Semua Bab Pure Blood (DARAH MURNI): Bab 21 - Bab 30
176 Bab
BAB 7 – Tidak Terduga (Bagian 1)
"Bu, apa ini?" Gail memperhatikan satu botol kecil berwarna merah di tangannya. "Di mana kau menemukannya?" "Di sini," jawabnya menunjuk meja yang tadi digunakan Al untuk menaruh barang-barangnya. Ann berdecak, “Vampir itu, dia seakan tidak sudi menambah satu beban lagi, tapi dia tetap saja memberikannya," lalu Josh merebut botol. "Apa isi botol itu?" tanya Gail kembali. "Racun," balas Ann. "Kembali bekerja, biar Ayah yang simpan," Josh pun pergi ke lantai dua. Gail menunjukkan mimik wajah curiga, dia tidak percaya apa yang dikatakan ibunya. Dengan wajah yang serius dia bertanya, "Apa aku harus mencari tahu sendiri?" Ann terkekeh geli, "Gail... aku yakin kau tidak akan menemukan jawaban apapun, kecuali kau mencarinya di Kastel Haltz di pedalaman Hutan Silver sana. Lagi pula Ibu tidak berbohong.”   ***   Waktu baru menunjukkan pukul sembilan pagi, tapi Kastel Hal
Baca selengkapnya
BAB 7 – Tidak Terduga (Bagian 2)
Sudah hampir sejam Rai mencari keberadaan wanita itu. Dia dengan jelas bisa mencium baunya, tapi Rai sama sekali tidak menemukannya. Ini seperti baunya hanya melayang di udara tanpa ada pemiliknya. "Kenapa juga aku harus mencarinya!!?”                                        Sementara Ika dan Iki kembali mencari di taman belakang. Ketika mendengar suara sesuatu yang jatuh mereka kompak menoleh dan mendapati Diana sedang membersihkan bajunya. "Kak Diana!!!" pekik mereka berlari menghambur ke Diana, dan wanita ini memeluk mereka dengan wajah bingung. "Kami mencari kakak dari tadi, kami kira kakak dibunuh oleh Kak Rai," jawab Ika terlalu jujur. "Kakak baik-baik saja? Kenapa pergi dengan kaki terluka seperti ini?" timpal Iki. Diana
Baca selengkapnya
BAB 8 – Frustrasi (Bagian 1)
"Yang Mulia Robert! Anda mau pergi ke mana?" Yang dipanggil terus saja melangkahkan kakinya tanpa berniat berhenti. "Kau saja yang jadi Yang Mulia! Aku tidak mau!" sahutnya. "T-tidak bisa! Anda tidak boleh mengatakan sesuatu seperti itu!" "Ini tidak boleh, itu tidak boleh. Jadi apa yang diperbolehkan!?" emosinya. "Apapun. Selama tidak melanggar peraturan." "Persetan dengan peraturan! Akan aku langgar peraturan yang ada!" ikrarnya dan melangkah jauh lebih cepat. "Yang Mulia! Yang Mulia Robert! Tunggu! Bagaimana dengan acara perjodohannya?" "Kau saja yang menikah dengannya!" jawabnya dan menghilang bagai ditelan bumi.   ***   Pria ini terus saja berlari dengan kecepatan penuh. Dengan lihai, ia melewati semua rintangan yang ada tanpa kendala. Melihat dari cepatnya ia berlari, sudah pasti dirinya bukanlah seorang manusia. Jika mendengar dari seseorang yang
Baca selengkapnya
BAB 8 – Frustrasi (Bagian 2)
"Al... Apa Kak Diana akan baik-baik saja?" tanya Ika. "Kak Rai sedang dalam suasana hati yang buruk, aku saja bahkan tidak bisa menjamin jika Kak Diana akan baik-baik saja," timpal Iki dan Al hanya mengangguk-anggukan kepalanya saja sejak tadi. "Dan kenapa kau ada di sini?" tanya Iki sebal. "Aku? Tentu saja mencari kedamaian," jawabnya. "Lebih baik kau bantu Kak Diana, Al.” Al menggeleng, "Terima kasih banyak, tapi aku masih ingin hidup lebih lama. Al sangat mengetahui jika sekarang dia menemui Rai apalagi membantu Diana sudah pasti dia yang akan dijadikan kambing hitamnya. Tapi dia memang tidak ada niatan membantu manusia ini, tidak ada keuntungan baginya jika melakukannya. Terlebih di matanya, Diana tidak lebih dari orang yang akan merepotkannya dimasa mendatang.   ***   Diana menaruh barang-barang belanjaan di atas meja dapur, dan langsung saja membongkar semua isinya.
Baca selengkapnya
BAB 9 - Abnormal (Bagian 1)
"Apa yang terjadi?" tanya Al, menyadari tangan Rai yang diperban. “Selama aku di sini, aku tidak pernah sekali pun melihatmu memakai perban. Untuk apa kau memakainya?" sambungnya merasa heran. "Entah," balas Rai tidak jelas. “Huh? Entah...? Kau pikir perban ini akan melilitkan dirinya sendiri ke tanganmu seperti ular?” “Mungkin.” Al langsung memutar bola matanya, merasa jengah dengan jawaban abnormal yang sejak tadi dilontarkan oleh vampir di hadapannya.   ***   Kevin, nama panggilan akrab dari seorang Yang Mulia Robert, sedang berada di atas pohon, bersantai dengan makian yang terus menerus keluar dari mulutnya ini. "Ahh... Aku lapar!" erangnya sambil memegangi perut. "Sial! Aku ini bukan vampir, seharusnya aku merasa haus bukan lapar," ocehnya lagi lalu mengelus lehernya seperti merasa kehausan yang teramat sangat. "Seharusnya aku pergi setelah makan.
Baca selengkapnya
BAB 9 - Abnormal (Bagian 2)
Di atas batang-batang pohon yang basah ini, Kevin masih menikmati waktu santainya dengan bersenandung. Hampir sama dengan tempat asalnya yang dipenuhi oleh salju, bedanya di sini tidak membekukan dan hanya terasa dingin karena udara yang lembap. Dia terus saja bersenandung tidak jelas seraya menghirup udara yang akhirnya tidak membuat hidungnya terasa kering. "Menjadi vampir pengembara ternyata tidak seburuk yang aku kira," ucapnya. "Bahkan ini lebih baik dari tempat beku sialan ini dan—" Kevin bernapas dalam-dalam, "—aku suka bau Bunga Lily ini. Manis," ungkapnya. Embusan angin membelai rambut merah panjang miliknya, helai-helai rambutnya terbang menggantung di udara. Suasana ini begitu sayang untuk ditinggalkan, terutama dengan bau semanis ini. Membuatnya semakin lapar. Perlahan, iris matanya yang berwarna cokelat gelap berubah warna menjadi merah darah. "Tunggu dulu!" Kevin bangkit dari tidurnya dan memasang wajah serius.
Baca selengkapnya
BAB 10 - Aroma Manis (Bagian 1)
"Lily of the Valley. Bukan bunga yang bisa kau temui di dalam hutan seperti ini. Mereka tumbuh di sekitar lembah-lembah khususnya lembah pegunungan." gumam Kevin."Jika ini bukan bunga tersebut, maka tidak salah lagi. Ini adalah makanan. Terlebih—" dia kembali menghirup udara dalam-dalam, "—ini adalah bau seorang wanita yang masih perawan.""Tapi ini dekat dengan perbatasan Haltz. Salah langkah maka habislah riwayatku." “Ah! Persetan dengan ini semua! Bau ini sangat menggoda, dan aku sudah sangat lapar!!" oceh Kevin panjang lebar.Dia kemudian memantapkan langkahnya mendekati pohon besar di hadapannya. Namun, Kevin langsung terkejut dengan apa yang dilihatnya. "Makananku... Tumpah..." ujarnya. *** Seorang wanita terbujur lemah di sisi belakang Pohon Pinus besar ini. Ia mengenakan gaun simpel cantik berwarna putih, tapi noda darah di bagian perutnya mengoto
Baca selengkapnya
BAB 10 - Aroma Manis (Bagian 2)
Ssrrkk... Kevin menghentikan langkahnya setelah dia hampir saja menabrak pohon karena mendengar ucapan yang tiba-tiba dari wanita ini. Ia langsung menatap wanita yang bahkan belum membuka matanya ini. "Hampir saja..." lalu menghela napasnya, “Oi... Kau masih sadar?" "Kalau kau tidak suka maka jangan lakukan hal itu. Hiduplah seperti yang kau mau," ujar wanita ini. "Mengigau...?" batin Kevin. Dengan deru napas yang teratur, wanita ini semakin memperat pelukannya ke Kevin. Tubuh vampir ini memang dingin, tapi baginya dia merasakan kehangatan. Cukup hangat untuk membuatnya tidak mau membuka mata. Sedangkan Kevin menyadari dirinya yang sudah sampai ke wilayah Raltz. Sebuah wilayah yang ditutupi oleh tumpukan salju-salju, membuat warna putih menjadi dominan di sudut mana pun. "Apa kau kedinginan? Aku lupa kalau kau ini manusia," ucapnya santai seakan-akan memberi petunjuk bahwa dia vampir.
Baca selengkapnya
BAB 11 - Memberontak (Bagian 2)
"Apa?" tanya Kevin yang sudah berada di balkon bersama Julio. "Mmm... mmm..." Julio terbata-bata. "Aku akan pergi kalau begitu." Namun Julio langsung menarik ujung baju Kevin. "Kau berani menarik bajuku!?" Refleks, Julio langsung melepas pegangannya, "Ah... maaf, Yang Mulia," katanya sambil menundukkan kepala. "Mereka sudah pergi?" tanya Kevin mulai serius. "Ya.” "Bagaimana dengan respons mereka?" "Wanita itu tentu saja marah!" seru Julio, "Tapi Tuan Ben... dia hanya menanggapinya dengan tenang," jelasnya. "Ben bersikap tenang? Ini tidak biasanya. Pasti ada sesuatu yang dia katakan, bukan?" "Ya. Dia menyuruhku untuk menyampaikan padamu bahwa takdir Yang Mulia adalah menjadi pemimpin Klan Raltz." "Maksudnya menjadi pemimpin boneka? Haahhh... dia membuatku ingin tertawa. Aku sudah muak dengannya. Diatur dan terus diatur. Jika dia mau, ambil saja takhta ini. Aku tidak membutuhkannya
Baca selengkapnya
BAB 11 - Memberontak (Bagian 1)
Benedict berjalan memasuki sebuah gedung tua seorang diri. Di sana sudah berdiri seorang pria yang menunggu kedatangannya sejak tadi. "Kau terlambat," ucap pria ini. "Ada remah-remah yang harus aku bersihkan," balas Ben. "Bagaimana keadaannya?" "Tidak terlalu buruk, kita masih bisa terus mengeksploitasinya." "Dan dia?" "Ahh... dia? Aku berpikir apa yang harus aku lakukan dengannya. Dia sudah tidak memiliki apapun, bahkan tidak untuk sebuah jantung," ucap Ben dengan senyum yang mengerikan. "Wanita pembawa jantung ini, bagaimana kau akan menemukannya?" tanya pria ini. "Sebuah bau." "Bau?" "Sama seperti ibunya, dia memiliki bau Bunga Lily."   ***   Dengan terburu-buru, Julio berlari untuk menemui tuannya—Kevin. Kedatangan vampir itu sudah ditunggu-tunggu oleh Julio sejak kemarin. Tapi, setelah mendengarnya telah kembali, Julio langsung berh
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
18
DMCA.com Protection Status