Semua Bab Cinta Untuk Sang Pengantin Pengganti: Bab 21 - Bab 30
66 Bab
21. Bercerailah
Alferd baru saja selesai memeriksa kondisi Yasmin yang kembali menurun. Saat keluar dari rumah sakit, Yasmin terlihat bugar, bahkan tidak ada tanda-tanda jika kondisinya akan kembali seperti ini. Yasmin istirahat, semua orang berkumpul di ruang keluarga saat Sean baru saja kembali setelah meninjau proyek yang tidaklah jauh dari rumah sakit. Sean dan Putra sengaja berbohong. Pria tampan dengan wajah lelah itu melengos begitu saja, berjalan cepat menaiki tangga, ada sesuatu yang harus segera dia lihat. “Lihat! Sekarang dia bahkan mengabaikan kita karena khawatir pada istrinya,” cibir Anggara dengan santai. “Ahahah … Om benar sekali, bahkan Sean juga mengancamku untuk menjauhi Yasmin,” timpal Putra. Anggara dan Claretta tergelak mendengar perkataan Putra. “Ck! Anak itu memang mudah sekali jatuh cinta,” gumam Anggara. “Jadi gimana kondisi Yasmin, Al? Nggak ada masalah serius ‘kan dengan kesehatannya?” Kali ini Claretta yang bicara. “Tante nggak mau ada ya
Baca selengkapnya
22. Satu ranjang yang sama
Mendengar apa yang dikatakan Claretta, Sean tersentak, dia tidak percaya jika akan mendengar itu dari mulut Maminya sendiri. Kepalanya tiba-tiba bedenyut nyeri, membuat Sean berbalik dan berniat pergi dari sana, lalu menyendiri. Namun saat berbalik, Sean dikejutkan dengan keberadaan Anggara di depannya dengan wajah santai, namun menyiratkan kata sebagai tanda peringatan untuk Sean.‘Jangan bertindak bodoh, apalagi sampai merugikan dirimu sendiri!’ begitu kira-kira yang Sean lihat dari tatapan Anggara.“Papi …”“Istirahat dan dinginkan kepalamu! Kalau perlu yang lebih cepat, minta Bi Sumi bawakan es balok ke kamar,” Anggara terkekeh kecil, membuat Sean kesal karena Sang Papi hanya meledek tanpa memberikan solusi untuknya.Sean menjatuhkan tubuhnya di ranjang kamar tamu dan merenungi semuanya. Betapa selama ini dia sudah bersikap tidak manusiawi pada Yasmin, bahkan selalu saja menyusahkan dan menghina gadis itu tan
Baca selengkapnya
23. Rasa yang berbeda
Di atas ranjang besar berbalut sutra, Sean dan Yasmin tidur begitu nyenyak, melupakan sejenak masalah yang mereka miliki. Seakan tempat ini berusaha untuk bisa mendekatkan keduanya.Claretta yang menjadi saksi merasa ingin menangis dan tertawa layaknya wanita yang kehilangan akal sehatnya, namun saat Anggara bertanya, rasa itu bisa dikendalikan.“Ma, ada apa sih?”“Kepo! Papa lihat aja sendiri,” Claretta mengerling nakal, setelahnya tersenyum lebar.“Hooo …” Anggara langsung menarik gagang pintu, menutupnya perlahan agar tidak menimbulkan keributan.“Mereka pelukan, Ma,” kata Anggara penuh semangat. “Jadi gimana nih, pisah atau lajut aja?”Keduanya terlihat berpikir keras, serius dan berhati-hati untuk mengambil keputusan. Namun saat keheningan menyelimuti, tiba-tiba Davin datang mengejutkan keduanya, berteriak di depan kamar Sean, membuat focus keduanya buyar.“
Baca selengkapnya
24. Yasmin Reviano Anggara
Menghabiskan waktu cukup lama di depan pintu kamarnya sendiri membuat Sean terlihat seperti orang bodoh. Ini bukan kebiasaannya, lagipula kamar itu tempat pribadinya, bahkan semua yang sekarang ia injak pun akan menjadi miliknya dan juga Davin.“Argghh … Kenapa aku ini?”Saat Sean dilanda frustasi, Bi Sumi diam-diam sudah berada di dekatnya membawa sebuah nampan yang berisi makanan untuk Yasmin, sesuai dengan yang Sean minta.“Den …”“Astaga! Bi Sumi, kenapa bikin aku kaget?” Sean melotot, namun Sumi hanya nyengir kuda tanpa rasa bersalah sedikit pun.“Bibi boleh masuk? Atau mau Aden yang …” Sumi melirik nampan yang ada di tangannya. “Aden sendiri yang bawa masuk?”“Simpan saja di meja, Bi, sebentar lagi aku masuk.”Sumi mengangguk, tidak berselang lama perempuan paruh baya itu keluar dan tersenyum jahil, seakan tahu apa yang sekarang sedang t
Baca selengkapnya
25. Jangan pergi, Yasmin
Jantung Yasmin berdegup kencang saat mendengar Sean menyematkan namanya keluarga Anggara di belakang namanya. Semua rasa bercampur menjadi satu, seperti nano-nano yang banyak rasa, membuat Yamsin bingung harus bersikap seperti apa.Beberapa saat Yasmin menunggu, namun ranjang sama sekali tidak bergerak, membuat Yasmin penasaran dengan apa yang sedang dilakukan Sean. Diam-diam, Yamsin mengintip dari balik selimut.“Dia, kerja malam-malam begini?” Yasmin mengernyit bingung, bahkan Sean tidak mengijinkan dirinya untuk berjauhan dari laptop dan pekerjaannya meskipun malam telah datang.Sesekali terdengar helaan napas berat dari Sean, tentu saja itu memancing rasa penasaran Yasmin yang masih terjaga sampai pukul Sembilan malam. Tidur siang yang lelap ternyata membuat Yasmin kehilangan rasa kantuknya.“Hallo, Rita?”DEGHatinya tiba-tiba berkecamuk mendengar suaminya menghubungi wanita lain malam-malam.‘Apa Se
Baca selengkapnya
26. Digigit Pampir
“Kenapa harus kayak gini saat semuanya akan berakhir?” Yasmin merasa dipermainkan olah takdir. Jika memang Sean bukanlah jodohnya, kenapa rasa ini hadir dengan mudahnya saat semua sudah di ujung tanduk. Beberapa kali Yasmin menghela napas berat, perpisahan jadi momok mengerikan untuknya. Selain itu, kemana dia akan pergi setelah berpisah dari Sean. Ke rumah pamannya? Yasmin menggeleng cepat, rumah pamannya jadi mimpi buruk yang mengerikan dan sampai kapanpun tidak akan pernah dia pijak kembali. “Dingin …” lirih Sean dengan mata yang terpejam. “Ya Tuhan, demamnya makin tinggi, gimana kalau dia sampai kejang?” gumamnya pelan. Yasmin tidak bisa tinggal diam melihat Sean seperti ini, tanpa meminta persetujuan pria itu, Yasmin keluar kamar dan berjalan cepat menuju dapur, menyiapkan air hangat. Bergegas Yasmin kembali ke kamar, membongkar lemari dan mencari sapu tangan atau kain yang bisa dia gunakan untuk mengopres kening suaminya.
Baca selengkapnya
27. Anak manja lagi marah.
Seketika Sean tersedak karena kelakuan Davin. Dia gelagapan karena tuduhan itu memang benar adanya. Selain itu Sean juga merasa kesal, kenapa pembahasan ini harus sampai ke meja makan dan Yasmin, sepertinya dia segaja memperlihatkan jejak Sean di lehernya. Batin Sean.Sean tidak ingin berkomentar banyak.Tersedak roti membuat wajah Sean merah seperti udang rebus, Yasmin yang melihat itu langsung memberikan segelas air untuk suaminya. Namun nyatanya Sean mengabaikan Yasmin dan pergi meninggalkan meja makan.“Aku sudah selesai,” Sean berdiri dan pergi begitu saja tanpa berniat untuk melirik Yasmin, membuat bunga cinta yang sedang mekar itu layu seketika.“Mi, Pi, Yasmin juga permisi dulu ya.”“Iya, tolong bujuk anak manja itu ya. Papi minta tolong sama kamu.”Yasmin hanya mengangguk menanggapi perkataan mertuanya. Meskipun jarang bicara, Anggara adalah sosok ayah yang hangat saat bersama keluarganya.
Baca selengkapnya
28. Kasih yang tersembunyi
 "Aku tidak berniat untuk menyakitimu," ucap Sean saat melihat Yasmin berlalu meninggalkan sendiri di taman belakang.Sean mengingat semua yang terjadi dengannya tadi malam. Bahkan Yasmin rela menjaganya sampai dirinya benar-benar terlelap. Hatinya mulai luluh dan Sean mengakui itu. Namun setiap kali menatap mata Yasmin, sekelebat bayangan pengkhianat yang di lakukan Hana membuat darahnya kembali mendidih.Punggung Yasmin tak terlihat lagi, membuat Sean menggeram tertahan, dia hanya bisa melayangkan tangannya ke udara untuk meluapkan amarahnya."Mami nggak nyangka, hanya karena wanita murahan itu kamu tega menyakiti perempuan seperti Yasmin," Claretta menatap putra sulungnya dengan nanar. Hatinya benar-benar terluka.Seperti inikah hasil didikan dan kasih sayang yang selama ini dia berikan pada putranya?"Mami benar-benar kecewa," Claretta menahan panas di matanya."Mi, ini semua nggak seperti yang Mami pikirin.""Cukup!
Baca selengkapnya
29. Kebusukan dan kasih sayang
Brakkk Pintu apartemen itu ditutup dengan kencang, membuat Rangga terperanjant. Sebelum semua bertambah kacau, Rangga segera menghampiri Hana yang sekarang sedang duduk dengan wajah merah padam. “Kurang ajar! Berani-beraninya mereka melakukan ini padaku,” teriak Hana dengan napas yang tersengal-sengal dengan dada yang naik turun. “Hey, ada apa sayang? Seharusnya kamu senang setelah berhasil mendapatkan kontrak itu.” “Ya! Seharusnya memang aku yang mendapatkan kontrak itu. Tapi seseorang sudah mengacaukan segalanya dan membuatku kehilangan kesempatan emas ini.” Hana menarik napas dalam dan dia tahu siapa dalang dibalik lepasnya kontrak ini dari tangannya. Orang itu tidak lain adalah Sean dan bagaimana Hana bisa tahu karena tanpa sengaja dia mendengar pihak management menghubungi Sean. ‘Saya sudah melaksanakan semuanya, anda tidak perlu khawatir. Kontrak itu saya berikan pada model terbaik.’ ‘Anda tidak perlu sungkan, Tuan Sean,
Baca selengkapnya
30. Jangan sampai terlambat
Yasmin bersikap seperti biasanya, tidak ada yang berubah dari perempuan itu meskipun telah banyak luka yang Sean torehkan padanya. Setelah menyiapkan makan malam, Yasmin masuk ke kamar dan melihat Sean sibuk dengan laptop serta beberapa berkas.“Tutup dulu laptop dan berkas-berkasnya, ini sudah waktunya makan malam.” Yasmin langsung bertindak, menutup berkas itu dan merapihkannya.“Aku akan menyusul,” sahutnya dingin.“Tolong pikirkan kesehatanmu, hurup atau angka dalam berkas itu tidak akan hilang karena ditinggal makan malam.”Sean menarik napas dalam, kemudian bergegas mengikuti Yasmin yang sudah berjalan lebih dulu. Siapa sangka, pernikahan yang berawal dari kebencian bisa berakhir seperti ini.Yasmin dan Sean makan dalam diam, hanya denting sendok yang memecah keheningan di antara mereka. Sesekali Sean melirik Yasmin dengan sudut matanya, perempuan itu duduk dengan tenang berbeda dengan Sean yang sedikit gel
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234567
DMCA.com Protection Status