Semua Bab Be With You: Bab 11 - Bab 20
22 Bab
Bab 10. Geger lagi
Rico memandang jauh melewati garis batas cakrawala. Mengagumi bagaimana langit senja memancarkan pesonanya. Pria itu menghela nafas berat, ini adalah liburan pertamanya tanpa kehadiran gadis yang selalu menjadi penyemangatnya. Tadinya ia berpikir ini adalah kesempatan yang bagus untuknya, karena tanpa adanya gadis itu ia bisa lebih leluasa menggoda gadis-gadis cantik yang ia temui. Tapi ternyata ia salah. Rico merasa ada yang kurang dalam liburan kali ini. Mungkin karena sudah terbiasa dengan kehadiran adik angkatnya itu ia merasa kehilangan gadis itu."Sepi ya, nggak ada Si Mungil." ucap Ryan tiba-tiba."Siapa suruh daftarin dia di sana?" Sahut Dion dengan nada dinginnya."Itu keputusan bersama kalau lo lupa.""Udahlah. Daripada berantem nggak guna gini mending mikir gimana caranya kita bisa nyusul Angel tanpa ada yang curiga." lerai Deva.Rico tersenyum senang saat sebuah ide muncul diotaknya. Ia tahu bagaimana ia bisa bertemu dengan Angel. Rico bangkit dari duduknya dan berjalan ke
Baca selengkapnya
Bab 11. X-BOYS Datang
Lantunan musik mengalun memenuhi ruang tengah yang sudah dialih fungsikan menjadi panggung pertunjukan mini. Di salah satu sisi ruangan didirikan satu panggung kecil lengkap dengan peralatan musik dan didepan panggung itu sudah berjejer kursi-kursi sebagai tempat duduk untuk para finalis. Panggung pertunjukan dadakan ini sebenarnya diperuntukkan untuk para finalis agar tak merasa bosan dengan rutinitas mereka yang itu-itu saja selama dua puluh hari belakangan ini.Setelah drama penyamaran yang sangat berantakan. Besoknya manager X-BOYS menghubungi mereka, menawari mereka untuk tampil di Panah Asmara Giornino. Mendapat tawaran seperti itu tentu saja tak akan dilewatkan oleh para personil X-BOYS. Lagi pula dengan menerima tawaran itu, mereka bisa bertemu dengan sang adik tanpa harus repot-repot menyamar.Kali ini X-BOYS tak membawakan banyak hits up-beat mereka. Hanya satu lagu up-beat dan beberapa lagu yang mereka cover dari para penyanyi internasional dan juga duet dengan beberapa fin
Baca selengkapnya
Bab 12. Dijebak
Angel menghela nafas berat, ia merasa sangat lelah dan kehausan. Semakin dekat dengan hari grand final, semakin banyak pula latihan-latihan yang harus diikutinya. Latihan jalan lah, latihan ngomong lah, dan latihan-latihan yang lainnya. Angel sempat jengah juga, please deh ini kan pemilihan pasangan buat Giornino bukan pemilihan ratu kecantikan.Angel menghempaskan tubuhnya di kursi meja makan. Gadis itu mengambil segelas jus jeruk dingin yang tadi telah diambilnya dari dalam lemari es. Menenggak beberapa tegukan sekaligus. Segar dan dingin itulah yang ia rasakan saat cairan itu mengalir di tenggorokannya.Angel menoleh saat mendengar seseorang memasuki ruangan itu. Gadis itu dapat melihat Bintang, gadis yang tidur sekamar dengan Ariska. Angel mengeritkan keningnya melihat Bintang berjalan terpincang-pincang. Angel menunggu sampai Bintang duduk dihadapannya untuk menanyakan apa yang terjadi dengan gadis berambut ikal itu."Lo kenapa, Bin?" Tanya Angel p
Baca selengkapnya
Bab 13
Anisa membuka pintu kamarnya dengan perlahan, ia tahu Angel dalam kondisi badmood saat ini dan ia tak mau membuat mood gadis itu bertambah buruk. Anisa melangkah perlahan sampai di tengah ruangan, dari sana ia dapat melihat Angel yang tidur menelungkup di atas kasurnya. Anisa menghela nafas berat."Gue percaya sama lo." ucapnya lirih.Kalimat itu tak hanya ia ucapkan hanya untuk menenangkan Angel saja tapi karena memang itu yang ia rasakan.  Anisa percaya Angel tak mungkin melakukan hal itu. Enam  minggu menjadi teman sekamar Angel cukup untuknya mengetahui kebiasaan gadis itu, meskipun Angel juga bukanlah tipe orang yang terbuka.Angel berguling ke samping lalu mengambil posisi duduk, gadis itu memandang Anisa lekat-lekat mencari sesuatu dari mata gadis bersurai hitam itu. Tapi Angel tak menemukan apa-apa selain ketulusan. Senyum tipis sedikit demi sedikit mulai terbentuk di bibir merahnya.Gadis itu mengangguk dan menepuk kas
Baca selengkapnya
Bab 14. Kacau
Angel membuka matanya perlahan lalu menoleh kearah Anisa. Gadis itu melambai-lambaikan tangan di depan wajah Anisa memastikan bahwa gadis itu telah tenggelam dalam alam mimpi. Yakin bahwa teman sekamarnya itu telah tidur, Angel segera menyibakkan selimutnya dan turun dari ranjang. Gadis itu berjingkat-jingkat mendekati pintu, kemudian membukanya dengan perlahan. Gadis itu berusaha sebisa mungkin tak menimbulkan kegaduhan.Beberapa kali Angel menoleh kearah Anisa yang tengah terlelap, memastikan dirinya tak tertangkap basah ingin melarikan diri. Angel mengedarkan pandangannya ke segala arah, mengamati lorong panjang di depan pintu kamarnya dengan perasaan was-was. Gadis itu juga menajamkam pendengarannya, mencoba menangkap suara sekecil apapun namun ia tak dapat mendengar apapun. Artinya kondisi sudah bisa dibilang aman. Lagipula siapa yang masih mau terjaga di pagi buta seperti ini?Angel kembali ke ranjangnya, memakaikan wig pada gulingnya dan menutupi guling itu dengan selimut hingg
Baca selengkapnya
Bab 15. The Winner
Matahari sudah meninggi saat satu persatu personil X-BOYS bangun dari tidurnya. Mereka masih berada di ruang UGD jadi mereka bisa melihat keadaan satu sama lain. Dion adalah orang yang bangun paling akhir, pria itu mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Kepalanya terasa berat dan ia merasakan nyeri di tubuhnya. Dion mencoba untuk duduk, kepalanya terasa semakin sakit saat ia semakin berusaha. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya dan sebelahnya lagi memegangi kepalanya yang terasa sakit. "Hei boys, lihat sleeping beauty kita sudah bangun." seru seseorang dibarengi dengan suara kekehan yang lainnya. Dion tak menyahuti, pria itu masih memusatkan perhatiannya pada rasa sakit di kepalanya. Saat rasa sakitnya sudah mendingan, pria itu menatap teman satu grupnya yang berada disekitarnya, lebih tepatnya di ranjang mereka masing-masing. Tanpa harus diberitahu, ia tahu ia berada di rumah sakit saat ini. Selimut dan ranjang yang digunakan oleh teman-te
Baca selengkapnya
Bab 15. The Winner
Matahari sudah meninggi saat satu persatu personil X-BOYS bangun dari tidurnya. Mereka masih berada di ruang UGD jadi mereka bisa melihat keadaan satu sama lain. Dion adalah orang yang bangun paling akhir, pria itu mengerjapkan matanya menyesuaikan cahaya yang masuk ke retinanya. Kepalanya terasa berat dan ia merasakan nyeri di tubuhnya. Dion mencoba untuk duduk, kepalanya terasa semakin sakit saat ia semakin berusaha. Sebelah tangannya ia gunakan untuk menopang tubuhnya dan sebelahnya lagi memegangi kepalanya yang terasa sakit."Hei boys, lihat sleeping beauty kita sudah bangun." seru seseorang dibarengi dengan suara kekehan yang lainnya.Dion tak menyahuti, pria itu masih memusatkan perhatiannya pada rasa sakit di kepalanya. Saat rasa sakitnya sudah mendingan, pria itu menatap teman satu grupnya yang berada disekitarnya, lebih tepatnya di ranjang mereka masing-masing. Tanpa harus diberitahu, ia tahu ia berada di rumah sakit saat ini. Selimut dan ranjang yang digunakan oleh teman-tem
Baca selengkapnya
Bab 16. Bertemu
Giornino merasa bingung dengan dirinya, beberapa saat lalu ia berada di apartmentnya dan sekarang ia sudah di sini, di koridor Rumah Sakit dengan parsel buah di tangannya. Tadi Giornino sudah bertanya pada resepsionis di mana para personil X-BOYS dirawat. Giornino menghela nafas pelan, pria itu meneruskan langkahnya menuju ruang rawat inap yang sudah di depan mata. Pria itu membuka pintu itu perlahan dan matanya langsung terpaku pada mata coklat cerah di seberang ruangan yang juga menatapnya. Mata coklat yang telah menghipnotisnya. Mata coklat yang indah, mata coklat yang tak akan membuatnya bosan meskipun ia telah lama memandangnya."Giornino!! My Bro!!"Giornino memutuskan fokusnya pada mata coklat itu dan memandang keempat sahabatnya yang tengah berada di atas ranjang rumah sakit. Dengan senyum kecilnya, Giornino melangkah mendekati Rico yang posisinya berada paling dekat dengan pintu. Pria itu berdiri di samping ranjang Rico, mengamati kondisi sahabat-saha
Baca selengkapnya
Bab 17. Rencana Liburan
Angel membawa semangkuk mie instan rebus yang masih mengepulkan uap panas ke teras belakang. Menaruhnya disamping gelas air putih miliknya. Gadis itu segera duduk dan menyalakan laptopnya, menyuapkan sesendok mienya sambil menunggu laptopnya menyala. Hari ini ia sudah berjanji pada salah seorang temannya di jejaring sosial untuk chatting pukul 4 sore. Jadi di sinilah Angel sekarang, duduk di teras belakang dengan laptop di atas meja dan semangkuk mie rebus.Angel segera membuka aplikasi sosial medianya dan segera log in. Gadis itu memakai nama aslinya sebagai username akun pribadinya itu. Ternyata sudah ada sebuah chat yang masuk ke akun pribadinya itu, Angel segera mengklik username itu dan mulai chatting. Sesekali ia juga menyuapkan mienya itu saat ia menanti balasan. Teman chat Angel bernama Anna, gadis cantik berambut pirang yang berasal dari Toronto, Kanada. On Chat Anna : Hi Angel Ang
Baca selengkapnya
Bab 18. Pantai dan Rico
Angel membentangkan kedua tangannya lebar-lebar, matanya terpejam dan senyumnya terkembang saat angin menerpa tubuhnya. Terik matahari yang membakar kulit tak membuatnya gentar untuk menikmati suasana damai yang sangat jarang ia rasakan. Namun sepertinya keadaan tak mengijinkannya merasakan santai untuk sedikit lebih lama lagi. Seseorang yang berdiri tak jauh darinya berteriak keras-keras. Angel membuka matanya, tangannya yang terbentang ia turunkan namun senyumnya masih bertahan bahkan kini makin lebar. Gadis itu tahu siapa pemilik suara itu, dia adalah pangeran berkuda putihnya, orang yang diharapkannya bisa menjadi teman hidupnya. "I LOVE BEACH!!!" Angel memalingkan wajahnya, menatap Rico yang hanya berjarak satu meter darinya. Gadis itu memasang wajah datar, seolah sebal dengan Rico yang mengganggu me time-nya."Beach or bitch?" seru Angel dengan nada sarkasnya. Rico memandang Angel, menelengkan kepalanya dengan evil smile-nya."You know me so well, my little Angel."A
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123
DMCA.com Protection Status