All Chapters of Moonlight Kiss: Chapter 11 - Chapter 20
63 Chapters
BAB 11 : WILD PARTY
Sebuah gelas cocktail berisi minuman dingin berwarna kemerahan dengan nanas menempel pada tepi gelas telah tersaji di tempat duduk bar yang kududuki sebelumnya. Jimmy masih menungguku sambil menengguk segelas negroni secara perlahan.“Kau sudah kembali, silahkan minum
Read more
BAB 12 : HELP!
Jimmy memelukku ketika tubuhku hampir ambruk di atas panggung. Tubuhku terasa semakin panas. Sentuhan Jimmy di pinggangku terasa menggelitik dan mempercepat detk jantungku. “Jimmy, apa yang telah kau lakukan padaku?” tanyaku sambil terus berusaha membangunkan kesadaran. “Hanya membuatmu merasa bersemangat dan sedikit terangsang.” Jimmy tersenyum cerah. “Berengsek!” aku berusaha untuk menghindarinya, tapi pelukan Jimmy semakin erat. Ia sengaja mengusap punggungku naik turun dengan perlahan, sensasi sentuhannya sungguh membakar sesuatu di dalam diriku. Aku harus mencari Rosa dan Jimmy. Aku mencoba berteriak tapi sentuhan jemari Jimmy justru membuatku menyuarakan desahan. Jimmy merangkulku dan menggiringku menuju lorong bagian belakang club yang sangat sepi. Aku berusaha melawannya dengan sekuat tenaga, namun tubuhku tidak memiliki tenaga untuk memberontak. Tolong aku...Siapapun..Tolong aku! Aku terus berdoa agar seseorang datang
Read more
BAB 13 : INGAT NAMAKU!
“Ruangan ini kedap suara, jadi kau boleh mengeluarkan suara sekencang apapun.” Pria itu berjalan mendekatiku, mengambil sebuah permen mint dari atas meja. Dalam satu kali sobekan, bungkus permen telah terbelah, pria itu memasukan bulatan permen mint ke dalam mulutnya dengan cara paling menggoda. “Namaku Neil, Neil Morianno kau harus mengingat namaku. Aku akan mengingat namamu, Sophie” Aku terkejut ketika Neil menyebutkan namaku. Mungkinkah ia mendengarkan setiap pembicaraanku? Neil menekan tubuhku pada sofa silver. Secara sengaja dia semakin merapatkan tubuhnya padaku, telingaku bahkan dapat mendengar debaran jantungnya yang semakin cepat. Perpaduan aroma ozonic, tonka bean, bergamot dan pir dari tubuh Neil serta dada bidangnya yang terasa hangat, seketika meredakan pusing di kepalaku. Semua kenyamanan itu membangkitkan alarm dalam otakku. Ini tidak boleh terjadi, tidak boleh terjadi! Otakku terus berkata seperti itu, tapi hatiku menyukai apa yang pria kekar ini laku
Read more
BAB 14 : SEMESTA DI MATANYA
“Sophie, bolehkah aku membuka pakaianmu?” Neil membaringkanku di atas ranjang berukuran king size. Aku menutup wajah dengan kedua tanganku. Aku benar-benar malu menyadari bahwa seorang pria terkesima menatap tubuhku, bahkan ini pertama kalinya aku akan menunjukkan tubuhku. Pria berbola mata hitam itu menurunkan kedua tanganku sambil tersenyum menggoda, “Kamu mau, Sayang?” “Aku ... mau. Tapi tolong jangan ledek bentuk tubuhku.” Aku menutup wajah sekali lagi. “Percayalah padaku, aku benar-benar menyukai setiap lekuk tubuhmu. Jangan menutup wajahmu. Aku ingin melihat wajah cantikmu,” jawabnya singkat. Kali ini aku memberanikan diri menatap wajahnya. Neil lantas menurunkan seleting dress, dan melepaskan dress hitam ketatku dari seluruh tubuhku. Aku nyaris telanjang, hanya tersisa bra dan g-string putih yang membalut tubuhku. Pria tampan di hadapanku tampak terpana melihat tubuhku. Mataku tidak pernah berbohong. Aku melihat tatapan mata laki-laki p
Read more
BAB 15: AFTER WE
Jika ada hal yang sangat kusesali selain mencium Gerald ketika usiaku dua belas tahun adalah datang ke night club di malam itu dan berakhir dengan one night standku dengan seorang pria bernama Neil. Aku telah menyerahkan keperawanan yang kujaga seumur hidup pada seorang pria, nyaris tidak kukenal. Semua ini terjadi akibat obat perangsang yang diam-diam Jimmy masukkan dalam minumanku. Tapi mungkin penyebab utama kejadian itu terjadi karena aku mengizinkan Neil meniduriku, semata-mata karena perasaan frustasi dengan rasa insecureku terhadap pria. Dan aku menemukan kenyamanan saat Neil melindungiku, memperhatikanku. Hal-hal ini tidak pernah kudapatkan sebelumnya dari Gerald. Orang yang justru selama ini kusukai. Sosok Neil sendiri begitu mirip dengan Gerald. Mereka memiliki kesamaan dalam postur tubuh, dan ketampanan yang sebanding satu sama lain. Selain itu, cara mereka berdua memandangku, sorot mata mereka begitu serupa. Aku terperangkap dalam tatapan Neil di malam itu.
Read more
BAB 16 : PENYAMARAN
Suara pintu kamarku yang diketuk membuyarkan lamunan. Rosa berkata dengan lembut, “Sophie, sampai kapan kamu mau mengurung diri? Kamu tidak mengatakan apapun pada kami tentang malam saat kamu menghilang. Apapun yang terjadi padamu, tolong maafkan kami karena tidak dapat menemukanmu.” Aku terdiam, cukup lama. Aku terus merenungkan apakah ini semua adalah salah kedua sahabatku? Karena semua rencana untuk mendapatkan informasi Jimmy adalah rencanaku juga, bagian dari rencana besar firma hukum kami. Segala hal yang terjadi menjadi resiko kami masing-masing. Demi masyarakat yang telah menaruh harapan keadilan mereka di pundakku. Aku harus bangkit kembali dan menuntaskan kasus ini. Aku bangkit dari tempat tidur yang telah menopang tubuhku selama seharian kemarin. Pagi ini harus menjadi awal yang baru bagiku. Aku membuka pintu, Rosa dan Megan langsung berhamburan memelukku. “Rosa, Megan, bisakah kalian membantu aku merias diri. Aku harus tampil meyakinkan sebagai se
Read more
BAB 17 : KARTU PEGAWAI
Tidak butuh waktu lama hingga seorang wanita muda berwajah manis yang mengenakan kacamata berframe emas berjalan menuju arahku. “Sophie Amalia?” tanya wanita itu begitu tiba di hadapanku.  “Ya, itu aku. Maaf sudah merepotkan anda,” jawabku sambil tersenyum profesional.  “Oh tidak, hal seperti ini sering terjadi di hari pertama bekerja. Aku Anita, jangan terlalu formal denganku, saat aku melihat resumemu, usia kita berdua tampaknya sama. Kita akan menjadi rekan kerja mulai sekarang. Aku staf administrasi yang mengurus administrasi setiap pegawai, dan hal-hal seperti ini. Kalau begitu, ayo kita masuk. Ini kartu pegawaimu. Kamu harus menggunakannya untuk bisa melewati pemeriksaan robot A.I.” Anita tampak sibuk mengatur setting perintah pada robot A.I. Anita juga memintaku untuk berdiri menghadap robot tersebut dan menahan mataku dari berkedip. “A.I. Deteksi iris mata Sophie Amalia, posisi staf HRD, dan cek kesehatannya.” “Baik, Nona Ani
Read more
BAB 18 : TATAPAN DINGIN
Begitu kami tiba di lantai 37, Lantai 37 sangatlah luas, ada begitu banyak meja dan pekerja di departemen HRD. Wollim memang berbeda, perusahaan ini sangat maju, canggih, dan berbasis teknologi modern. Memasuki gedung perusahaan Wollim, seperti  menyusuri kisah Alice in the wonderland, sangat menakjubkan. Wollim adalah dunia yang berbeda dengan segala teknologi yang tidak pernah kubayangkan sebelumnya.   Anita mengajakku berputar untuk berkenalan dengan seluruh staf HRD dan Manager HRD kami sebelum ia membawaku menuju meja kerjaku yang berada tepat di samping meja kerjanya. “Ini meja kerjamu, kau boleh menatanya sesuka hatimu.” Anita adalah pegawai yang sangat ramah, aku selalu tersenyum menanggapi seluruh arahannya. Selain itu suasana kerja di perusahaan ini sangat menarik. Setiap lantai memiliki ruang istirahat sendiri. Mesin-mesin camilan, minuman dan permainan akan sangat mudah ditemui di sudut mana pun dalam perusahaan ini. “Anita, Pak Sahir me
Read more
BAB 19 : NANA
Aku mengalihkan pandangan ke setiap sudut ruangan, tentu saja untuk  menghindar dari temu pandang dengan Neil dan Gerald. Saat ini aku benar-benar berharap alarm kebakaran berbunyi atau terjadi sesuatu yang mengharuskan kami berlari kocar-kacir meninggalkan ruang meeting. Karena jantungku terasa melompat hingga tenggorokan dan membuat sesak jalur napasku. Sepanjang karier sebagai seorang pengacara, aku tidak pernah merasakan kegugupan sebesar ini. Tapi munculnya kedua pria itu mengombang-ambing kepercayaan diriku. Hanya satu kalimat yang dapat kupikirkan saat ini, mampus aku! “Sophie... Sophie!” pikiranku langsung teralih ketika Anita berbisik memanggilku dengan beberapa tendangan ringan yang ia lontarkan padaku. Aku menarik napas dalam dan secara kikuk menaikkan sebelah alis. Kebiasaan burukku yang menjadi isyarat untuk perkataan, ada apa? Anita mengerutkan keningnya saat melihat reaksiku, lalu berusaha menelan tawa ringannya
Read more
BAB 20 : SANG LEGENDA
“Nana, hubungi Ben dan Direktur Orin!” ucap Neil sambil menatap A.I. Nana. “Perintah dilaksanakan, Tuan,” jawab Nana. Hatiku membatin, program A.I. Nana berbau kolonial. Meskipun ia adalah teknologi termutakhir, namun program itu memanggil setiap pria dengan sebutan tuan. Sangat feodal. Jangan-jangan perusahaan ini seperti perusahaan silicon valley, namun bertradisi keraton. Gawat. Sebuah sinyal bahaya mulai menyala di dalam diriku. Sambil berupaya menahan rasa resah aku menyikut lengan Anita dan mengetikkan sebuah pertanyaan pada layar flash-C milikku. Anita mengikuti arah pandangan mataku. (Anita, siapa Ben?) Setelah melihat pesanku, tangan Anita tampak bergerak lincah di atas keyboard virtual dari flash-C miliknya. (Benny Polim, pemimpin tertinggi Caist Law Firm, pengacara-pengacara firma hukum itu bekerja sama dengan perusahaan kita.) Aku mengangguk ketika membaca pesan
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status