Semua Bab Di Balik Rupa Burukku: Bab 151 - Bab 160
263 Bab
Bab 151
"Apa-apaan kalian? Bergerombol di sini?" Suara Pak Rahmat menggelegar seantero pelataran kampus. Semua mahasisiwa terdiam, mereka hanya berkerumun tanpa mengucapkan kata, Sampai ada satu mahasisiwi yang terkenal cukup vokal berkata. "Pak, kami di sini mau menegakkan moralitas, kenapa ada mahasisiwa tuna susila bisa bebas belajar di sini tanpa ada sangsi." Gadis yang bicara ini termasuk ke dalam orang-orang yang menganiaya Aina kemarin, Aina hapal betul siapa orang yang berteriak dan menghinanya bahkan yang menjambak dan memukul wajahnya. Semua wajah mereka terukir jelas diingatan Aina, walau dia tidak hapal namanya, tetapi dia tahu betul dari prodi atau jurusan mana para gadis barbar itu. Mata Aina juga memindai setiap orang yang ada di sini, setiap mereka adalah orang-orang yang suka bergosip tentang dirinya, bahkan ada yang sering menyindir dan terang-terangan. Berdiri paling belakang, dua orang gadis tengah bersedekah dan tersenyum penuh kemenangan di bibirnya, tanpa berpikirpu
Baca selengkapnya
Bab 152
"Iya, aku rasa merekalah pelakunya. Aku tahu betul watak mereka, dulu aku satu kelas waktu di SMA 2, mereka juga sering menindasku. Okelah ketika itu aku masih jelek, nah sekarang aku sudah cantik, kan? Kenapa mereka masih juga mencari perkara denganku, apa mereka mengenaliku ya?" "Mereka sering menindasmu waktu SMA? Apa mereka pelaku yang membuat ban sepedamu kempes dua-duanya waktu itu?" "Ya, bisa jadi." "Kurasa mereka tidak mengenalimu, mereka hanya iri karena kau sangat cantik, orang seperti itu tidak suka ada yang menyaingi mereka." "Oh? Benarkah? Apa aku secantik itu?" Aina memegang pipinya yang merona, melihat itu Hasan menjadi gemas, ingin sekali melahap pipi dan bibir perempuan di sampingnya itu, sudut bibirnya melengkung melihat tingkah istrinya itu "Kau yang paling cantik di mata Abang, tidak ada wanita secantik dirimu di dunia ini," ujar Hasan dengan suara berat, matanya terus menatap jalan yang saat ini begitu padat. Aina hanya tertawa menanggapi perkataan suaminya
Baca selengkapnya
Bab 153
Aina sibuk mengerjakan tugas kuliah, jadwalnya hari ini begitu padat, dia masuk pukul delapan pagi, pulang jam dua siang. Dia masih menyempatkan mampir ke warung bakso untuk mengecek keadaan warung, dia bermaksud sebentar saja di warung karena tugas kuliahnya menumpuk dan harus dikumpulkan besok sebelum akhir pekan.Ketika sampai warung, Kamal dan Ihsan antusias menyambutnya."Ai, sudah beberapa hari kau tidak mampir ke sini.""Iya, maaf ya aku gak bisa bantu-bantu.""Bukan masalah itu, Ai. Aku tidak masalah jika kau tidak bisa bantu-bantu, tetapi ada sesuatu masalah penting yang harus aku katakan padamu," ujar Kamal dengan mimik wajah serius.Ihsan juga berekspresi sama persis seperti Kamal, biasanya anak itu akan cengengesan namun kali ini dia juga terlihat serius."Ada apa? Kok kelihatannya serius banget sih?""Begini, istri pak Karyo pemilik warung ini kemarin lusa meninggal dunia.""Oh, ya Allah ... Innalillahi wainna ilahi rojiun ....""Masalahnya, anak tunggal pak Karyo sekaran
Baca selengkapnya
Bab 154
Hasan turun dari mobil yang sudah terparkir dengan rapi di depan bandara, dia segera berlari menuju area kedatangan, dia sudah terlambat beberapa menit, pesawat yang ditunggunya juga sudah landing di bandara. Dari kejauhan sudah terlihat orang yang akan dijemputnya, lelaki paruh baya dengan rambut putih tetapi masih terlihat gagah, wajahnya yang terlihat jelas seperti warga asing membuat penampilan lelaki itu lebih menonjol dari kerumunan orang di bandara tersebut. Lelaki tua itu berjalan dengan santai, tangan kanannya menarik sebuah koper dan tangan kirinya menenteng tas kerja. Hasan segera melangkahkan kakinya menuju lelaki itu, namun langkah Hasan tercekat tatkala melihat seorang perempuan muda berjalan bersisian dengan lelaki tua itu. Rasa canggung menggelayut di hatinya, feeling istrinya sungguh paten, dia bisa menduga jika gadis ini ikut bersama kakeknya ke sini. Entah apa tanggapan istrinya jika tahu gadis itu juga ikut ke sini? Hasan menggelengkan kepala, dia bertekad tidak
Baca selengkapnya
Bab 155
Dave tanpa banyak bicara menggandeng tangan cucunya yang tengah patah hati, dia juga tidak menduga jika Hasan sudah menikah, makanya dia hanya bisa membesarkan hati cucu perempuan satu-satunya ini."Sudah, Sayang ... Jangan sedih. Yang menikah masih bisa bercerai, apa perlu kita cabut investasi kita dan mengancam Hasan untuk menikahimu?" ujarnya ketika Hasan tengah memarkirkan kendaraanya "Grandpa, jangan seperti itu, itu tidak profesional banget. Aku ingin lihat seperti apa istri Hasan itu? Apakah lebih baik dari aku? Jika dia jauh dibawah levelku, aku akan dengan senang hati menyingkirkannya dari hidup lelaki itu, akan kubuat mereka pisah dengan sendirinya.""Good, semangat seperti itu baru cucu Dave Harrison, come on ... Sekarang jangan sedih lagi."****"Sepertinya aku sangat lelah, kalian saja yang makan di sini ya? Aku akan memesan layanan kamar saja," kata Dave setelah mereka duduk di meja restauran."Grandpa, sebentar lagi pesenan kita datang," keluh Laura."Tolong kalau pese
Baca selengkapnya
Bab 156
Sejak bertemu Melanie di rumah sakit, Steven langsung menyelidiki keberadaan gadis itu. Pertemuannya dengan Melanie terjadi di negeri kangguru, saat itu Melani mengambil spesialis jantung dan Steven melanjutkan program PhD-nya. Tidak ada yang istimewa ketika awal pertemuan mereka, Steven yang menyewa flat sendiri terlihat seperti mahasiswa kebanyakan, menghemat uang. Steven bukannya tidak memiliki uang cukup, rumah peninggalan kakeknya begitu megah bisa saja dia tinggali, namun dia merasa anak yang tersisih, sehingga rumah itu hanya ditinggali oleh Laura keponakannya.Dave anak tunggal, setelah dia lulus kuliah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan, perusahaan orang tuanya dibidang meubel dan furniture dia jual karena dia merasa tidak mampu mengelolanya, dia lulusan sarjana ekonomi jurusan bisnis jasa keuangan, hasil penjualan perusahaan orang tuanya, uangnya dia gunakan bisnis di bidang yang dikuasainya, jasa keuangan. Akhirnya dia bisa mewujudkan mimpinya berpetualang ke ne
Baca selengkapnya
Bab 157
"Aku ke toilet dulu ya? Jangan ke mana-mana, aku hanya sebentar." Melanie mengarahkan jari telunjuknya pada Hasan, dia kuatir lelaki itu akan kabur tatkala dia ke belakang sebentar. Steven segera bergerak mengikuti Melanie, lelaki itu tidak yakin jika gadis itu hanya akan pergi ke toilet, dia memiliki feeling jika gadis itu tengah merencanakan sesuatu. Melanie berjalan ke belakang restoran, tetapi dia tidak menuju ke toilet, dia segera menuju kichen tempat restoran memasak dan menyiapkan menu pesanan pengunjung, gadis itu berjingkat dan menoleh ke sana ke mari mencurigakan, Steven segera mengintip dari sela-sela pembatas dapur. "Mas, apa mas yang menyiapkan pesanan saya?" tanya Melanie dengan suara pelan nyaris berbisik. "Pesanan yang mana, Mbak?" "Ini, jus buah naga bukan? Saya memesan jus buah naga, kopi sama jeruk." "Oh iya, mbak. Ini jus buah naganya sedang saya buat." ujar pria yang memakai seragam hotel itu. Pria itu tengah memotong-motong daging buah naga yang berwarna
Baca selengkapnya
Bab 158
Steven yang melihat Hasan meneguk minuman yang telah diberi obat entah apa, mengamatinya dengan seksama. Ketika Hasan pergi dari tempat itu dan berjalan sempoyongan ke parkiran mobilnya, Steven tetap mengawasi dan membuntutinya. Steven melihat sepetinya reaksi obat itu sudah terlihat ketika Hasan melewati lobi, Hasan mulai membuka kancing jaketnya dan mengibaskan tangannya, wajahnya sudah memerah, bahkan ketika sampai mobil, lelaki itu berteriak.Dari jauh Steven melihat ada dua orang pria yang mendekati Hasan, dia langsung pura-pura mendekati mereka seolah-olah tengah mendekati mobilnya yang terparkir di dekat situ "Ayo cepat kita bawa ke kamar hotel, mumpung dia masih setengah sadar.""Iya, bilang saja orang ini lagi mabuk.""Kenapa orang itu, Mas?" tegur Steven.Kedua orang yang tengah memapah Hasan terkejut dengan kemunculan Steven yang tiba-tiba."Oh, dia sepertinya mabuk, Mas. Jadi mau saya bawa ke kamar.""Ha? Hasan? Ini teman saya, Mas. Tolong masukan mobil lagi, biar saya ya
Baca selengkapnya
Bab 159
Melanie yang tengah ngopi bersama Laura, perasaannya harap-harap cemas menunggu kabar dari orang suruhannya, sebentar-sebentar dia melihat handphone-nya, mengecek apakah ada pesan yang masuk. Laura yang dalam suasana hati yang buruk, tidak banyak bicara. Dia sudah merasa putus asa untuk mencuri perhatian Hasan. Kepulangan Hasan yang terburu-buru menandakan bahwa kehadirannya tidak penting bagi pria itu, walau dia sudah pernah menyelamatkan sinpria di masa lalu. Sikap Hasan berbeda sekali dari kunjungannya pertama kali, waktu itu lelaki itu bersikap manis dan sopan padanya. Dia bahkan tidak pernah menolak sama sekali ketika Laura memintanya mengantar ke manapun wanita itu suka, bahkan mereka mengobrol berdua hingga larut malam, dan di wajah lelaki itu tidak ada sikap gelisah sama sekali. Tetapi sekarang, walau masih baru bertemu saja, lelaki itu seolah-olah ingin segera kabur dari hadapannya, sikapnya yang gelisah ingin segera menemui istrinya menandakan bahwa lelaki itu sangat bucin
Baca selengkapnya
Bab 160
Dering alarm menggema di kamar yang sunyi, Steven memang biasa memasang alarm agar dia bisa bangun pagi. Tetapi ketika akhir pekan seperti ini, alarm akan berdering lebih siang bertepatan jam delapan pagi. Melanie menggeliatkan badan, suasana kamar masih gelap karena tirai jendela yang cukup tebal sehingga matahari tidak bisa masuk. Suara alarm itu sangat mengganggu, Steven sudah mendengarnya, namun aktivitas panasnya tadi malam membuatnya cukup lelah sehingga malas terbangun. Melanie terbangun, di sisinya seorang lelaki masih mendengkur lelap, tangannya yang kekar masih memeluk tubuhnya dengan kuat, dengan pelan Melanie menyingkirkan tangan itu, berjalan pelan menuju tirai yang tertutup. Hari ini terasa berbeda, Melanie tampak begitu bahagia, wajahnya masih dihiasi senyuman, aktivitas tadi malam sungguh berkesan dalam hidupnya. Dengan perlahan dia menyibak tirai, ternyata matahari sudah tinggi, cahaya teriknya menyorot jendela mereka membuat ruangan itu terang seketika. Wajah Ste
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1415161718
...
27
DMCA.com Protection Status