All Chapters of Karma Ipar yang Sengaja Menahan Utang: Chapter 11 - Chapter 20
27 Chapters
Bagian 11
Dada Lesti bergemuruh ketika mendapati Iriana menyambut Yusuf sembari tersenyum lebar. Meskipun dalam jarak beberapa meter, terlihat sekali perempuan itu begitu semringah. Sudut bibirnya terangkat sempurna, menampakkan giginya yang putih. Napas Lesti memburu. Iriana adalah teman yang sama bobroknya dengan dirinya. Sama-sama di-drop out saat kuliah. Bahkan lebih buruk karena tidak bisa mengontrol diri. Dia sering menghabiskan malam bersama pacarnya hingga hamil. Memasuki usia 20 tahun, perempuan itu menikah. Namun, tidak berselang lama rumah tangganya kandas. Selama ini kehidupan Iriana cukup memprihatinkan. Sebagai teman dekat, Lesti selalu ada. Tak segan ia membantu dalam hal finansial. Memberikan uang secara percuma dengan basa basi untuk jajan Kirana, putri Iriana. Sejauh itu ia berbuat untuk sahabatnya, begini balasan yang ia terima?Lesti memegang dada, merasakan nyeri yang tiba-tiba mendera di sana. Ia terkulai lemas di atas sepeda motor, menelungkup pada stang. Napasnya memb
Read more
Bagian 12
Safwan memapah Arlina turun dari ambulans, lalu membantunya berjalan masuk ke rumah Mak Yati. Mereka baru saja tiba dari rumah sakit."Aku bisa sendiri," ucap Arlina keras kepala sambil menepis tangan Safwan. Namun, lelaki itu bersikeras. Ia khawatir wanita itu terjatuh. Apalagi ketika dilihatnya istrinya berjalan masih terbungkuk-bungkuk karena menahan sakitnya akibat luka bekas caesar."Diamlah, Dek. Abang bantu. Kamu masih kepayahan," ucap Safwan sabar. Dia sadar kesalahannya fatal. Jadi harus banyak-banyak bersabar. Arlina terpaksa menurut."Di mana, Mak?" tanya Safwan ketika sampai di dalam. Ia bertanya ke mana kamar yang akan ditempati Arlina."Di sini, Safwan. Sudah kakak bersihkan." Arni yang menjawab. Selama mereka di rumah sakit, Arni sudah membersihkan rumah Mak Yati yang berantakan saat ditinggal."Iya, Kak," sahut Safwan. Ia mengiring Arlina masuk, membantu Arlina duduk dan berbaring di atas kasur kapuk yang ada di kamar."Abang akan datang setiap hari," ujarnya lembut pa
Read more
Bagian 13
Sementara itu di kediaman Kirana."Saya terima nikahnya dan dan kawinnya Kirana Lestari Binti Iriana dengan mas kawin sebuah rumah, dibayar tunai."Kemudian seruan sah dari Iriana, juga dua orang saksi yang Yusuf undang menggema. Pernikahan siri yang diwalikan hakim itu terjadi. Lesti yang memaksa hadir, menangis tergugu. Hatinya tersaruk-saruk, pilu. Dia benar-benar tidak menyangka lelaki yang dikiranya mencintainya sungguh-sungguh itu mendua. Bahkan memilih perempuan yang pantas menjadi putrinya, perempuan yang adalah anak sahabatnya sendiri, dan itu menambah luka menjadi berlipat-lipat pedihnya.Napas Lesti tergeragap akibat isak, ia meremas-remas dadanya yang sesak. Kehidupan royal yang menjadi faktor Iriana, sahabat yang sangat dipercayanya mengkhianatinya. Dia benar-benar tidak menyangka. Padahal untuk tetap bisa royal, tak jarang dia harus meminjam.Jika menurutkan rasa sakit, ingin perempuan itu melaporkan perilaku Yusuf yang sangat tidak terpuji itu kepada dinas pendidikan
Read more
Bagian 14
Safwan turun dari sepeda motornya dengan langkah lebar. Panas menguasai hatinya. Napasnya memburu. Rahangnya mengeras. Rautnya merah padam. Dengan tangan menggenggam kencang, ia mendekat menuju pintu rumah Lesti."Kak!" serunya lantang. Tangannya sontak menggedor pintu dengan keras. Kekesalan yang yang terlalu lama dipendam, memang akan menimbulkan ledakan dahsyat apabila sudah mencapai limitnya. Ia sudah lama bersabar terhadap kakak angkatnya itu. Bagaimana pun perlakuan Lesti yang tidak pernah menyukainya, ia selalu diam. Selalu kasih sayang yang ia tawarkan. Selalu rasa percaya yang ia punya. Dia berikan pinjaman kepada sang kakak dengan penuh rasa percaya, tetapi khianat yang ia dapat. Begitu salahkah dia dengan segala sikap percayanya? Bukankah yang berhutang yang seharusnya tahu diri? Berpikir bahwa yang dipinjam itu harus dikembalikan. Si pengutang harusnya menjaga kepercayaan penuh yang orang berikan. Hati Safwan sudah cukup perih atas kepergian Safna, juga kesedihan Arl
Read more
Bagian 15
Sepeninggal Safwan, Yusuf masuk ke rumahnya dengan raut kesal. Langkahnya lebar sedikit menghentak."Ma!" serunya lantang bahkan masih beberapa langkah sebelum tiba di muka pintu. "Hmm ...," sahut Lesti malas. Sejak tahu perselingkuhan Yusuf dan Kirana, ia nyaris tidak peduli dengan suaminya itu. Satu-satunya alasan dia bertahan di rumah itu adalah nafkah lahir dan anak-anak mereka. "Selesaikan urusan Mama dengan saudara Mama itu. Jangan libatkan papa! Puyeng tahu, gak?" ucapnya lantang. "Papa berikan uangnya, maka mama selesaikan urusannya. Gampang," sahut Lesti santai."Mengapa papa? Mama yang pinjam?""Tapi Papa yang suruh.""Iya. Waktu itu tunjangan sertifikasi belum cair. Gaji tiga belas tunda. Tapi begitu cair, semua Mama yang pegang, mengapa tidak dibayarkan?""Siapa yang suruh menunda? Katanya mau ganti AC di kamar, kurang dingin. Terus untuk makan-makan, merayakan anniversary.""Apa habis bersih? 'Kan bisa kasih sedikit, tidak perlu lunas?""Sebagian mama tabungkan. Cadan
Read more
Bagian 16
"Sudah matang, Mak," ucap Safwan. Ia menunjukkan dua ekor besar ikan gabus dalam jepitan panggang yang masih mengebul asap. Aroma lezat menguar. "Alhamdulillah. Makan sekarang apa nanti? Sebentar lagi azan isya," tanya Mak Yati sambil menyambut ikan di tangan Safwan. "Sekarang saja, Mak. 'Kan belum azan. Lagi pula kata Rasulullah, tidak ada salat jika makanan sudah siap," sahut Safwan sambil terkekeh. Untuk hadist yang satu ini, dia sudah hapal sejak kecil. "Ya, sudah. Mak siapkan.""Ya, Mak. Saya ke kamar Arlina dulu." "Iya. Pergilah."Keduanya sama-sama beranjak, tetapi menuju arah berbeda. Mak Yati ke dapur, Safwan ke kamar Arlina.Laki-laki itu mendorong pelan pintu kamar yang terbuat dari bahan triplek itu. Rumah sederhana Mak Yati sudah cukup tua. Dibangun ketika dia masih muda, kenangan terindah bersama almarhum sang suami. Arni sudah lama mengajak Mak Yati untuk tinggal bersama, tetapi beliau enggan. Terlalu banyak kenangan di rumah ini yang ingin terus Mak Yati ingat. "
Read more
Bagian 17
Lesti menangis tersedu-sedu. Hatinya pilu. Jiwanya terluka. Tiga belas tahun membina rumah tangga, tidak pernah Yusuf berlaku kasar. Dia selalu hangat saat bicara. Senang berkelakar. Selalu menurutkan keinginan anak istri. Namun, semua berubah 180⁰ setelah kehadiran Kirana di antara mereka. "Papa jahat," ucapnya tersendat. Isak tangis yang keluar, juga dada yang terasa sesak menahan suaranya. "Mama ...." Alif yang sejak tadi mendengarkan pertengkaran kedua orangtuanya datang dengan air mata yang sudah membanjir. Bocah usia 12 tahun itu juga menangis tersedu-sedu. Seketika ia memeluk ibundanya yang meringkuk di lantai dengan tubuh berguncang. "Mengapa Papa memukul Mama? Mengapa Papa sekarang jahat?" tanyanya terdengar pilu. Suaranya serak.Yusuf meraup muka kasar. Lalu mengusak rambut. Ia sendiri tersentak dengan apa yang dilakukan. Rautnya tampak frustrasi. "Maafkan papa. Papa lepas kontrol. Papa sedang pusing.""Papa berubah sejak ada perempuan itu. Papa sudah tidak mencintai mam
Read more
Bagian 18
"Bagaimana kamu tahu?" tanya Yusuf dengan intonasi tinggi. Emosi jelas sekali terdengar menyertai ucapannya."Bahkan saya tahu rumah istri muda Abang itu," jawab Safwan tenang. Yusuf mendengkus gusar. Ia merasa kecolongan. Bisa gawat jika Safwan tahu masalah yang satu ini. Dia sudah nekad mengirimkan karangan bunga padanya. Pasti bisa nekad juga menyebarkan informasi pernikahannya dengan Kirana ke pihak berwenang. Masalah laporan BOS saja belum ditemukan jalan keluarnya, sudah muncul lagi masalah baru yang membebani pikirannya."Jadi Abang yang ke rumah saya antar uangnya, atau saya yang ke rumah Abang?" tanya Safwan tanpa memedulikan kemarahan Yusuf."Uang apa, Safwan. Saya tidak punya uang. Harus bagaimana saya menjelaskan bahwa saya tidak punya uang?""Saya tidak percaya, Bang. Harus bagaimana saya menjelaskan bahwa saya tidak percaya ucapan Abang?" balas Safwan mengikuti alur kalimat Yusuf."Arrrrggghhh." Yusuf menggeram. Ia menutup telepon dengan emosi. Lesti yang mendengar kem
Read more
Bagian 19
"Benaran makin cinta?" tanya Yusuf sambil berusaha menghilangkan resah di hatinya. Ia mencoba menikmati momen bersama Kirana, melupakan segenap masalah yang menerpa sejenak."Huum." Kirana mengangguk manja. Ia menerbitkan satu senyuman termanis, sangat menggoda."Artinya malam ini gak takut lagi?" Yusuf tersenyum nakal. Perempuan muda itu terperangah, lalu tersenyum malu. Salah tingkah, ia membenarkan rambut panjangnya ke samping telinga. "Bapak bisa aja," ucapnya. "Malam ini boleh, ya?" tanya Yusuf dengan gejolak di dada. Dia sudah tidak sabar.Sejak menikah, Kirana belum mau menyerahkan diri secara utuh. Ia selalu merengek takut ketika Yusuf hendak mendekat lebih jauh, selalu memohon agar pria itu mau memberinya waktu lebih lama. Deru sepeda motor yang terdengar dari pekarangan rumah menyelamatkan Kirana dari kewajiban untuk menjawab. Keduanya menoleh pada sumber suara. "Siapa?" tanya Yusuf sambil menatap perempuan di sampingnya penuh tanya. Ia sudah berpesan agar Kirana tidak
Read more
Bagian 20
"Setrikakan baju papa ya, Ma. Kemarin papa diolok guru-guru karena pakai baju kusut," ucap Yusuf saat pagi menjelang. Ia baru saja bangun dan bersiap menuju kamar mandi.Lesti bungkam. Ia masih marah dengan apa yang dilakukan Yusuf. Pengkhianatan Yusuf sudah sangat melukainya, ditambah kemarin laki-laki itu mentransfer uang jatahnya kepada Kirana, dan yang terakhir perhiasannya dicuri untuk diberikan pada perempuan yang ternyata hanya menipunya itu. Setelah semua habis, barulah ia datang untuk memohon-mohon. Namun, tak urung dilakukannya juga permintaan Yusuf. Meski dalam diam.Setelah menyetrika baju Yusuf, wanita itu segera menuju dapur. Menata sarapan yang sudah ia siapkan sebelumnya. Ada nasi goreng seadanya. Keadaan tubuh yang lemah membuatnya mengerjakan sesuatu asal jadi saja. "Sarapan apa, Ma?" tanya Yusuf yang sudah selesai mandi dan berpakaian rapi. Penampilannya lebih baik, tidak lagi kusut dan lecek. Meskipun dari warna muka, masih tampak gurat kacau. Alif sudah duduk d
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status