Semua Bab ISTRI BURUK RUPA: Bab 11 - Bab 20
32 Bab
Membuntuti Amel
"Kamu bercanda kan, Bell? Itu tidak mungkin," ucap Airin, masih belum percaya dengan apa yang baru saja dia dengar."Aku serius, Airin. Kalau tidak, mana mungkin aku sampai memastikannya ke luar kota?""Tapi, ini tidak masuk akal, Bell."Bella terdengar membuang napas kesal."Bagaimana kalau Jumat besok kita ikuti dia? Biar kau lihat dengan mata kepalamu sendiri."Airin terdiam. Wanita seperti Amel bisa nekad menikah dengan suami orang, padahal dia sendiri masih bersuami! Ini benar-benar gila!"Baiklah, aku akan mengawasi dia, dan menelponmu begitu dia keluar rumah besok," jawab Airin sebelum menutup telepon.Airin membuang napas. Pikirannya berkecamuk. Kenapa kehidupan rumah tangganya yang dia harapkan bisa bahagia jadi begini rumit? Lamunannya buyar seketika ketika Irfan masuk ke dalam kamar."Bagaimana keadaan wanita itu, Mas?" tanya Airin dengan hati yang masih dongkol."Dia masih shock. Lain kali jangan seperti itu lagi, Dek," jawab Irfan sambil menatap kesal padanya."Kok Mas ja
Baca selengkapnya
Bantuan dari Rifki
Bella dan Airin berlari sekencang mungkin untuk menghentikan Rifki. Rifki tampak sangat kaget melihat kedatangan dua wanita asing itu."Kalian siapa?" tanyanya.Bella dan Airin tak menjawab. Keduanya berusaha menarik kursi roda Rifki keluar dari rel kereta, tapi tak berhasil. Benar, saat kereta mendekat besi baja itu akan berubah menjadi Medan elektromagnetik yang bisa menghentikan kendaraan apapun. Mungkin karena itu kursi rodanya terasa begitu berat.Tidak ada waktu lagi, saat kereta mulai mendekat ke arah mereka, tanpa pikir panjang lagi Bella dan Airin menarik tangan Rifki dari kursi rodanya, hingga membuat mereka bertiga jatuh terbetguling di tanah miring di samping rel.BRAAAKKK!Kursi roda Rifki terpental sejauh beberapa meter, dan ringsek tak berbentuk. Kereta melesat cepat melewati mereka bertiga yang masih terbaring di sisi rel sambil menutup muka mereka dari angin kencang dan debu yang dibawa oleh badan kereta.Cukup lama mereka menunggu hingga badan kereta habis melintas.
Baca selengkapnya
Kecurigaan
Airin dan Bella turun dari mobil begitu mereka sampai di rumah sakit. Para petugas ambulans menurunkan Rifki dengan memakai tandu, lalu mendorongnya menuju ruang IGD.Bella dan Airin menunggu di kursi ruang tunggu."Oh, iya, bukannya kemarin kau bilang ingin memberitahu sesuatu padaku?" tanya Bella.Airin mengambil gawainya dari dalam tas, lalu menunjukkan foto berkas yang dia dapat kemarin dari ruang kerja Irfan. Mata Bella membulat ketika melihatnya."Kalau profit perusahaan begitu kecil dan terus menurun, dari mana dia memperoleh uang sebanyak itu selama ini?" tanya Bella sambil mengerutkan kening."Itu yang mengganggu pikiranku, Bell. Tidak mungkin Amel yang membiayai semua itu, kan?" Airin balik bertanya.Bella diam dan sambil berpikir. Mereka berdua mencoba "Sepertinya aku harus lebih berusaha lagi untuk mencari semua data keuangan mendiang Papamu, Rin," ucap Bella kemudian. "Semua data pribadi mereka lenyap dalam kebakaran waktu itu, dan anehnya tak satupun data yang tersisa d
Baca selengkapnya
Para penipu
"Apa kau pernah menandatangani sesuatu yang Irfan berikan padamu?" Bella mengulang pertanyaannya.Airin masih diam, mencoba mengingat-ingat. Akhirnya dia hanya mengingat satu hal saja."Satu-satunya yang pernah kutanda tangani adalah surat persyaratan pernikahan kami, Bell," jawab Airin kemudian."Licik! Benar-benar licik!" Bella terdengar mengumpat dari seberang telepon."Bell?""Suamimu itu tidak bisa dimaafkan, Rin! Dia itu licik! Mamanya juga! Rupanya semua sudah mereka rencanakan dari jauh-jauh hari sebelumnya."Airin menelan ludah, bersiap dengan apa yang akan Bella katakan."Dengar, Airin. Uang asuransi jiwa kedua orang tuamu, juga rumah beserta isinya yang terbakar itu, sudah dicairkan atas nama Irfan Setiawan, dan atas surat persetujuan darimu."Tubuh Airin seketika bergetar hebat. Bagaimana mungkin hal itu terjadi? Kapan Irfan mendapatkan tanda tangannya?"Mulai sekarang kamu harus bertindak! Kamu harus mengawasi langsung perusahaan Papamu yang saat ini dipegang oleh Irfan.
Baca selengkapnya
Menghilangnya Bella
Airin masih mendengarkan pembicaraan Irfan dan Handoko."Baiklah, pastikan surat-surat ini aman sampai pelantikan bulan depan," ucap Handoko. "Ada satu tikus kecil yang harus kusingkirkan terlebih dahulu.""Tikus?" Irfan tidak mengerti apa yang mertuanya itu katakan.Handoko tertawa melihat wajah kebingungan Irfan."Bukan apa-apa," ucapnya sambil menepuk pundak Irfan.Handoko berdiri, lalu bersiap meninggalkan tempat itu. Airin cepat-cepat menyingkir dari tempat persembunyiannya. Dia beringsut mundur, bersembunyi di samping tembok pagar rumah itu.Handoko memasuki mobilnya dan meninggalkan rumah itu. Irfan sesaat masih berdiri di teras rumah sampai Papa mertuanya itu pergi, lalu masuk kembali ke dalam rumah."Bagaimana, Mas? Semua sudah beres?" tanya Amel begitu Irfan duduk di sampingnya."Semua beres, Sayang. Papamu sudah resmi membeli perusahaan itu," jawab Irfan."Baguslah, Mas, kamu bisa mengambil hati Papa," Amel merangkul lengan Irfan mesra. "Tadinya aku harus bersusah payah mey
Baca selengkapnya
Terbongkar
Airin masih mengikuti Amel masuk ke ruang tengah. Amel duduk di sofa empuk yang ada di ruangan itu."Duduklah, aku akan mendengarkan apa yang akan kau katakan," ucapnya.Irfan duduk di kursi sisi lain dari sofa itu, sedangkan Airin masih berdiri di tempatnya."Maaf, ya, Mel. Istriku tidak bermaksud berbuat seperti itu," ucap Irfan sambil tersenyum manis pada Amel."Gak papa kok, Mas. Aku paham kok, kenapa Mbak Airin bersikap seperti itu. Dia pasti tidak suka kalau ada wanita cantik dekat dengan kalian," ucap Amel dengan angkuhnya. "Dia pasti cemburu, aku paham itu kok, Mas.Irfan hanya mengangguk sambil tersenyum, lalu menatap Airin yang masih berdiri."Duduklah, Dek!" pinta Irfan sambil menarik tangan Airin.Airin mengibaskan tangan Irfan, lalu menyilangkan kedua tangannya di dada."Aku berubah pikiran, Mas!" ucap Airin sambil menatap mereka dingin."Apa maksudmu, Dek? Bukannya kamu tadi bilang mau minta maaf?" tanya Irfan kemudian."Tadinya begitu, Mas. Tapi sepertinya kami berdua s
Baca selengkapnya
Talak
Mata Irfan membulat melihat map yang diberikan oleh Rifki padanya, tapi sesaat kemudian dia tertawa terbahak-bahak."Hahaha, kamu salah alamat, Bung!" ucapnya sambil membeber map yang ternyata berisi foto pernikahan itu."Lihat ini! Wanita dalam foto ini jauh berbeda dari Amel! Wajah wanita ini jelek sekali, bagaimana bisa kau menganggap dia sebagai Amel? Mimpi kamu, Bung!" ucap Irfan sambil tertawa, seraya membandingkan foto itu dengan Amel.Rifki tersenyum miring dan tetap tenang, lalu melirik sesaat ke arah Amel yang masih bungkam."Kenapa tidak kau tanyakan padanya langsung?" tanyanya.Irfan berhenti tertawa. Dia menatap ke arah Amel dengan mata membulat. Jangan-jangan ...."Apa yang kau pikirkan itu benar, Irfan!" ucap Rifki lantang. "Wanita dalam foto itu adalah wajah asli Amel Angelina, istrimu! Dia menguras semua hartaku, memakai semua uangku untuk biaya bedah plastik agar dia cantik! Dan setelah aku bangkrut, dia dengan seenak hatinya mencampakkan aku!"Semua yang ada di situ
Baca selengkapnya
Dendam
Airin berlari ke arah Bella yang yang tergeletak tak sadarkan diri dengan tubuh penuh luka."Bella! Bella!" Airin menggoncang tubuh Bella yang tidak bergerak. "Apa yang terjadi padanya?""Warga menemukan pasien dalam kondisi tak sadarkan diri di tepi jurang," jawab salah satu petugas."Maaf, Nona. Pasien sedang dalam kondisi sangat kritis. Kami harus segera memberi pertolongan darurat padanya," ucap petugas ambulan sambil mendorong tandu memasuki gedung rumah sakit.Airin ikut berlari mengikuti para petugas yang langsung menuju ruang IGD. Beberapa orang dokter langsung menyusul ke sana."Dokter, tolong selamatkan dia! Tolong selamatkan dia, Dokter!" ucap Airin pada para Dokter itu."Kami akan berusaha sebaik mungkin," jawab salah satu Dokter sebelum masuk ke dalam ruangan besar yang langsung tertutup rapat itu.Airin menunggu di luar ruangan sambil mondar-mandir karena panik. Rifki berjalan perlahan mendekati Airin."Tenanglah, Bella pasti selamat," ucapnya mencoba menghibur Airin."
Baca selengkapnya
Penyelidikan Bella
"Handoko?" mata Airin membulat lebar ketika mendengar nama itu.Bella perlahan mengangguk."Bukankah kau bilang Handoko itu rekan bisnis yang dekat sekali dengan Papa?" tanya Airin lagi. "Ada dendam apa dia pada keluarga kami?""Entahlah, aku hanya tahu dia yang menyuruh orang untuk membakar rumah kalian."Bella menarik napas panjang, lalu mulai bercerita tentang apa yang dia temukan selama dia menghilang.(Flash back)Bella terus melakukan penyelidikan tentang uang asuransi itu. Dia harus bertindak cepat, sebelum semua uang asuransi itu jatuh ke tangan Irfan sepenuhnya.Dia mengambil jaketnya, dan bergegas melakukan penyelidikan. Jika Airin tidak pernah menandatangani apapun selain surat persyaratan nikahnya, maka dia harus mencari tahu tentang pernikahan itu.Bella menaiki mobilnya, dan langsung menuju kota tempat tinggal Airin yang lama. Sudah lama sekali dia tidak pernah mengunjungi kota itu. Terakhir kali dia ke sana adalah saat pemakaman orang tua Airin. Bella tidak bisa menghad
Baca selengkapnya
Lemah
Airin memacu mobilnya dengan perasaan bimbang. Berulang kali diliriknya buku yang dia letakkan di jok sebelahnya.Handoko dan Mamanya saling mengenal sebelumnya, apa mungkin itu alasan Handoko tega membakar dan membunuh orang tuanya? Dendam apa sebenarnya yang dimiliki Handoko pada keluarganya?Airin akhirnya menghentikan mobilnya di pinggir jalan, di tepi sebuah danau dengan rerumputan yang membentang luas. Airin menarik napas panjang, lalu perlahan mengambil buku itu.Dibukanya sekali lagi lembar pertama, lalu dilihatnya lagi foto Mamanya bersama Handoko. Ada rasa takut menyusupi hati Airin ketika membuka lembar berikutnya, tapi rasa ingin tahunya mengalahkan segalanya.Mamanya memang seorang penulis terkenal yang sudah menerbitkan ratusan buku, tapi dia belum pernah melihat catatan ini sebelumnya. Dari tempatnya ditemukan, buku itu tidak ditaruh bersama jajaran buku-buku yang lain, melainkan disembunyikan di balik lipatan rak buku.Dengan hati berdebar Airin membacanya kata demi k
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status