
Spontan aku tertawa kecil, merasa geli kemarin siang dia benar-benar melakukan apa yang aku pinta. Laki-laki itu benar-benar keluar mencari tanah kuning untuk membasuh mukanya."Nah, begitu, dong. Senyum. Jangan tegang begitu." Dia memutar tubuhku agar kami berhadapan. Tangannya cekatan melepas jilbabku yang masih terpasang sejak tadi, lalu menguraikan rambut panjangku yang tadi bersembunyi di dalamnya. "Bukankah kita sudah sama-sama menunggu momen ini?" ucapnya sambil merapikan rambutku ke samping telinga. "Hari ini kita akan menyempurnakan pernikahan kita, Hanum." Suaranya mulai terdengar serak. "Kamu tahu? Saya sangat bahagia." Sorot matanya semakin dalam menghunusku, membelengguku agar tetap di tempat."Kamu akan menjadi milik saya seutuhnya, dan saya akan menjadi milik kamu sepenuhnya.""Iya." Akhirnya aku mengangguk pasrah. Ia lantas tersenyum semringah."Ya, sudah. Saya mandi dulu," ujarnya."Iya." Aku kembali mengangguk.Laki-laki itu segera menutup kembali tirai yang tadi
Read more
Season 2 Bagian 39. Kedua Kali
Aku menarik selimut, menutupkannya pada tubuh hingga sebatas kepala. Setelah itu, pelan dan perlahan aku membalikkan tubuh, membelakangi laki-laki yang baru saja mengembara bersamaku mereguk manisnya cinta itu.Jujur saja aku masih merasa sangat malu telah menunjukkan seluruh tubuh dalam kondisi polos di depan laki-laki itu, terutama bagian-bagian yang selama ini tersembunyi.Selama ini aku selalu menutupnya rapat. Lalu hari ini tiba-tiba semua harus terpampang jelas. Walaupun dia adalah suamiku dan berhak atas semua diriku, tetapi karena ini merupakan pengalaman pertama, rasa malu dan sungkan itu tidak bisa dielakkan.Apalagi setelah semua selesai, dia masih tetap berbaring di sampingku, tidak mau beranjak pergi untuk memberiku kesempatan mengambil dan mengenakan kembali pakaian yang tadi dia lempar begitu saja. "Hanum," panggilnya tiba-tiba."Hmm?" sahutku pelan."Hadap ke sini." Ia memaut pundakku lembut, memintaku berbaring menghadap padanya.Aku mengeraskan tubuh, menolak keingi
Read more
Season 2 Bagian 40. Ketiga Kali
"Hadi?" Aku mengerutkan dahi. Mengapa tiba-tiba dia membahas laki-laki itu?"Iya.""Mas mau bertanya apa tentang Hadi?" tanyaku tidak mengerti."Tentang hubungan kalian," sahutnya lugas."Hubungan kami?""Ya.""Kami enggak ada hubungan apa-apa, Mas. Selain rekan kerja.""Sama sekali tidak ada hubungan spesial apa-apa?" tanyanya seolah tidak percaya."Hubungan spesial apa maksud, Mas? Bukankah dulu, Mas, juga pernah menanyakannya dan aku sudah menjawab bahwa kami tidak ada hubungan apa-apa," terangku sedikit kecewa. Terus terang aku tidak suka dengan kecurigaannya yang menurutku tidak beralasan.Hubungan spesial? Spesial apa? Ya Tuhan, bagaimana dia bisa berpikir sampai ke sana?"Iya, Hanum. Dulu saya memang pernah menanyakannya dan kamu sudah menjawab bahwa kalian memang tidak ada hubungan apa-apa. Tapi, entah mengapa saya selalu cemburu setiap bayangan laki-laki itu melintas, terlebih saat mengingat bagaimana cara dia melihatmu. Rasanya hati saya panas," terangnya, "Saya hanya ingi
Read more
Season 2 Bagian 41. Insiden 1
"Hanum, bangun." Aku merasakan tangan kekar Mas Farel menggoyang pelan pundakku. "Hmm." Aku menggeliat malas.Setelah kebersamaan kami yang ketiga kali usai makan malam tadi, aku merasa begitu lelah dan tidak bisa menahan kantuk. Padahal aku tidak berniat untuk tidur, melainkan tengah menunggu giliran untuk membersihkan diri setelah Mas Farel."Mas?" Aku memaksa membuka mata, menatapnya setengah sadar dengan mata yang terasa begitu merekat.Laki-laki itu sedang duduk memerhatikanku dari pinggir ranjang. Seluruh tubuhnya tampak kering. Bahkan dia sudah berpakaian rapi. Dari penampilannya, dia sama sekali tidak terlihat baru selesai dari kamar mandi. Apa dia tidak jadi membersihkan diri atau aku yang tertidur terlalu lama? Entahlah."Iya, Sayang. Ayo, bangun. Pakai pakaian kamu," sahutnya. Dia mengulurkan pakaian yang tadi kukenakan lengkap dengan inner-nya.Aku menerima benda-benda yang tadi terlepas dan tercecer tak tentu arah itu sambil meringis, menyesalkan mengapa dia justru memun
Read more
Season 2 Bagian 42. Insiden 2
Aku yang semula duduk bersandar, terkejut lantas menegakkan punggung, merasa cemas dan tegang seketika. "Mas." Aku menoleh pada laki-laki di sampingku yang sedang fokus dengan kemudi itu. Keteganganku bertambah ketika terasa ia meningkatkan laju kendaraan. Aku menelan ludah, menatapnya dengan berjuta rasa takut dan cemas. Bahkan karena terlampau takut, rasanya aku hampir mau menangis. Mas Farel menoleh sebentar ketika aku memanggilnya. Dia tidak menyahut. Laki-laki itu justru meraih tanganku dan menggenggamnya erat. Ia menatap tegas. Sedikit aku merasa terlindungi. Genggaman tangan dan tatapannya seolah berkata bahwa aku tidak perlu khawatir. Sebab dia ada dan akan selalu menjagaku. Baru saja rasa aman sedikit menyapaku, tiba-tiba sebuah pukulan keras terasa menghantam badan mobil. Aku kembali tersentak cemas. Mas Farel menambah lagi laju kendaraan. Ia meliukkan mobil, sedikit menjauh dari pengendara sepeda motor itu. Aku sudah tidak bisa lagi bersikap tenang. Jantungku berdegup
Read more
Season 2 Bagian 43. PoV Farel
Aku mengerjap ketika mendengar sayup-sayup sholawat tarhim dari mesjid yang terletak tidak jauh dari rumah Ayah. Masih dengan kesadaran yang belum belum sempurna, aku meraih ponsel yang sebelumnya sempat kuletakkan di atas nakas untuk melihat penunjuk waktu di sana. Pukul 04.05 wib. Rupanya sebentar lagi akan masuk waktu subuh. Aku menguap beberapa kali. Mata masih terasa begitu berat untuk dibuka. Malam ini aku hanya terlelap kurang lebih satu jam saja usai penyatuan terakhirku dan Hanum tadi. Sebelumnya, aku tidak bisa terlelap sama sekali hingga memutuskan untuk pulang ke rumah.Aku melirik wajah Hanum yang terlelap pulas dalam pelukanku. Wajah yang begitu natural dan polos, sangat menggemaskan. Begitu saja kedua ujung bibirku tertarik ke atas, tidak bisa menahan luapan bahagia setiap kali menatapnya. "Saya akan selalu menjagamu, Sayang. Tidak akan pernah mau kehilangan lagi untuk kedua kali. Saya akan melindungimu dengan segenap kemampuan saya, jiwa dan raga hingga tetes darah
Read more
Season 2 Bagian 44. Seringai
"Sudah biarkan saja, Hanum. Nanti ada Mbak yang bantu-bantu yang akan membereskan. Kamu segera siap-siap, setelah itu kita sarapan. Sekalian panggil Farel." Pagi ini aku membantu Mama Anin menyiapkan sarapan untuk keluarga besar. Ketika aku hendak mencuci perabot bekas memasak yang kotor, wanita lembut itu melarang."Iya, Ma," sahutku patuh. Setelah itu aku lantas menuju kembali kamar Mas Farel untuk bersiap-siap. Hari ini kami akan tetap melanjutkan urusan nikah kantor ke Kodam. Mas Farel tidak mau menunda sama sekali. Padahal aku sudah menyarankan untuk ke Kodam besok saja. Hari ini mungkin lebih baik kami beristirahat dulu untuk menenangkan diri setelah apa yang kami alami tadi malam. Terlebih dia yang kemudian kuketahui nyaris tidak tidur semalaman.Laki-laki itu masih terlelap ketika aku masuk ke kamar. Usai sholat subuh tadi, tidak seperti biasa kami memutuskan untuk tidur kembali. Namun, aku bangun lebih dulu untuk membantu Mama Anin menyiapkan sarapan, membiarkan Mas Farel t
Read more
Season 2 Bagian 45. Pesonamu Sama ....
"Cari saya?"Aku memindai laki-laki yang mengenakan jaket kulit berwarna hitam itu dengan seksama. Kedua alisku bertaut. Aku sama sekali tidak merasa mengenal orang ini, untuk apa dia mencariku?"Bapak mengenal saya?" Aku bertanya bingung."Ya," jawabnya semakin membuatku bingung."Kita pernah kenal di mana, ya?""Saya kenal kamu, tapi kamu tidak kenal saya.""O ...." Aku mengangguk walau masih setengah paham," Bapak ada keperluan dengan saya?""Ya.""Keperluan apa?""Saya diminta untuk menjemput kamu.""Jemput? Kemana? Siapa yang menyuruh untuk menjemput saya?""Kamu tidak perlu tahu dan jangan banyak tanya!" Tiba-tiba nada bicara laki-laki itu berubah menjadi dingin dan bengis. Dari dalam saku jaketnya, dia mengeluarkan sebuah belati dan mengarahkannya padaku."Ikut! Atau kamu akan celaka!" ancamnya.Aku tercekat. Ingatanku sontak melayang pada kejadian dini hari tadi. Apakah laki-laki ini pengendara sepeda motor yang melakukan peenyerangan kepada kami? Aku merasa nyaliku menciut.
Read more
PREV
1
...
67891011
DMCA.com Protection Status