All Chapters of Pembantu Rahasia Sang Rektor: Chapter 11 - Chapter 20
146 Chapters
11. Kekesalan Nia
Nia menghembuskan napas dalam-dalam kemudian membuangnya perlahan. Hatinya sakit dengan ucapan Bara, namun dia bisa apa. Tentu saja yang dia lakukan adalah hanya diam dan menganggap tidak terjadi apa-apa.“Anda tenang saja,” balas Nia menahan sesak di dadanya. “Saya termasuk orang yang tahu diri koq, bahkan saya tidak berpikir ke arah situ.”Bara langsung menatap remeh ke arah Nia yang masih tersenyum meski hatinya terluka di lecehkan seperti itu.“Bagus kalau seperti itu jadi saya tidak perlu lagi menjelaskan padamu dan tetaplah dibatasmu,” kata Bara. “Kamu masak dulu saja, saya sudah lapar.”“Oke.”“Kenapa dia nurut saja, biasanya bibirnya itu nyerocos untuk membantah,” keluh Bara sambil mengerutkan keningnya. “Atau dia masih kesal soal tadi malam? Ah, kenapa aku yang repot memikirkan itu, terserah maunya dia kayak apa!”Yang dilakukan Nia sekarang adalah berdiri di depan wastafel. Matanya mulai sembab, di depan Bara tadi dia menguatkan hatinya tapi sekarang buliran bening ini tidak
Read more
12. Hinaan Bara
Hari ini terasa sangat lama sekali berada di rumah Bara. Datang setelah waktu subuh dan hingga kini jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi. Akhirnya Nia dapat menyelesaikan semua pekerjaan di rumah itu.Tidak ditemani Mbok Ijah karena wanita berusia lanjut itu nyatanya tidak datang. Mungkin ucapan Bara tadi memang benar kalau Mbok Ijah pulang kampung, kalau seperti ini Nia jadi merasa sendirian karena tidak ada teman ngobrol.“Akhirnya aku bisa langsung ke kampus karena pekerjaanku sudah selesai,” gumam Nia. Namun baru saja gadis itu akan beranjak ke kamar mandi untuk membersihkan badannya lagi tiba-tiba suara sang Tuan Muda terdengar sangat keras.“Nia ...! Nia ... Nia ...!”“Aduh, kenapa lagi sih dia!” dengus Nia kesal. Pada akhirnya dia menurut dan mendatangi sang majikan itu.Sampai di depan pintu kamarnya, Nia mengetuk pelan sambil memanggilnya. “Ada apa, Tuan Muda?”“Masuk!” bentak Bara dari dalam.“Duh, apalagi sih ini,” gerutu Nia tapi tak urung dia membuka pelan pintu kama
Read more
13. Tugas Mendadak
“Sebel ... sebel ... sebel deh sama manusia seperti dia,” geram Nia dengan kaki yang dihentak-hentakkan ke lantai.Tidak lagi di rumah Bara. Sekarang Nia sudah tiba di kampusnya. Duduk di kantin kampus hanya berdua dengan Tina. Setelah kepergian Bara tadi, Nia buru-buru melakukan yang diperintah Bara untuk mengganti spreinya dan usai dari situ Nia langsung menuju kamar mandi untuk mandi dulu sebelum berangkat ke kampus.“Aduh, aku sebenarnya kasihan sama kamu,” ucap Tina-sang sahabat. “Tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa, semoga kamu sabar aja ya!”Tidak bisa melihat sahabatnya sedih lagi, Tina merentangkan tangannya agar Nia bisa berada dipelukannya. Tak butuh lama untuk Nia bisa berada dalam dekapan sang sahabat. Kini keduanya saling berpelukan seolah saling merasakan kesedihan satu sama lain.“Terima kasih, Tin. Kamu adalah sahabat aku yang terbaik, aku gak tahu dengan siapa lagi aku bisa curhat seperti ini,” ungkap Nia dalam pelukan Tina.“Iya, sama-sama,” jawab Tina seraya
Read more
14. Temani Saya Olah Raga
“Aduh, yang mana ini?” gumam Nia.Tidak lagi di kampus. Pembantu sang Rektor itu sudah memasuki rumah sang majikan. Mendengar ancaman akan menerima hukuman kalau melebihi waktu yang telah ditentukan, membuat gadis itu tidak mengulur waktu lagi menuju rumah mewah Bara.Namun setelah sampai di kamar sang Tuan Muda, mendadak dia binggung harus memilih baju yang seperti apa, pasalnya banyak sekali baju yang bisa dikategorikan baju olah raga sedangkan Nia sendiri tidak tahu sang majikan akan berolah raga apa.Pada akhirnya Nia memutuskan untuk menghubunginya daripada menghabiskan waktu untuk berpikir baju mana yang akan dia berikan. Salah bisa jadi, benar belum tentu. Setidaknya itu yang ada di benak Nia sekarang.Tidak lama kemudian panggilan Nia sudah tersambung dan Bara langsung menjawabnya.“Tuan, baju olah raga apa yang harus saya ambil?” tanya Nia begitu panggilannya tersambung.[Ambil saja tas yang bertuliskan Adidas karena saya sudah masukkan sendiri bajunya!] perintah Bara singkat
Read more
15. Ancaman Untuk Nia
“Hah? Apa, Pak?”Kali ini Nia yang melongo mendengar permintaan sang majikan. “Memangnya pembantu juga berkewajiban menemani majikannya ya?” lirihnya yang ditanggapi lirikan tajam oleh Bara.“Memang kamu bisa menolak semua ucapan saya!” ucapnya seraya tersenyum meremehkan status Nia yang seorang pembantu.Tidak bersikap biasa lagi, nyatanya Nia kini menatap dengan tidak suka dengan mengepalkan kedua tangan di kedua sisi badannya, andai dia bisa menghajar makhluk di depannya mungkin kesempatan itu tidak akan dia lewatkan.“Kenapa, gak terima?”“Tapi sa-saya ada mau ngasih les privat sebelum datang ke rumah Bapak,” balas Nia sedikit ragu karena Bara masih tajam lirikannya.“Saya gak mau ada penolakan, dan bawa tas ini!” sahut Bara cepat lalu berjalan mendahului Nia.Nia merasa berhak menolak karena jam kerjanya belum dimulai. “Tapi, Pak. Saya tidak bisa!”Bara menghentikan langkahnya, kesal karena Nia tetap menolaknya. “Ada apa lagi?”“Maaf, Pak. Saya harus kerja juga sekarang sebelum
Read more
16. Bara Terluka
“Dasar gadis sok jual mahal,” gerutu Bara.Tidak lagi di kampus, pria itu sekarang sedang di mobil dan dalam perjalanan menuju lapangan untuk bertemu dengan teman-temannya. Bukan olah raga seperti golf, ternyata olah raga yang dimaksud Bara adalah sepak bola. Tidak sedikit yang menyukai olah raga yang pemainnya seorang laki-laki semua.Saat mobil yang dikendarai melaju dengan kecepatan kencang, mendadak tak sengaja matanya tertuju pengendara motor yang berboncengan dengan seorang pria. Awalnya biasa saja namun mata Bara seperti mengenali motor yang lain tapi masih berhubungan dengan pengendara pria tersebut.“Seperti motor, Nia!” gumam Bara.Mata Bara terbelalak ketika melihat pengendara pria itu yang selalu memepet motor yang dia yakini milik Nia. Entah apa yang terjadi karena pandangan matanya yang jauh sehingga tidak dapat melihat dengan jelas. Namun, ada yang aneh saat mata Bara melihat motor yang diyakini milik Nia itu tiba-tiba melaju dengan kencangnya. Bara pun juga melajukan
Read more
17. Bara Sadar
“Gimana keadaan Pak Bara?”Nia hanya mengeleng tanpa mau berucap. Pasalnya dia sendiri juga tidak tahu bagaimana keadaan sang Rektor sekaligus majikannya itu.“Ya, sudah sabar ya!” ucap Tina lalu memeluk Nia seraya mengucapkan. “Semoga tidak terjadi hal yang buruk pada beliau.”Bukan orang lain, ketika Nia dalam waktu yang sulit berpikir siapa orang yang harus dia kabari saat melihat Bara jatuh tak berdaya sedang darah mengucur dari punggung pria itu dan Tina satu-satu orang yang ada di pikirannya.“Tin!” panggil Nia pelan, dia tidak tahu kenapa perasaannya sangat bersalah sekali. Bagaimanapun Bara seperti ini karena menolongnya.Tina menatap sahabatnya itu dengan tatapan aneh. Namun saat matanya menuju ke arah pinggang Nia seperti ada noda merah di sana. Tidak jelas terlihat karena tertutupi oleh jaketnya. “Bentar, ini kenapa?”“Hem, gak papa,” sahut Nia cepat karena dia tidak ingin membahas lukanya.Tina yang tidak percaya sekali lagi menarik jaket Nia sehingga terpampang jelas ada
Read more
18. Mengingat
“Bapak gimana keadaannya?”Bukan lagi di depan pintu, ketika pertanyaan Nia meluncur dari bibirnya yang bergetar. Sekarang gadis itu sudah berada di dalam bersama sang majikan. Butuh keberanian untuk sampai di hadapan pria yang menurut Nia sangat menyebalkan ini.“Gak penting kondisi saya!”Bagai di sambar petir hati Nia ketika mendengar jawaban Bara. Dalam hati dia merutuki bibirnya yang bertanya seperti itu. Harusnya dia diam saja dan tanpa peduli sekalipun, namun hati kecilnya menolak secara Bara yang menolong dari penjahat-panjahat itu.Untuk beberapa saat keadaan hening, tidak ada yang mau bersuara. Nia sendiri memalingkan pandangan ke arah lain, pokoknya tidak melihat ke arah Bara. Sedang Bara menatap ke arah langit-langit kamar.“Kamu ... apa ada yang terluka?” tanya Bara pada akhirnya lalu memandang ke arah Nia, menelisik dari bawah sampai atas. “Saya lihat mereka sepertinya mengarahkan sesuatu sama kamu?”Tidak langsung menjawab. Gadis itu perlahan melirik ke arah Bara yang
Read more
19. Kan Ada Kamu
Setelah kepulangan kunjungan beberapa orang dari kampus. Sekarang hanya ada Bara dan Nia saja. Kecanggungan mulai dirasa gadis itu. Sesekali melihat layar ponselnya hanya sekedar untuk melihat apa ada pesan atau telepon masuk. Padahal Nia sadar itu kemungkinan kecil.Akan tetapi mata elang Bara menyadari hal itu. Tidak lagi hanya diam, sang Rektor mulai bersuara.“Kalau mau pulang, pulang saja!”“Hah?”“Iya, kamu dari tadi lirik-lirik ponsel saja. Apa itu artinya kalau kamu mau pulang tapi sungkan sama saya kalau bilang begitu!” jelas Bara karena Nia sepertinya belum paham.Nia mengeleng seraya tersenyum simpul. “Kalau saya pulang, Bapak sama siapa?”“Ternyata sok perhatian juga nih cewek,” batin Bara tersenyum dalam hati.“Sudah, pulang saja kalau mau pulang!” tekan Bara sambil melirik Nia. “Tapi beneran kamu gak ada yang luka atau lecet mungkin?”“Ehm ... gak ada,” jawab Nia mengelengkan kepalanya. Saat mata Bara tidak sengaja melihat sedikit noda di balik jaket yang dikenakan Nia.
Read more
20. Nyelekitin
“Semuanya lima puluh lima ribu rupiah,” ucap sang sopir taxi pada Nia.“Ini, Pak.” Nia menyerahkan uangnya seraya mengucapkan. “Terima kasih, Pak.”“Sama-sama. Terima kasih juga, Non!”“Iya, sama-sama, Pak.”Setelah mengucapkan itu, Nia bergegas untuk membuka pintu dan turun. Berputar melewati bagasi belakang menuju pintu sampingnya, membukanya lalu dengan dibantu Pak sopir untuk memapah sang majikan turun dari taxi.Sampai di depan pintu, mendadak Bara menghentikan langkahnya. Dia ingin berusaha untuk berjalan sendiri tanpa bantuan untuk masuk rumah.“Sudah, sampai sini saja, Pak!” pinta Bara kemudian menarik lengannya dari bahu seorang sopir taxi itu. “Terima kasih atas bantuannya.”“Sama-sama, semoga lekas sembuh,” ujar sang sopir seraya mengangguk.“Iya, Pak. Terima kasih doanya.” Bara membalas dengan tersenyum juga.Nia sudah membuka pintu ketika sang sopir tadi pergi dan sekarang Bara bersiap melangkahkan kakinya untuk masuk. Baru dua langkah tiba-tiba punggungnya yang terluka m
Read more
PREV
123456
...
15
DMCA.com Protection Status