Semua Bab Pelabuhan Hati Sang Kapten: Bab 11 - Bab 20
27 Bab
Bab 11
Matahari sudah berganti dengan bulan. Saat itu Chika masih setia menjaga anak sambungnya. Anak sambungnya itu termasuk anak yang cerewet. Banyak pertanyaan yang ia tanyakan pada Chika. Pertanyaan yang termasuk kritis namun untungnya Chika mampu menjawab. Chika terbilang ahli dalam menghadapi anak kecil karena terbiasa menemani ponakannya. Berbicara tentang keponakannya, Chika jadi rindu dengan Galen. Usia Galen tidak jauh berbeda dengan Davan. Galen menjadi ponakan yang bermanfaat bagi Chika. Galen selalu menemaninya ketika hatinya di landa rasa perih dalam menghadapi kepahitan percintaan. Bukan hanya masalah percintaan namun juga masalah lain yang membuat pikirannya pening. Wajah ceria Galen mampu mengalihkan sementara masalahnya. Betapa Chika menyayangi ponakannya itu. Suatu hari nanti, Galen harus bertemu dengan Davan. Situasi di ruangan itu nampak sunyi, hanya ada Chika dan Davan. Belum lama ini Davan kembali tertidur setelah dirinya lelah dengan beribu pertanyaan. Pertanyaan yan
Baca selengkapnya
Bab 12
“Apakah selama saya tidak menjaga Davan, kamu pergi kelayapan?” tuduh Niko dengan wajah yang menunjukkan ketidaksukaan dengan sikap Chika.   Mendengar pernyataan Niko pada dirinya membuat emosi Chika meninggi. Nafas Chika memburu. Hatinya Chika meradang saat itu. Sekujur tubuhnya mengeluarkan energi panas. Otaknya mendidih ketika tuduhan tidak benar itu mengarah padanya.   “Asal anda tahu, saya manusia biasa yang butuh asupan makan. Kalau pun anda memikirkan dan menyediakan makan untuk saya, mungkin saya tidak akan keluar ruangan saat ini. Seharusnya pertanyaan itu untuk anda, mengapa anda kelayapan dari siang sampai larut malam. Apakah anda tidak memikirkan putra anda. Ah, saya pikir anda lebih mengkhawatirkan teman seprofesi anda itu!” balas Chika dengan mata melotot. Jawaban pedas Chika saat itu membuat Niko terkejut. Tutur katanya menunjukkan jika Chika tidak terima dengan tuduhannya. Niko heran mengapa Chika justru lebih galak di bandin
Baca selengkapnya
Bab 13
Suara alarm di ponsel membangunkan Chika dari tidurnya. Matanya yang masih terpejam mencoba mengambil ponselnya dengan meraba. Setelah ponselnya berada di tangannya, Chika membuka matanya lalu mematikan alarm itu. Chika mendudukkan dirinya untuk mengumpulkan setengah nyawanya. “Kamu sudah bangun?” tanya Niko yang muncul dari kamar mandi. “Iya Mas,” balas Chika dengan mata yang belum sepenuhnya terbuka. “Hari ini saya mulai kerja. Tolong bantu saya untuk menjaga Davan,” balas Niko sambil merapikan baju dinas lorengnya. Mendengar apa yang di ucapkan oleh Niko, Chika mengengadahkan kepalanya untuk melihat suaminya itu. Suaminya sudah terlihat rapi dan siap untuk berangkat kerja. Sangat cepat Niko berangkat kerja, suaminya hanya meliburkan diri beberapa hari saja. Mungkin memang resiko seorang Abdi Negara yang tidak bisa seenaknya mengambil cuti pikir Chika.&nb
Baca selengkapnya
Bab 14
Tak terasa empat hari telah berlalu. Hari itu Davan sudah di perbolehkan kembali ke rumah. Namun Dokter memberi pesan jika Davan masih harus menjalani pemeriksaan rutin setiap satu minggu sekali untuk mengetahui perkembangan ginjalnya. Perasaan senang pun Davan tunjukkan dengan wajah bahagia dan bicaranya yang tiada henti. Perasaan bahagia itu tidak hanya di rasakan oleh Davan, namun juga di rasakan oleh Niko maupun Chika.   “Tidur nanti malam Davan ingin di temani oleh Mama,” wajah cerita Davan terus ia tunjukkan. Davan ingin sekali tidur bersama mamanya untuk pertama kali.   “Tidak Davan. Davan harus tidur sendiri, kamu anak laki-laki yang sudah besar,” sahut Niko yang tidak mengizinkan jika Davan tidur bersama Chika.   Bulu kuduk Chika merinding ketika Niko tidak memperbolehkan Davan tidur bersamanya. Itu bearti Chika ia harus tidur kembali bersama Niko. Pasangan pengantin baru identik dengan malam pertama dan mereka
Baca selengkapnya
Bab 15
Saat ini Chika sedang menatap bangunan rumah yang berada di depan matanya. Rumah modern berlantai dua yang nantinya akan menjadi tempat tinggalnya bersama Niko dan Davan. Rumah milik Niko itu mempunyai halaman yang indah. Terdapat taman yang di hiasai oleh tanaman bonsai. Tanaman bonsai itu Chika prediksi memiliki harga yang cukup mahal. Di samping rumah Niko terdapat kebun kecil untuk menanam berbagai sayuran. Davan berkata jika papanya itu sangat suka berkebun. Ketika masuk rumah, pandangan mata Chika di suguhkan oleh foto keluarga Raharja yang terpajang di dinding ruang tamu. Di foto itu semua pihak menampilkan senyum termanis mereka, termasuk Niko. Niko mempunyai dua adik, dua adik Niko semuanya berjenis kelamin laki-laki. Kata orang jika anak laki-laki pertama menikah dan mendapatkan menantu perempuan pertama, menantu perempuan itu akan di sayang. Entah itu mitos atau apa, namun Chika hanya berharap jika ia bisa di terima oleh keluarga
Baca selengkapnya
Bab 16
Sesuai janji Niko, ia sedang mengantarkan istrinya ke rumah kediaman keluarga Aditama untuk mengambil barang-barangnya. Mereka melakukan perjalanan pada malam hari sekitar pukul setengah tujuh. Sebelum berangkat Niko berpesan pada bu Rahmi, ART rumah untuk menjaga Davan saat dirinya pergi. Di dalam mobil, Niko dan Chika masih saja seperti orang asing. Mereka saling bukam dan tidak berniat mengeluarkan sepatah kata.   Suasana jalanan kota Jakarta malam itu terlihat ramai lancar. Pasutri itu sampai di kediaman rumah Aditama hanya membutuhkan waktu perjalanan selama tiga puluh menit. Perjalanan yang tergolong cepat di bandingkan hari biasanya yang bisa sampai satu jam lebih.   Mobil mewah milik Niko itu sudah terparkir di kediaman mewah Aditama. Dengan semangat Chika keluar mobil dan berlari kecil masuk ke rumahnya. Melihat tingkah Chika, Niko hanya berusaha sabar dengan sikap Chika yang tidak memperdulikannya. Sudah menjadi resikonya menikah d
Baca selengkapnya
Bab 17
Perdebatan antara anak dan ibu itu terus berlanjut. Sena masih diam sambil mengelus perutnya yang semakin buncit karena hamil anak ke dua. Dalam hati Sena berharap anaknya yang masih di dalam kandungannya bisa menuruti nasehat orang tua.   “Sena, coba kamu bicara dengan Chika. Mama sudah tidak tahan dengan bantahan anak ini,” ujar bu Dila memerintahkan Sena untuk bergantian memberikan petuah pada Chika. Sena tidak membantah perintah mertuanya. Bu Dila yang sudah tidak tahan pun meninggalkan dua wanita tersebut.   “Chika,” ucap Sena tersenyum manis sambil memegang tangan Chika. Sena mencoba bicara dari hati ke hati. Chika adalah tipe anak yang tidak bisa di ajak bicara dengan nada tinggi. Bicara dengannya harus memakai nada yang lembut supaya emosinya bisa terkendali.   “Iya kak,” jawab Chika yang masih memasang wajah cemberut. Dalam hatinya, Chika masih menyimpan rasa emosinya.   “Kamu ingin sendiri?
Baca selengkapnya
Bab 18
Selesai makan mereka kembali pulang ke rumah, tidak lupa Niko dan Chika membelikan makanan untuk Davan. Wajah Chika kembali full senyum setelah perutnya sudah kembali terisi, energinya sudah kembali penuh.   “Terimakasih mas, makanan di warung lamangon itu sangat enak. Aku ingin kembali di lain waktu,” ucapan tulus Chika pada suaminya karena telah membelikan makanan yang begitu enak di lidahnya.   “Iya sama-sama. Makan kamu sangat banyak tadi,” balas Niko sambil fokus menyetir. Niko mencoba memperbaiki interaksi dengan Chika. Meskipun terlihat masih kaku.   “Iya memang saya suka makan namun badan saya masih tetap kecil,” ungkap Chika merasa tidak pede dengan badannya. Chika sering menerapkan program menggendutkan badannya namun badannya hanya naik satu atau dua kg saja. Cukup frustasi terkadang Chika dengan badannya yang tidak kunjung naik.   “Menurut saya badan kamu sudah ideal. Namun jika kamu ingi
Baca selengkapnya
Bab 19
Pagi telah kembali menyambut, Chika membuka matanya sejenak lalu mendudukkan dirinya untuk mengisi setengah nyawanya. Pandangan Chika tertuju pada sisi ranjangnya yang nampak kosong. Niko tidak berada di tempatnya. Tidak ingin berpikir terlalu keras dengan keberadaan Niko, Chika bangun lalu berjalan menuju kamar mandi. Di basuhnya wajah Chika dengan air wudhu untuk melakukan kewajibannya beribadah. Setelah selesai melakukan kewajibannya, Chika membuka lemari pakaian untuk menyiapkan baju dinas Niko. Profesi Niko yang sama dengan kakaknya Gavin, membuat Chika paham dengan baju dinas yang akan di pakai hari itu. Chika menikmati paginya dengan semangat dan mood yang mendukung. Wanita cantik itu kini sedang berada di dapur untuk memasak. Sebelumnya Chika meminta izin pada bu Rahmi agar membiarkan Chika yang memasak. Karena paksaan Chika akhirnya bu Rahmi mempersilahkan dirinya untuk menggunakan dapur itu. Terlihat Chika meracik berbagai bumbu da
Baca selengkapnya
Bab 20
Saat ini Niko dan Chika berada di rumah sakit untuk mengantar Davan kontrol. Mereka mendapat nomor antrian lima, antrian yang tidak begitu lama bagi mereka. Sembari menunggu, Davan dan Chika duduk di ruang tunggu sedangkan Niko harus berdiri karena kursi yang di sediakan sudah ada penghuninya. Tidak lama menunggu, salah satu Perawat memanggil nama Davan. Perawat itu mempersilahkan mereka untuk masuk dan Davan siap untuk di periksa. Davan yang tidak mau masuk ke dalam sendiri akhirnya di temani oleh Niko dan Chika. Sembari menunggu Davan di periksa, pasangan suami istri itu duduk bersebelahan sambil mengamati Dokter memeriksa Davan. “Perkembangan yang cukup bagus. Ginjal Davan berfungsi dengan semestinya dan pemulihan Davan tergolong cepat. Mungkin pola makan Davan yang baik,” ucap Dokter itu setelah memeriksa Davan. Chika memang memberikan asupan makan yang sehat untuk Davan. Beberapa hari ini Davan di paksa
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status