All Chapters of Takdir Cinta Humairah: Chapter 161 - Chapter 170
363 Chapters
Bab 161
Mas Brian merasakan dadanya sakit sekali seperti di tusuk ribuan jarum ini yang kedua kalinya hari ini,dan juga ada perasaan sedih merayapi hatinya, Mas Brian bingung apa yang sebenarnya yang terjadi dengan dirinya, Mas Brian melirik jam tangannya,'hm..sudah jam 12 siang apakah karena saya belum makan siang makanya dada saya terasa sakit' gumam Mas Brian dalam hati. Samar samar Mas Brian mendengar suara Humairah sedang histeris dan berteriak-teriak menyebut namanya. "Mas.... Mas... jangan tinggalkan aku... Mas jangan tinggalkan kami bertiga, Mas....hu...hu...." Mas Brian setengah berlari menghampiri teman tidur Humaira. "Bunda....bunda.. bangun."Mas Brian berulang kali menggoyang goyangkan tubuhnya Humairah. Merasa ada yang menggoyangkan tubuhnya Humairah secara perlahan-lahan membuka kelopak kedua matanya.Humairah belum sempurna membuka kedua kelopak matanya,dia langsung menghamburkan dirinya kedalam pelukan Mas Brian. "Mas... jangan tinggalkan kami ya,aku takut sekali Mas.. hi
Read more
Bab 162
Rendi mendarat dengan mulus persis di helipad yang telah di sediakan di depan rumahnya Om Afandi,ada rasa lega terpancar dari wajahnya, bukan hanya Rendi yang merasakannya tapi Pak Yuda dan dokter Leonardo juga merasakan hal yang sama. Pak Yuda merasa seolah baru pertama kali mendaratkan kakinya di Jakarta, padahal dari sebagian hidupnya dia sudah habiskan di sini,hanya karena suatu hal dan keadaan lah yang memaksa dirinya untuk pindah ke Lampung. Om Afandi sudah menantikan kedatangan mereka, Om Afandi penasaran siapa sebenarnya orang yang tengah di lindungi keponakannya ini,dan seperti apa orang itu, berbagai pikiran menghantui dirinya. Rendi mendahului mereka semua dia bergegas menghampiri Om Afandi. "Assalamualaikum Om..." "Waallaikum salam Nak... akhirnya kamu sudah kembali dengan selamat." "Iya Om... perkenalkan ini orang yang selama ini saya cari, Pak Yuda Aditama dan juga istrinya Ibu Meta Amelia." Pak Yuda Aditama segera mengulurkan tangannya kepada Om Afandi, sebagai t
Read more
Bab 163
Aku, Mas Brian dan juga Irfan sedang berjalan memasuki restoran, semua karyawan yang melihat kedatangan kami bertiga, langsung membungkukkan badan sedikit sebagai tanda hormat. Orang kepercayaan Abah segera menghampiri dan menyapa kami bertiga. "Selamat siang Bu.. Pak...silahkan masuk."pelayanan restoran mempersiapkan kami masuk dengan penuh hormat. "Selamat siang juga, terimakasih." "Silahkan Bu...saya antar ke ruangan private." "Tidak usah kami di sini saja."aku menolak untuk masuk ke dalam ruangan private yang biasa aku gunakan selama ini. Pelayan itu lalu mengajak kami bertiga duduk di salah satu meja yang kosong berada persis di bawah jendela. "Silahkan duduk Bu.. Pak..."pelayan itu mempersilahkan kami untuk duduk. "Terimakasih..." "Mas... Irfan... silahkan pesan."aku menyodorkan buku menu yang tersedia di atas meja kepada Mas Brian dan juga Irfan. "Bunda.. saya pesan satu porsi nasi bakar dan juga ayam bakar,dan minumannya jus mangga dingin."pelayan itu langsung mencat
Read more
Bab 164
Irfan merasa tidak nyaman melihat keadaan Humairah, dia segera menyelesaikan makan siangnya, sebelum dia berdiri Irfan mengedarkan pandangannya untuk menelisik seluruh ruangan tempat mereka makan. Tatapan matanya jatuh pada salah satu sisi bagian belakang tempat duduk mereka, Irfan melihat ada beberapa orang yang tengah mengawasi keberadaan mereka, instingnya mengatakan kalau sekarang ini ada yang tengah mengawasi keberadaannya Mas Brian dan juga Ibu Humairah. Irfan pamit keluar dulu. "Mas saya keluar sebentar nanti saya tunggu di mobil saja." "Iya... silahkan." Mas Brian masih berusaha membujuk aku untuk makan walaupun hanya sesuap. "Bunda.. sini saya suap ya, kasian sama dede bayinya,dia butuh asupan gizi." Aku hanya menggeleng gelengkan kepala tanpa mengeluarkan suara. "Kalau Bunda tidak mau makan, setidaknya Bunda bisa minum jusnya, walaupun hanya beberapa teguk ya Bunda.."Mas Brian menyodorkan segelas jus ke hadapanku. Aku menerimanya dengan tangan gemetar,dan aku menyes
Read more
Bab 165
"Baiklah Irfan..."Mas Brian langsung menutup pintu secara pelan, agar tidak menggangu tidurku. " Mas...tolong perhatikan beberapa orang yang berada di sebelah kanan Mas, mereka itu sepertinya sudah mengikuti kita sejak keluar dari kantornya ibu tadi."Mas Brian mengedarkan pandangannya ke sisi yang tadi di katakan oleh Irfan. "Eh..iya Irfan keberadaan mereka sangat mencurigakan, bagaimana ini saya juga tida ada persiapan sama sekali." "Begini Mas... saya sengaja mengulur waktu sejenak, sambil menunggu anak buah saya yang sedang menyusul ke sini, Mas..tolong jangan panik,karena kalau mereka melihat kita panik, mereka semakin senang dan langsung menekan keberadaan kita di sini." "Mas... saya khawatir jangan sampai jumlah mereka lebih dari yang kita lihat sekarang ini, kita tidak tau karena keberadaan mereka sangat misterius dan rahasia, Mas... kalau tidak keberatan saya mau menghubungi papa saya dulu, minta beberapa anggota keamanan yang terdekat untuk mengawal kita sampai di rumah."
Read more
Bab 166
"Irfan... Humairah sakit apa dan bagaimana keadaannya."Rendi menanyakan keadaan Humairah dengan nada khawatir. "Iya Bang... secara pasti saya tidak tau ibu Humaira sakit apa, hanya saja mukanya pucat sekali dan katanya Mas Brian badannya panas sekali, rencananya hari ini juga Mas Brian akan membawa Ibu Humairah berobat ke rumah sakit Bakti Husada yang ada di Jakarta." "Oh.. begitu... Irfan kalau kalian sudah mau berangkat ke Jakarta sini tolong segera hubungi saya." "Iya... Bang... saya tutup dulu ya teleponnya, assalamualaikum..." "Waallaikum salam hati hati di jalan." Setelah menyudahi pembicaraannya dengan Irfan, Rendi langsung mengembalikan handphonenya kepada Om Afandi. "Gimana Rendi kamu sudah berbicara dengan Irfan, apa yang dia katakan." "Sudah Om... terimakasih,Irfan bilang posisi mereka sekarang ini sedang di awasi dan di ikuti oleh beberapa orang." "Rendi... sepertinya Irfan kali ini tengah menghadapi masalah besar, dan tertekan karena tidak biasanya dia meminta pen
Read more
Bab 167
Rendi menghubungi Pak Hermawan untuk minta tolong agar segera mencarikan datanya Pak Airlangga, jangan sampai dia berencana mau melarikan diri ke luar negeri. "Assalamualaikum pa...." "Waallaikum salam Nak...ada apa, tumben kamu hubungi papa, apakah ada yang perlu kamu bicarakan?" "Iya pa... Rendi mau minta tolong sama papa..." "Apa itu Nak,tolong katakan,kalau bisa ya papa akan lakukan semampu Papa." "Pa... tolong carikan datanya Pak Airlangga serta keluarganya, apakah mereka sudah boking tiket pesawat lewat aplikasi online dengan tujuan perjalanan bisnis ke luar negeri dalam waktu dekat ini." "Insya Allah Nak...papa akan cek data mereka, tapi ngomong-ngomong untuk apa kamu melakukan hal ini." "Maaf pa .. untuk sementara Rendi belum bisa mengatakan alasannya sama Papa, nanti suatu saat papa pasti akan tau..." "Oh... gitu ya, baik lah papa coba cek dulu data mereka,ada dengan tidaknya nanti papa hubungi kamu lewat pesan singkat." "Iya...pa, terimakasih sudah mau bantu Rendi."
Read more
Bab 168
Setelah menunggu kurang lebih 30 menit anak buah Irfan yang berada di rumahnya Pak Malik sudah bergabung dengan Irfan dan yang lainnya, begitu juga dengan anak buahnya Pak Afandi, yang bertugas di pos polisi terdekat sudah ikut bergabung sama sama dengan Irfan serta yang lainnya, mereka semua berkumpul di depan restorannya Abah Malik. Humairah dan Mas Brian pulang dengan menggunakan mobil yang di kemudikan oleh Irfan, sementara mobilnya Mas Brian di kemudikan oleh salah seorang anak buahnya Irfan. "Bos...ayo kit berangkat sekarang, satu mobil di depan, mobil bos ditengah dan mobil yang lainnya berada di belakang mobil bos." "Iya..ayo... ingat jangan sampai lengah, sepertinya mereka sudah merencanakan ini semua, kita harus tetap waspada,karena besar kemungkinan jumlah mereka akan bertambah setelah kita meninggalkan tempat ini,tolong cari jalan jalan pintas agar kita cepat sampai di kediamannya Pak Malik." "Siap...bos ikut saja mobil kami dari belakang, saya akan mencari jalan alter
Read more
Bab 169
Mas Brian segera menjauh dari Abah Malik, untuk menghubungi pilot jet pribadinya agar segera terbang ke Malang sekarang juga. "Halo... selamat siang Pak Andre..." "Selamat siang juga Pak Brian, apakah ada hal penting yang perlu bapak bicarakan dengan saya." "Iya Pak...tolong sekarang juga Pak Andre berangkat ke Malang untuk menjemput keluarga saya kembali ke Jakarta, saat ini kondisi istri saya sedang tidak sehat, butuh penanganan medis dengan segera." "Baik Pak.... nanti kalau saya sudah berada di bandara, saya akan menghubungi bapak." "Oke... saya tunggu informasi dari Pak Andre saja, terimakasih..." "Sama sama Pak..." Setelah memutuskan sambungan telepon, Mas Brian kembali mendekati Abah Malik dan juga Ummi Salamah yang sudah siap dengan beberapa tas yang akan di bawah bersama ke Jakarta. "Nak Brian... kita bisa bicara sebentar,ada yang Abah mau tanyakan sama Nak Brian." "Iya... Abah." Abah Malik melangkah keluar menuju halaman samping rumah, Mas Brian mengikuti langkah Ab
Read more
Bab 170
Jet pribadi Rendi sudah mendarat di salah satu bandar udara yang ada di Singapura, sudah ada sebuah mobil yang siap menjemput kedatangan Rendi dan juga rombongannya,itu semua Rendi sudah siapkan termasuk mobil untuk antar jemput mereka dari bandara menuju ke rumah sakit ME Singapura. "Pak Yuda... dokter Leonardo...ayo mobil sudah siap untuk mengantar kita ke rumah sakit ME." "Iya Nak.... terimakasih atas semua yang telah kamu lakukan untuk membantu saya, hingga kamu membawa istri saya berobat di sini, bapak tidak bisa membalas semua kebaikan kamu Nak... semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan kebahagiaan kepada kamu Nak..." "Aamiin...iya Pak... sama sama,ini juga sudah menjadi kewajiban saya untuk saling membantu antara sesama."Bang Rendi mengulaskan sebuah senyum kearah Pak Yuda dan juga dokter Leonardo. Kurang lebih 20 menit mobil yang membawa mereka sudah berhenti di depan loby RS ME Singapura, beberapa orang perawat langsung menjemput Ibu Meta untuk segera di tangani oleh dokt
Read more
PREV
1
...
1516171819
...
37
DMCA.com Protection Status