All Chapters of Menjadi Istri Kedua Mantan Mertua: Chapter 71 - Chapter 80
689 Chapters
Melihat Mereka
Bab71Kegelisahan menyelimuti hati Elea kini. Bagaimana semua ini bisa berlaku pada Erina? Gadis malang itu harus bertahan di kantor Polisi sementara ini, sebelum kasus berlanjut ke persidangan.Elea memutuskan pulang kerumah, menemui Bi Ijah.Satpam tidak ada di pos nya, Elea merasa bingung. Kemudian wanita itu berjalan menuju rumah, lama Elea mengetuk pintu, hingga akhirnya dibuka.Bi Ijah terdiam, ketika melihat Elea."Ada apa?" tanya Elea bingung, dengan tatapan datar Bi Ijah."Engga. Bagaimana keadaan Nyonya mertua?" tanya Bi Ijah basa-basi.Elea masuk tanpa menyahut, kemudian mendorong pintu utama dan menguncinya."Bi, jelaskan padaku dengan jujur!" pinta Elea dengan wajah serius. "El, kamu cari tahu sendiri du--""Erina mengaku Bi Ijah saksi hidup. Tolong, jangan bantu kejahatan dengan diam seperti ini. Kasihan Erina, masa depannya terancam hancur," seru Elea, memotong ucapan penolakkan Bi Ijah.Wanita paru baya di depannya itu terdiam."Bayangkan jika Erina itu anak Bi Ijah!
Read more
Medengarkan
Bab72Melihat kedatangan Elea, Delima tersenyum mengejek, sedangkan Arya nampak santai tidak banyak menanggapi.Elea melewati keduanya dengan tatapan dingin dan masuk ke dalam ruangan Helena.Delima lagi- lagi tersenyum mengejek. Hal itu, tentu saja di sadari Arya, tetapi lelaki itu memilih diam dan santai.Melihat kedatangan Elea, Helena tersenyum. Elea harus sabar, demi rencananya berjalan lancar.Delima dan Arya pun masuk, membuat Elea membuka suara."Bagaimana kondisi Andre? Apa masih sekarat?" tanya Elea pada Delima.Wajah Delima terlihat marah. "Kenapa pertanyaanmu seperti itu? Andre sekarang sudah mulai membuka mata, tapi masih tidak bisa bicara," jawab Delima."Dimana rumah sakitnya? Aku ingin menjenguknya langsung. Ya, hanya ingin memastikan." "Baiklah! Datang saja ke rumah sakit Harapan Bersama, dia di sana. Di kamar Mawar.""Baiklah.""El, Andre masuk rumah sakit?" tanya Helena. Elea melihat ke arah Arya.Sepertinya Helena tidak tahu apa- apa."Iya, Bu. Kata Bi Ijah sih g
Read more
Ungkapan Arya
Bab73Elea tiba di kantor Polisi, dan berniat untuk menjenguk Erina lebih dulu juga untuk memberitahukan bukti rekaman pembicaraan Delima."Erina tidak ada di sini? Kok bisa?" Elea menjadi bingung.Polisi masih diam memperhatikan Elea yang gelisah."Pak, terus Adik Ipar saya dimana? Kenapa sampai sekarang ponselnya tidak aktif juga. Bapa jangan bohongi saya, ya!" tekan Elea penuh curiga. Jangan- jangan, Polisi ini juga bersekongkol dengan Delima."Silahkan Anda tanyakan kepada Bapak Arya. Karena Erina pergi bersama dia. Jika Anda masih tidak mendapat jawaban jelas, silahkan datang kemari lagi," tegas Pak Polisi.Arya? Ada apa ini? Mengapa suaminya itu tidak bicara apa- apa, dan hanya diam seakan tidak melakukan apapun.Elea mengurungkan niatnya untuk memberikan rekaman itu kepada Polisi, dia memilih untuk kembali ke rumah sakit, tidak sabar ingin menemui Arya.Perasaan kalut kembali menghantui pikirannya sepanjang jalan. Hari ke hari, Elea terus sibuk pergi ke sana kemari. Tanpa dia
Read more
kejahatan Delima
Bab74"Apa?" Kali ini Elea bertanya. Semua tidak sabar, menunggu Arya menjawab."Banyak bukti transferan ke nomor rekening atas nama Hanung, yang jumlahnya tidak main- main, ratusan juta."Semua melongo mendengar ucapan Arya."Hanung mantan suami Delima, yang katanya meninggal itu. Arya telah meminta orang menyelidiki fakta tentang Hanung. Dan hasilnya mengerikan.""Mengerikan bagaimana?" Elia terus menuntut penjelasan."Lelaki itu tidak mati, dia hidup dan tinggal di Kalimantan ini juga. Mereka menipu kita bertahun- tahun, demi menyelamatkan kehidupan mereka."Elea membekap mulutnya, dirinya tidak menyangka akan serumit ini kehidupan yang di hadapi."Ceraikan saja wanita begitu," pinta Helena dengan api kemarahan."Tidak semudah itu, Bu.""Kenapa? Kamu cinta sama dia, perempuan itu jahat, Ibu nyaris mati karenanya." Helena terus mendebat, kesal sekali dengan Arya yang masih bertahan pada Delima."Bu, ini bukan karena cinta, apalagi karena jasa. Tapi nyaris semua aset peninggalan Ayah
Read more
Ditampar
Bab75"Kan! Matilah kita. Sudah Andre katakan, jangan main- main sama Ayah terus- menerus. Bohong jika Ayah terus bisa di bodohi."Andre nampak kesal dan frustasi."Ini semua ide Ibu, ya. Delia nggak mau ikut- ikutan sampe masuk penjara. Lagi pula Ibu sendiri yang mengakui, bahwa Ibu sangat kesal hingga mendorong Erina dengan sengaja.""Kamu juga terlibat. Enaknya kamu mau, sakitnya kamu tolak. Dasar mantu nggak ada akhlak.""Mertua sakit jiwa. Bahkan saat mertuanya nyaris mati, dia malah berpura- pura tidak tahu apa- apa. Ibu pikir aku tidak bisa menilai, bahwa orang seperti Ibu berwatak jahat, minus empati dan tepatnya mungkin, psikopat."Plakkk ....Delima menampar keras wajah Delia."Tutup mulut kamu! Berani sekali kamu ngata- ngatain saya. Ingat Delia, aku bisa dalam sekejap membuat orang tua kamu bangkrut dan jatuh miskin kembali. Dasar menantu tidak tahu diri.""Bu cukup! Jangan kalian yang malah ribut," bentak Andre. Lelaki itu kemudian duduk di brankar dengan kesal.Delia mem
Read more
Minta MAAF
Bab76Pagi itu aku sengaja menyebarkan suara rekaman Delia dan Delima ke sosial media, biar mereka panik sekalian."El, kenapa rekaman sepenting itu, kamu sebarkan di media sosial?" tanya Mas Arya, ketika masuk ke dalam kamar tiba- tiba.Tadinya pamit ke kantor, tapi malah balik lagi."Kenapa? Aku malah berencana akan membawa rekaman itu ke kantor Polisi.""Sini ponsel kamu!" pinta mas Arya."Untuk apa?""Menghapusnya.""Kenapa?""El, kamu jangan membuat aku malu! Aku ini masih sah suami Delima. Keburukan Delima, itu tanggung jawabku. Membuat dia malu, itu sama dengan membuat aku malu. Kamu ingin semua orang tau? Bahwa aku suami yang gagal?" "Mas, bukan begitu maksudku," sahutku."Lalu apa?" bentaknya."Kamu merasa hebat sudah berhasil menakutinya? Mempermalukan dia, membuat orang- orang tahu, bahwa aku lelaki bodoh yang di tipu istri sendiri?" kejar Mas Arya dengan tatapan kecewa.Aku menunduk."Atau kamu mau menandingi keburukan Delima?" Lagi- lagi Mas Arya terus memarahiku. Aku t
Read more
Dipukul
Bab77"Bu, maaf. Jujur, Delima bingung harus berkata apa. Apalagi saat itu, keadaan Andre sedang tidak baik- baik saja."Aku hanya menggeleng pelan, rupanya Delima tidak sungguh- sungguh menyesali kesalahannya. Bahkan, dia masih mencari alasan dengan jalan kebohongan.Di rumah hari ini cuma ada aku sama Ibu. Aku masih tidak ingin masuk kuliah, baru 2 bulan aku kuliah, sudah mengalami bullyan parah."Nenek. Tolong maafkan kesalahan Ibu saya." Kali ini Mas Andre menimpali."Siapa Nenek? Kamu bukan cucu saya. Jijik rasanya, di panggil Nenek sama kamu." Mas Andre menunduk. Jujur, aku kasihan melihatnya. Tapi aku enggan untuk berkata apapun."Urus Ibu kamu ini dengan baik! Dasar wanita ular," maki Ibu lagi pada Delima.Delima menangis mendengar hinaan Ibu. "Entah kesalahan apa, yang membuat Ibu begitu tega pada kami. Tapi Delima ikhlas menerima semuanya, Delima minta maaf. Sebagai menantu, Delima banyak salah dan tidak seperti yang Ibu harapkam.""Sejak kapan saya mengharapkan wanita ula
Read more
Pingsan
Bab78"El, aku mohon maaf." Delima mencoba mendekat ke brankarku.Namun Erina langsung mendekat dan mendorong kasar tubuh Delima, hingga belakang wanita itu menabrak dinding lumayan keras."Jangan mendekati Kakakku! Dasar wanita setan nggak punya hati," bentak Erina dengan tatapan marah."Astagfirullah, Erina," hardik Arya."Sakit," lirih Delima."Kamu tidak apa- apa?" tanya Arya pada wanita itu. Aku hanya terdiam menyaksikan semuanya."Sakit, Yah. Kepalaku terbentur keras," adu Delima."Itu belum seberapa, kamu bahkan tidak terluka. Tapi sudah mengadu. Lihat Kakak iparku! Dia nyaris mati, dan kamu datang kesini hanya minta maaf? Mending pergi sana, nggak ada maaf untuk setan," hardik Erina."Er jangan begitu," pintaku dengan suara nyaris tidak bisa keras."Biarin! Enak saja dia sesuka hati melukai Ibu, melukai Kakak. Kemudian minta maaf, dan semua selesai begitu saja? Oh tidak bisa.""Erina, kamu bisa nggak jangan ikut campur dulu? Beri kesempatan Delima untuk bicara."Suara Mas Arya
Read more
Apakah Kamu Bahagia?
Bab79"Hush, jaga omongan kamu! Itu sama saja kamu nyumpahin dia," tegur Ibu Helena pada anak gadisnya yang nakal itu.Aku terkekeh, melihat Erina dijewer."Sakit atuh, Bu." Erina meringis, menahan kupingnya yang terasa panas akibat tangan Ibunya."Bandel sih.""Lagian aku dendam kesumat banget rasanya sama tuh Mak Lampir. Kak Arya juga lembek banget sama tuh setan," greget wajah Erina dalam berceloteh. Lagi- lagi aku terkekeh dengan tingkahnya."Ya kamu sama seperti dia, mirip setan, marah- marah melulu," timpal sang Ibu.Erina merengut, mendengar ucapan Ibunya yang ngatain dia mirip setan juga."Udah ah, nanti setan tersinggung lagi kalau di miripin sama kamu," seruku sembari mencairkan suasana."Kenapa tersinggung? Yang ada aku yang nggak terima. Aku cantik, mana ada setan secantik aku. Dimana- mana, setan itu selain bau, mereka juga jelek," papar Erina.Lagi- lagi aku tertawa. "Ada- ada saja! Jangan gibahin setan, kasian dia."Erina tertawa. _______Sore itu, mas Arya belum juga
Read more
Gugatan Perceraian
Bab80Dadaku berdebar, kala mas Arya menyebut namaku dengan lengkap."Lanjut," kataku, ketika mas Arya menjeda ucapannya.Mata dalamnya menatapku dengan serius."Elea Saraswati binti Erlangga, seumur hidup, kamu akan menjadi istriku. Aku, aku mencintaimu," bisiknya membuatku terpengarah.Ni orang apa coba maksudnya, mengesalkan sekali.Mas Arya terkekeh. "Maaf ya, Mas sibuk tadi, meminta pengacara mengurus perceraian mas sama Delima."Aku terkejut, mendengar penuturannya."Kamu serius mas? Kenapa kamu ceraikan dia?" tanyaku."Kenapa? Kamu nggak senang?" Bukannya menjawab, mas Arya malah balik bertanya."Kasihan sebenarnya.""Memangnya jika dilanjutkan bagaimana? Apa tidak lebih kasihan."Aku terdiam sesaat, mendengar ucapannya."Tapi dia piliahan kamu, Mas."Mas Arya nampak menghela napas berat. "Jadi kamu mau aku tetap bertahan sama dia? Mau?"Aku diam lagi."Ini yang terbaik untuk kita. Lagi pula, antara aku dan Delima, dulu terlalu di paksakannya. Jujur setelah tahu semuanya, aku
Read more
PREV
1
...
678910
...
69
DMCA.com Protection Status