All Chapters of DALAM CENGKERAMAN SANG MAFIA: Chapter 61 - Chapter 70
148 Chapters
BAB 61 KEHILANGAN
Evan dibawa ke sebuah rumah pantai mewah bergaya mediterania di kepulauan Caribbean, sebuah properti yang bentengnya dijaga dengan pria-pria besar bersenjata. Evan masih tidak banyak bertanya karena dia paham kapan waktunya diam lebih menjamin keselamatan. Orang-orang di tempat tersebut jelas bukan jenis sipir penjara yang akan membuang waktu dengan mencambuk punggung. Evan berjalan mengekor di belakang pria tinggi besar berambut keemasan yang kemarin menjemputnya. Evan hanya menatap sekilas pada para pengawal yang juga terlihat memperhatikannya ketika mereka melintas. "Sampaikan pada Mr. Dexter jika kami sudah sampai," kata pria yang datang bersama Evan ketika menghampiri seorang pengawal bersetelan rapi yang menyambut mereka di dalam. Evan sedang berada di ruangan super luas dengan sebuah tangga marmer melengkung dan langit-langit tinggi. Seorang pengawal kembali turun un
Read more
BAB 62 DENDAM
  "Aku tidak mau telur!" protes Evan ketika Kansaz memasukkan telur ke dalam mie instan yang sedang dia rebus.   "Kau harus makan telur agar tubuhmu besar," kata Kanzas sambil memamerkan otot lengannya yang bergumpal-gumpal dan dihiasi tato.   Kansaz adalah pria tinggi besar dengan perawakan kasar, alisnya tebal dengan tulang rahang persegi. Tampilan seorang pria yang pantas untuk ditakuti.  Kansaz sedang merebus mie instan untuk anak laki-lakinya, anak laki-laki yang tidak pernah bisa memanggilnya ayah tapi tetap merupakan anak laki-lakinya. Memang agak sulit membiasakan anak yang sudah berumur hampir lim tahun untuk tiba-tiba menyebutnya ayah. Sudah hampir tiga tahun anak itu dia besarkan seperti putranya sendiri, Kansaz mengantarkannya ke sekolah dan membuatkannya makanan. Walau terlihat
Read more
BAB 63 DIPAKSA
MASA DEPAN "Ardi sudah menjadi suami yang baik untukku, Ardi juga sudah menjadi ayah yang baik untuk putriku. Tolong lepaskan aku, relakan aku, biarkan aku hidup dengan keluargaku."Amanda tidak pernah tahu sesakit apa Dom mendengar Amanda bicara seperti itu."Bagaimana kau pikir aku bisa meninggalkanmu?" Dom menatap Amanda yang juga balas menatapnya dengan lebih pekat."Pikiranku sudah tidak penting lagi, hatiku juga sudah tidak penting lagi. Kenyataanya kau pergi dan tidak kembali. Tolong lepaskan kami biarkan kami hidup tenang. Ardi sudah menjadi suami yang baik untukku dan ayah yang baik untuk Sisi," ulang Amanda tanpa berhentinya untuk mem
Read more
BAB 64 PASRAH
  "Pernikahan itu sudah terlalu lama Dom, dan waktu itu aku masih terlalu muda. Aku tidak tahu apa pernikahan seperti itu bisa dianggap pernikahan." Kata Amanda setelah mereka sama-sama lebih tenang untuk bicara tanpa disertai emosi. "Bahkan aku sangat membencimu karena pergi meninggalkanku begitu saja. Aku juga sakit hati hingga sangat jijik saat kau menyentuhku lagi. Aku dan Ardi hampir delapan tahun menjalani pernikahan, saat aku bersamamu aku akan merasa mengkhianatinya sebagai seorang istri. Aku merasa kotor karena bagiku tetap Ardi suamiku yang sesungguhnya, suami yang telah bertanggung jawab terhadapku sementara kau hanya seperti orang lain dari masa lalu. "   Dom cuma diam karena dia semakin sadar jika dirinya memang tidak pernah dianggap, entah itu oleh keluarga Amanda atau oleh Amanda sendiri.  
Read more
BAB 65 TANTANGAN
  'Setiap kebencian pasti memiliki alasan, tapi ketika kebencian itu sudah sangat menyesatkan, maka coba tengok kembali apa alasan itu layak untuk memadamkan jalanmu?'   Amanda hanya memuntahkan cairan karena dari kemarin dia memang tidak makan apa-apa. Dom bantu memijit bahunya dan buru-buru mengambilkan air. Tengkuk dan dahi Amanda berkeringat dingin, bibirnya pucat. Ternyata Dom juga tetap sangat takut jika sampai terjadi apa-apa pada Amanda.   "Apa harus kupanggilkan dokter?"   "Tidak perlu, awal kehamilan memang seperti ini." Amanda masih meremas perutnya yang siaga untuk kembali mengejang jika sewaktu-waktu dorongan mual itu tumbuh kembali.   Dom terdiam memper
Read more
BAB 66 KEBENCIAN
Dom tahu Amanda pasti akan membalas, dia benar-benar sedang menantang batas pertahanan diri seorang pria. Bisa Dom bayangkan ketika dua gumpalan daging lembut dengan dua puncak merona itu kali ini cuma terbalut pakaian tidur tipis yang tidak terlalu berguna. Bagaimanapun dia seorang pria mustahil jika ia tidak ingin meremasnya setalah menerjang tumpukan bantal sialan yang dibuat Amanda. Dom mulai bergerak gelisah sementara Amanda tidak bergeming cukup menyimak saja dan merasa menang karena mustahil pria akan tahan tidak berbuat apa-apa. Rongga dada mereka sebenarnya sedang sama-sama panas dengan jantung berdetak tiga kali lebih kencang. Amanda tahu jika Dom sampai menerjangnya diapun juga tidak bisa berbuat apa-apa. Walaupun pura-pura berani sebenarnya Amanda pengecut karena ingat bisa segila apa jika mereka berdua sedang bergelut seperti mutan. Sirkulasi udara yang sedang bergerak lambat pun bisa membuat Amanda merinding.
Read more
BAB 67 MUAL
Amanda masih duduk di balkon menikmati udara pantai dan deburan ombak untuk mengalihkan perhatian dari rasa mualnya. Dom berjalan menghampirinya setelah dia menutup telepon dari seorang pria yang dia sebut bernama Amir, mereka bicara mengunakan bahasa yang tidak Amanda mengerti. "Apa aku tidak bisa menelpon Sisi?" tanya Amanda setelah Dom lebih dekat. "Belum," santai pria itu. "Hanya telepon!" heran Amanda karena tidak diijinkan, " kau jahat sekali!" "Dia putriku, biar aku yang menanganinya dulu." "Kau tidak akan tahu cara menangani anak-anak, kau hanya perduli dengan egomu sendiri!" tegas Amanda. "Kita tetap akan membesarkan anak-anak kita bersama setelah kau bisa kupercaya!" Dom kembali mengingatkan karena Amanda memang istri yang perlu dididik. "Jangan terlalu percaya diri, anak ini belum tentu darah dagingmu!" Amanda mempertegas perjanjian mereka sambil membelai perutnya sendiri yang masih terlihat rata. Dom tidak b
Read more
BAB 68 GEMAS
Yang membuat Dom kesal Amanda masih kembali menyusun bantal di tengah tempat tidur mereka."Sudah singkirkan saja!" Dom menyingkirkan bantal-bantal tersebut."Tidak!" tolak Amanda . "Kemarikan!" Amanda meminta lagi bantal yang sudah diangkat oleh Dom dan malah pria itu lempar ke lantai."Oh, kau!" gemas Amanda langsung mengambil bantal yang lain untuk dia pukulkan."Aku tetap bisa menerkammu jika aku mau, tapi aku tidak akan memaksamu demi anak kita.""Ini bukan anakmu!" Amanda benar-benar tidak suka dengan kesombongan Dom yang sudah begitu percaya diri mengklaim bayinya.Dom cuma balas menyungi
Read more
BAB 69 MELIHAT KEMBALI
Setelah menutup teleponnya dengan Selvie Dom langsung berjalan menghampiri Amada yang sudah terlihat segar."Jadi kau juga tidur dengannya?" todong Amanda dengan pertanyaan.Meski sempat terkejut tapi Dom segera memperbaiki ekspresinya dan ikut duduk di depan Amanda."Tidak penting siapa saja yang sudah pernah tidur denganku, yang terpenting siapa yang akan menjalani relationship denganku!" tegas Dom sambil menatap Amanda."Ingat kau akan melepaskanku setelah bayi ini lahir!" berulang kali Amanda terus mengingatkan."Tidak jika itu anakku!"Amanda segera berpaling membuang muka seolah sedang mem
Read more
BAB 70 KEBENCIAN DAN MAAF
  Sama seperti Sisi, Dom juga memiliki dua orang ayah dan tidak masalah. Mungkin jika semua hal itu tidak dia alami sendiri Dom juga tidak akan belajar sebaik ini.   "Aku baru tahu kau masih punya ayah?" tanya Amanda.   "Ya, Sisi sedang bersama kakeknya kau tidak perlu khawatir."    Selama ini yang Amanda tahu Evan adalah putra dari Kansaz, seorang narapidana hukuman mati yang juga Amanda tahu sudah meninggal beberapa tahun lalu. Amanda mendengar berita kematiannya dari media di saat dia tidak mendengar kabar sama sekali dari Evan.   "Di mana mereka sekarang?" Amanda juga ingin tahu keberadaan putrinya.  
Read more
PREV
1
...
56789
...
15
DMCA.com Protection Status