All Chapters of Garis Pikat Sang Arsitek: Chapter 91 - Chapter 100
144 Chapters
Bab 90
    Motor Rendi berhenti tepat di sebelah mobil Lesmana. Sepertinya, Papa Reni pulang lebih cepat hari ini. Reni langsung turun dan melengang masuk. Sementara Rendi menghampiri Mang Ujang yang sedang duduk-duduk santai di sebelah taman.    "Nih, Mang. Saya bawain kue pancong spesial!"    "Loh, beneran dibeliin?" tanya Mang Ujang kaget. "Padahal tadi saya cuma bercanda. Eh, ternyata beneran dibeliin sama Mas Rendi. Uapik tenan toh, Mas!"    Mang Ujang menerima bungkusan dari Rendi dan memakannya. Keduanya asyik membicarakan banyak hal hingga melebar kemana-mana.    Sementara itu, Reni sudah berganti pakaian. Ia mengenakan t-shirt dan celana pendek selutut. Hari ini cuaca begitu gerah sehingga ia tidak tahan bila berlama-lama mengenakan baju panjang.    "Papa kok tumben pulang cepet?" tanya Reni seraya menghampiri Papanya yang sedang asyik menikmati cemilan di ruang tengah sendirian. Ma
Read more
Bab 91
    Mobil Arjuna masuk ke dalam pekarangan rumah Reni. Hari sudah gelap ketika Arjuna turun dari mobilnya. Tak lupa, ia membawa buah tangan untuk keluarga Reni.    "Assalamualaikum!" serunya ketika memasuki rumah yang tidak tertutup itu.    "Waalaikumsalam!" jawab Lesmana dan Santi bersamaan.    "Loh, Nak Juna! Kok nggak bilang kalau mau ke sini?" Santi segera beranjak dari tempat duduknya di ruang tengah dan segera menghampiri Arjuna. Arjuna mencium punggung tangan perempuan itu dan juga suaminya.    "Iya, Tante. Tadi Arjuna masih ada kerjaan di kantor. Habis itu, kok kangen sama Reni. Ya udah langsung ke sini aja. Hehehe" Arjuna menyerahkan bingkisan yang dibawanya.    "Duh, Nak Juna ini selalu repot bawain Tante!"    Lesmana menoleh ke atas. "Reni kayaknya nggak tau kalau kamu mau ke sini. Dia dari tadi sore di kamar. Kayaknya masih tidur. Kamu langsung samperin a
Read more
Bab 92
    Mobil Arjuna melipir di pinggiran kota. Setelah menunggu Reni berdandan sebentar, ia harus meminta izin kepada kedua orang tua Reni untuk mengajak putrinya keluar.    Tadi sebelum mereka berangkat, Reni meminta agar Arjuna berhenti sebentar di supermarket. Reni membeli seplastik besar cemilan. Katanya untuk jaga-jaga agar tidak kelaparan.    Dan ketika tiba di tempat, mereka malah seperti piknik. Arjuna mengeluarkan kain yang digunakan sebagai alas, sementara Reni menata cemilan mereka. Kini mereka berada di dataran tinggi pinggir kota. Terlihat banyak sekali lampu-lampu di bawah sana. Di hadapan mereka sepertinya adalah perkampungan yang padat.    "Sejuk banget di sini!" seru Reni seraya menatap ke langit. Malam ini, langit sedang cerah. Tidak ada satupun awan mendung yang menutupinya. Bulan sabit sedang bersinar terang di atas sana dengan sedikit bintang.    "Iya dong. Nggak terlalu ramai juga. M
Read more
Bab 93
    Hari ini adalah hari pertama Reni magang. Seperti ketentuan yang disebutkan oleh Aulia, para peserta magang cukup mengenakan baju sopan. Tidak boleh mengenakan celana jeans, kaus dan sandal. Maka hari ini, Reni mengenakan blus berwarna krem dengan celana kain berwarna hitam seraya flat shoes yang dibelikan Mamanya kemarin. Sebenarnya Reni bersikeras untuk mengenakan sepatu kets kesayangannya, tetapi malah ia diajak ke butik langganan Mamanya untuk membeli sepatu.    "Biar kelihatan cewek dikit kamu tuh, Ren!" omel Mamanya kemarin. Akhirnya mau tidak mau ia memakai flat shoes hitam itu. Reni memilih model yang paling sederhana tanpa ada hiasan aneh-aneh karena ia sangat tidak suka.    Reni segera turun dari kamarnya. Ia tergopoh-gopoh menuju meja makan saat panggilan masuk dari Rendi menggetarkan ponselnya.    "Aku tungguin di depan, ya!" ujar Rendi kemudian langsung menutup panggilan.Reni langsung meneguk su
Read more
Bab 94
    Setelah beberapa hari beristirahat, kini tubuh Arjuna segar kembali. Ia benar-benar memanfaatkan waktu dengan sebaik mungkin untuk mengisi energinya yang habis karena lembur. Kini, ia bersiap untuk melanjutkan pekerjaannya.    "Selamat pagi, Pak!" sapa beberapa karyawannya saat Arjuna memasuki kantor. Arjuna mengangguk seraya membalas ucapan selamat pagi pada karyawannya. Wajah ceria seperti inilah yang Arjuna inginkan menghiasi hari-hari di kantornya. Ia tidak suka jika ada wajah murung karyawannya yang malah akan berpengaruh pada kualitas pekerjaan.    "Loh, Pak Arjuna sudah masuk hari ini?" pertanyaan yang Fina lontarkan pertama kali ketika melihat Arjuna berjalan santai menuju ke mejanya.    Arjuna mengangguk. "Istirahatnya sudah cukup, Fin. Sekarang saatnya kembali bekerja. Apa ada masalah selama saya berisitirahat?"    Fina menggeleng seraya tersenyum. Untungnya ia bisa menghandle ketika ada
Read more
Bab 95
    Arjuna menerima tawaran Sandra untuk menjadi kontraktor dalam proyek pembuatan pabrik tepung. Malam itu juga, setelah pulang dari kantor Arjuna membuat janji makan malam dengan teman Sandra. Ditemani oleh Sandra tentu saja.    Mereka langsung bertemu di restoran yang sudah ditentukan. Suasana yang lebih sepi membuat pertemuan itu terasa lebih intim. Arjuna selalu memberikan energi positif pada dirinya agar proyek ini berhasil ia menangkan. Sudah lama sekali ia tidak menerima mega proyek seperti ini.    Arjuna tiba lebih dulu sebelum Sandra dan rekannya. Ia menyiapkan diri agar pembicaraan ini terkesan mengalir dan santai, tetapi tetap serius.    Tak lama kemudian, seorang lelaki dengan setelan jas formal berwarna abu-abu terang dengan tinggi sekitar 185 sentimeter datang bersama Sandra. Lelaki itu berkulit sawo matang dengan mata coklat terang yang sangat menggoda untuk kaum hawa.    "Arjuna, ini t
Read more
Bab 96
    Pagi-pagi sekali Reni sudah nangkring di depan rumah. Ia sengaja bangun lebih pagi untuk menyiapkan sarapannya sendiri. Ia ingin memasak nasi goreng pedas sesuai dengan pesanan Rendi kemarin. Lelaki itu bilang, nasi goreng pedas tempo hari yang Reni berikan rasanya enak. Karena tersanjung, akhirnya ia memasaknya.    "Nungguin Mas Rendi ya, Non?" seru Mang Ujang yang baru selesai mencuci mobil Mamanya karena semalam pulang kehujanan.    Reni mengangguk. "Iya nih, Mang. Mau berangkat magang. Mamang udah sarapan belum?"    "Cuma tadi makan gorengan sama minum kopi aja, Non. Sarapannya mah masih nanti jam sembilan!"    "Reni habis bikin nasi goreng pedes kalo mamang suka. Nanti minta ke Si Mbok aja. Tadi udah Reni sisihin kok!"    Mata Mang Ujang berbinar-binar. Ia merasa senang disisihkan masakan seperti itu, bukan diberi makanan sisa seperti di majikannya dulu. "Beneran, Non?"
Read more
Bab 97
    Fina masuk ke dalam ruangan kerja Arjuna setelah jam istirahat selesai. Arjuna sedang sibuk memilah-milah desain yang diajukan oleh tim desain.    "Pak, ini file yang Bapak minta. Oh iya, untuk presentasi minggu depan, saya sudah mengumpulkan beberapa bahan dan sudah membeli desain baru untuk presentasi." jelas Fina setelah ia duduk di depan Arjuna.    Arjuna memeriksa file dokumen yang dibawa oleh Fina dengan seksama. Hal itu tidak luput dari perhatian Fina. Ia mengagumi wajah tampan Arjuna yang sedang fokus. Kerutan samar di dahinya juga tak luput dari perhatiannya.    "Oke. Ini udah lengkap. Suruh Rinda merekapnya, ya!" Arjuna mendongak dan menyerahkannya pada Fina. Sementara perempuan itu masih asyik memandangi wajah tampan bosnya.    "Fin!" Arjuna menepuk punggung tangan sekretarisnya membuat perempuan itu terlonjak kaget.    "Eh? Iya, Pak!"    "Ngelamunin a
Read more
Bab 98
    Gerimis masih turun rintik-rintik saat Rendi dan Reni keluar dari galeri milik Aldo. Pekerjaan keduanya selesai, bertepatan dengan hujan yang mulai mereda.     "Mau pake mantel?" tawar Rendi.     Reni goyang pelan. "Cuma gerimis. Nggak bakalan sakit!"     "Ya kan tadi habis kerja keras. Terus sekarang kegerimisan. Takutnya sakit, nanti aku yang dimarahin Mamamu."
Read more
Bab 99
    Arjuna membuang napasnya kasar. Sudah berkali-kali ia berusaha menghubungi Reni, tetapi tak ada satupun panggilannya yang dijawab. Arjuna sudah mengiriminya pesan siang tadi, agar Reni menghubunginya setelah pulang magang. Ternyata nihil.    Akhirnya, Arjuna mencari kontak seseorang di ponselnya dan segera memulai sambungan.    "Halo, Bro? Tumben nih telpon. Ada apa?" seru Aldo lebih dulu setelah mengangkat panggilan.    "Mahasiswa kalo magang di tempat lo pulangnya jam berapa?"    "Jam lima biasanya udah pulang. Kenapa?"    "Oke. Cuma nanya doang. Thanks ya!"    Arjuna langsung memutuskan sambungan tanpa menunggu jawaban dari Aldo terlebih dahulu.    'Berarti sekarang Reni udah pulang? Tetapi kenapa dia nggak angkat telponku? Kemana dia?' batin Arjuna berkecamuk. Ia sempat ingin menelepon ke rumah Reni, tetapi ia merasa hal itu bukanlah hal yan
Read more
PREV
1
...
89101112
...
15
DMCA.com Protection Status