Semua Bab PERAWAN TUMBAL PESUGIHAN PANGERAN DAYU: Bab 111 - Bab 120
122 Bab
BAB 111 KENANGAN
“Ternyata kamu sudah bangun, Cempaka.” Tegur seseorang mengejutkanku.Aku yang masih terkejut dengan apa yang baru aku alami, kini dibuat terkejut kembali untuk kedua kalinya. Aku kemudian mengedarkan pandanganku ke arah orang yang sudah menegurku. Ternyata yang baru saja menegurku adalah orang yang sudah lama tidak aku temui.“Tu –Tuan Dimas,” ucapku dengan mata melebar.Melihat Dimas berjalan menuju ke arahku, membuatku membeku. Bahkan jantungku juga ikut-ikutan tidak bisa aku kendalikan ketika melihat wajah Dimas yang sudah lama tidak aku lihat.Sesak dan ingin lari dari tempat ini, itu yang aku alami saat ini. Karena hatiku rasanya tidak karuan dan pikiranku benar-benar kosong tidak bisa memikirkan apa-apa lagi.“Ada apa, Cempaka? Apa kamu terkejut?” tanya Dimas sambil menunduk dan mendekatkan wajahnya kepadaku.Aku yang tidak ingin Dimas mendengar suara jantungku yang berdetak sangat kencang saat ini, memilih untuk mundur dari tempatku berada sebelumnya. Karena akan sangat memalu
Baca selengkapnya
BAB 112 JANTUNGKU TIDAK BAIK-BAIK SAJA
“Nirmala?” ucap Dimas terlihat terkejut, “Bagaimana kamu bisa ada di sini?” lanjutnya.Melihat Nirmala ada di sini, aku yang tadinya merasa tegang menunggu jawaban Dimas, kini sedikit lebih tenang. Hanya saja kini rasa tidak nyaman mulai menghinggapiku. Karena wanita angkuh yang baru saja datang menemui kami menatapku dengan tatapan penuh kebencian seperti biasanya.“Maaf, Tuan Dimas. Saya permisi dulu,” pamitku menghindari masalah dengan Nirmala.“Tidak, Cempaka. Tetap di sini dan jangan pergi ke mana-mana,” cegah Dimas begitu aku baru akan melangkahkan kaki.“Apa yang kamu lakukan, Dimas!” bentak Nirmala sambil mendekati kami dengan wajah memerah, “Dia itu hanya pelayan. Jadi untuk apa kamu mencegahnya pergi,” lanjutnya sambil sesekali melirikku.“Nirmala!” bentak Dimas dengan raut wajah memerah dan mengepalkan tangannya.Bentakan Dimas ke Nirmala mampu mem
Baca selengkapnya
BAB 113 TUAN WISESA INGIN MENEMUIKU
“Mana wanita yang bernama Cempaka? Cepat panggilkan dia!” teriak seseorang lagi.“Mbok itu siapa?” tanyaku sedikit takut.“Biar mbok melihatnya, Nak Cempaka. Nak Cempaka di sini saja dan jangan kelur dari sini,” jawab Mbok Tumi, dan aku pun mengangguk.Mbok Tumi segera keluar ketika mendengar suara teriakan yang memanggilku lagi. Suara seseorang yang sepertinya suara seorang pria. Tapi siapa orang itu? Dan mengapa dia memanggilku dengan berteriak-teriak seperti orang yang kesetanan?Suara teriakan orang itu terus saja terdengar. Bahkan dinding bangunan yang aku tempati saat ini seperti ikut bergetar bersamaan dengan suara teriakan orang tersebut, dan semakin lama teriakan orang itu semakin tidak terkendali.“Apa yang harus aku lakukan?” gumamku bimbang memikirkan apa yang harus aku lakukan, “Keluar saja atau tetap di sini seperti pengecut?” lanjutku sambil berjalan mondar-mandir.Aku yang merasa tidak memiliki masalah dengan orang lain, akhirnya memutuskan untuk menemui orang itu. Aku
Baca selengkapnya
BAB 114 SEPERTI RUANG PERSIDANGAN
Di dalam ruangan di mana aku berdiri saat ini sudah seperti ruang persidangan saja. Karena yang ada di dalam ruangan ini bukan hanya aku dengan Tuan Wisesa saja, tapi juga ada Dimas, Nirmala, Wirya dan beberapa orang lainnya yang tidak aku kenal.“Saya harap tidak ada yang berbicara ketika saya berbicara dengan Cempaka? Bila ada, maka silahkan keluar dari ruangan ini!” tegas Tuan Wisesa menggelegar ke seluruh ruangan.Semua orang yang ada di ruangan ini tidak ada yang menjawab atau membatah pemilik rumah ini. Mereka semua hanya menunduk sebagai tanda mengerti.Setelah itu Wirya dan beberapa orang pengawal yang ada di dalam ruangan ini kemudian keluar dan menutup pintu ruangan ini. Kini tinggal aku dan Keluarga Wisesa saja yang berada di dalam ruang tertutup ini.“Apa kamu tahu Cempaka mengapa saya memanggilmu ke sini?” tanya Tuan Wisesa.“Ti –tidak tahu, Tuan.” Jawabku dengan menunduk.“Kalau b
Baca selengkapnya
BAB 115 KEPUTUSAN
“Tenang saja Nirmala, semua akan baik-baik saja. Kamu akan menikah dengan Dimas, dan bude sendiri yang akan membuat hal itu terjadi,” ucap ibu Dimas sambil mengusap punggung Nirmala yang kini tengah menunjukkan wajah seperti teraniaya.Nirmala yang menunjukkan wajah sedih mengangguk menjawab apa yang ibu Dimas katakan. Mereka berdua kemudian melangkah mengikuti Tuan Wisesa. Sedangkan aku memilih untuk bersembunyi terlebih dahulu, daripada menampakkan batang hidungku di depan mereka. Karena mereka pasti tidak akan menyukainya.“Apa sudah bisa saya mulai?” ucap Tuan Wisesa sambil menatap sekitar.Semua orang yang ada di ruangan ini hanya mengangguk. Aku yang berdiri di pojokan hanya bisa menunduk, hingga Tuan Wisesa kemudian memintaku untuk bergabung bersama dengan mereka semua yang sedang duduk bersama, dan itu membuatku terkejut.“Kemarilah, Cempaka. Tidak perlu takut,” ucap Tuan Wisesa lagi.Semua mata memandangku tidak suka ketika pemilik rumah ini memintaku untuk mendekat, kecuali
Baca selengkapnya
BAB 116 WANITA YANG DIMAS CINTAI
Aku dan semua orang yang ada di tempat ini langsung menoleh ke arah sumber suara yang sudah mengejutkan kami. Nirmala berdiri dengan raut wajah sangat marah menatap Dimas hingga guratan otot di lehernya terlihat dengan jelas.“Kembali ke kursimu, Nirmala!” bentak Tuan Wisesa tak kalah nyaringnya dengan apa yang Nirmala lakukan. Bahkan aku saja sampai takut mendengarnya.Tapi wanita itu masih saja berdiri dan mengabaikan apa yang Tuan Wisesa katakan. Bahkan ibu Dimas yang duduk di sampingnya sampai berdiri untuk menenangkannya. Namun wanita itu masih saja tidak mau duduk sambil menatapku dan Dimas secara bergantian seperti akan menerkam kami.“Dengar, Dimas. Aku tidak menerima ini semua. Aku mencintaimu, dan hanya aku yang pantas menjadi istrimu!” tegas Nirmala.“Nirmala!” bentak Dimas yang kini berdiri dengan wajah memerah.Melihat perseteruan antara Dimas dan Nirmala membuat suasana ruangan ini mencekam. Hal ini
Baca selengkapnya
BAB 117 ORANG TUA NIRMALA
“A –ayah,” ucap Birawa terlihat terkejut.Pria yang baru saja datang itu terlihat sama terkejutnya seperti Birawa. Wajahnya yang hampir mirip dengan istri Tuan Wisesa tampak dingin menatap putranya itu, dan tak lama seorang wanita tiba-tiba muncul di belakang pria yang masih berdiri di depan pintu menatap dingin Birawa.“Birawa, kamu di sini nak?” ucap wanita tua itu dengan wajah yang tidak bisa aku artikan.Tapi wanita itu tidak bersikap dingin seperti ayah Birawa yang masih saja membeku. Wanita itu kemudian melangkah untuk mendekati Birawa. Namun pria yang bergelar ayah Birawa segera menahannya.“Ingat tujuan kita datang kemari!” tegas ayah Birawa sambil melirik wanita yang sepertinya istrinya.“Itu orang tua Nirlama dan Birawa,” bisik Damar tanpa aku tanya.Aku yang sudah menduga hal itu hanya diam, dan tidak menanggapi apa yang adik Dimas itu katakan. Walaupun awalnya aku cukup terkej
Baca selengkapnya
BAB 118 KEMARAHAN TUAN WISESA
“Ayah, tidak usah membahas hal ini lagi. Nirmala sudah menerima keputusan Dimas. Jadi kita tidak perlu memperpanjang masalah ini,” ujar Nirmala masih sambil berdiri dan menatap kami semua secara bergantian.“Nirmala, apa maksudmu nak? Bagaimana bisa kamu berkata seperti itu? Bukankah kamu ingin menjadi istri Dimas?” tanya ibu Nirmala terlihat heran.Bukan ibu Nirmala saja yang dibuat heran dan binggung, tapi kami semua yang ada di sini. Bagaimana bisa dia mengatakan menerima keputusan Dimas dengan semudah itu. Mencurigakan! “Benar Nirmala ingin menjadi istri Dimas. Tapi …,” Nirmala menggantung jwabannya dan menatapku sesaat, “Dimas tidak mencintai Nirmala, Bu. Dimas mencintai Cempaka, wanita yang duduk di samping Dimas saat ini,” lanjut Nirmala.“A –apa? Maksudmu pelayan wanita itu, Nirmala?” ucap ibu Nirmala terlihat terkejut.“Bulek!” bentak Dimas tiba-tiba
Baca selengkapnya
BAB 119 SIFAT KELUARGA INI
Aku yang masih membeku kemudian berbalik dan menatap semua orang yang ada di dalam ruangan ini. Mereka semua menatapku dengan tatapan yang tidak bisa aku artikan, dan itu membuatku sangat tidak nyaman.“Mas Wisesa, apa maksud mas? Memangnya siapa Cempaka itu? Dan apa hubungannya dengan semua ini?” tanya ayah Nirmala memecah keheningan di antara kami semua.Tuan Wisesa bukannya menjawab pertanyaan adik iparnya, tapi dia malah menatapku dan mendekatiku. Ayah Dimas itu lalu mengajakku untuk kembali ke tempatku semula dan dia mengenalkanku kepada kedua orang tua Nirmala bukan sebagai pelayan rumah ini. Melainkan sebagai wanita yang seharusnya memang menikah dengan Dimas.Mendengar hal itu membuatku sangat terkejut. Bukan hanya aku, tapi semua orang yang ada di ruangan ini. Bahkan aku yang masih tidak percaya dengan apa yang aku dengar berusaha untuk memahami itu semua, tapi aku tetap tidak mengerti.“Apa maksud Mas Wisesa?” tanya ayah Nirmala memecah keheningan di antara kami semua.“Apa
Baca selengkapnya
BAB 120 BUKTI
“Iya, bukti. Tanpa bukti kalian tidak bisa menuduh keponakankan melakukan hal yang kalian tuduhkan,” ujar ibu Dimas dengan lantang.Semua orang hanya diam ketika ibu Dimas berkata seperti itu. Namun ayah Nirmala tiba-tiba mendekati istri Tuan Wisesa itu, dan mengatakan kepadanya bahwa dia akan menunjukkan bukti yang dia minta.Tegang dan bertanya-tanya, mungkin itu yang ada dalam pikiran beberapa orang yang ada di sini, termasuk aku. Hal itu terlihat dari raut wajah mereka ketika melihat perdebatan antara kakak beradik itu.“Bukti itu ada di sini dan saya akan mengatakannya di depan kalian semua,” ujar ayah Nirmala tak kalah lantang dengan ibu Dimas.Ketegangan semakin terasa ketika ayah Nirmala mengatakan hal itu. Pria itu diam sejenak sambil menatap keluarganya, terutama kedua anaknya. Entah apa yang ada dalam benaknya saat ini, yang pasti itu bukan sesuatu yang mudah, dan itu terlihat sekali dari sorot matanya yang menampakkan k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status