Semua Bab Suara Desahan Di Kamar Iparku: Bab 171 - Bab 180
308 Bab
Bab 171
"Kenapa?" tanya Sintya dengan kedua alis yang terangkat saat ponsel milik Kevin diulurkan ke Sintya. "Itu bukti biar kamu percaya sama aku." Sintya lantas menerima ponsel itu, setelahnya, jemari lentik miliknya menekan menu putar pada sebuah rekaman. Seketika terdengarlah suara-suara percakapan Amanda dan Kevin kemarin malam itu. Terdengar dengan jelas di telinga Sintya saat Amanda terus merengek minta tolong agar Kevin secepatnya pergi ke sana. "Aku tahu pasti ada yang direncanakan oleh Amanda, mengingat selama ini dia terus saja berusaha merecoki hubungan kita," jelas Kevin saat rekaman suara itu masih berputar. Ya, Kevin memang menyempatkan diri untuk merekam pembicaraan via telepon itu dengan alasan yang tadi ia katakan pada Sintya. "Ternyata benar kan dugaanku? Amanda ternyata telah menyiapkan sedemikian rupa untuk melanjutkan segala rencananya. Untung saja aku sempat curiga dan merekamnya, dan sekarang rekaman itu bisa dijadikan bukti agar bi
Baca selengkapnya
Bab 172
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 172Di sepanjang perjalanan, Kevin terus saja merutuki kebodohan yang dilakukan oleh perempuan yang dulu sempat dekat dengannya itu."Sialan! Amanda benar-benar mempermainkanku. Dan dengan bodohnya aku sempat tertipu daya oleh dirinya. Aku berjanji setelah ini tak akan lagi aku percaya dengan segala ucapanmu yang pasti saja itu adalah bualan. Beruntungnya aku memiliki wanita seperti Sintia yang tidak mengedepankan emosi. Hampir saja hubunganku dengan Sintia kandas karena ulah Amanda. Syukurnya saat Amanda menghubungiku, aku cepat tanggap dan langsung merekam perbincangan kita," gumam Kevin sembari menghela napasnya. Kevin melirik arloji yang menempel di pergelangan tangannya. Jarum jam menunjukkan pukul empat sore. Itu artinya Kevin masih memiliki waktu untuk kembali ke kantornya. Meskipun ia tadi sudah minta izin untuk pulang lebih cepat, Kevin tetap ingin kembali untuk meluruskan dan mengultimatum Amanda. Tentu
Baca selengkapnya
Bab 173
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 173"Yasudah, aku menunggumu." Kevin mengakhiri acara gombal-menggombalnya dengan Sintia dan dia bersiap untuk menunvgu kekasih hatinya turun dari lantai tiga. Kevin lekas turun dari mobilnya dan berjalan menuju lobi kantor. Kevin melihat ada Sintia sudah berdiri di sana. Tanpa mengulur banyak waktu, Kevin segera menghampiri Sintia dengan seulas senyum. "Hei cantik, lagi nungguin siapa nih? Boleh dong kita kenalan?" tanya Kevin dengan gaya kocaknya yang menggoda Sintia. Tentu saja hal itu membuat Sintia tergelak. Beruntung di sana beberapa karyawan sudah pulang terlebih dahulu jadi tidak ada yang melihat pasangan itu saling lempar senyum. "Apaan sih garing banget deh.""Tapi kamu suka kan?" Kevin menaik turunkan alisnya ke arah Sintia. Sintia hanya bisa menggelengkan kepalanya saja karena tingkah konyol Kevin. "Langsung mau pulang?" Sintia mengangguk. Kevin dan Sintia berniat untuk bergegas beranjak dari sana. Namun, saat kedua langkah pasangan it
Baca selengkapnya
Bab 174
"Kenapa nggak ambil baju pengantin di butikmu saja, Ray?" ucap Ravi begitu Raya mengatakan kebingungannya soal kemana ia harus membeli pakaian untuk memberlangsungkan acara pernikahannya. "Nggak! Nggak mau!" jawab Raya dengan cepat. Kening Ravi berkerut dengan alis yang saling bertautan. "Kenapa?""Nggak lah, Rav. Aku maunya beli aja di butik orang.""Di butik kamu kan sama saja, Ray. Baju pengantinnya bagus-bagus dan cantik-cantik. Hitung-hitung aku juga mau nambah omset penjualan di butik kamu," jelas Ravi. "Nggak lah, nanti dikira kamu nggak mau modal. Aku khawatir kalau dikira kamu cuma manfaatin aku." Raya mengungkapkan rasa khawatirnya. Ia pun lantas meraih segelas minuman yang ada di hadapannya lalu menyesapnya. Ravi mengulas senyum. "Sejak kapan kamu memperdulikan omongan orang, Ray? Kalau ada yang julid, kasih tunjuk aja nota pembeliannya," seloroh Ravi sembari mengeluarkan gelak tawa, m
Baca selengkapnya
Bab 175
"Loh, Ravi? Kamu di sini? Mana Cahaya?" Suara itu terdengar begitu Raya telah membuka pintu ruangan ganti tersebut. Raya mendengkus kala melihat perempuan yang tak lain dan tak bukan adalah Novita. Orang asing yang selalu saja membuat ulah dan tak suka sekali dengan kedekatan antara Ravi dan juga Raya. Ravi yang mendengar suara yang amat ia kenali pun lantas menolehkan kepala. Seperti yang Raya lakukan, Ravi juga tak suka melihat keberadaan mantan istrinya itu. Ravi yakin, jika Novita hadir, maka keriuhanlah yang akan terjadi. Novita sedikit tersentak kaget saat melihat Raya yang saat ini sedang mengenakan balutan baju pengantin, akan tetapi dengan cepat ia berusaha mengendalikan diri, tak ingin membuat Raya tahu akan perasaannya saat ini. "Cahaya mana, Rav? Jangan mentang-mentang kalian mau nikah, terus ninggalin Cahaya sesuka kamu, Ravi!" sentak Novita memulai gara-gara. "Apa pedulimu sama Cahaya? Sudahlah, jika kamu hanya ingin membuat kerusuhan di sini, mending pergi saja da
Baca selengkapnya
Bab 176
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 176"Anda mau bicara dengan saya? Tapi sayang sekali, saya tidak memiliki waktu untuk menanggapi semua ucapanmu. Perkenalkan, saya Raya, pemilik butik ini dan cafe yang dulu pernah menjadi tempat kita bertemu ...." Mata Novita membelalak, ia memang tidak tahu-menahu perihal butik tempat langganannya itu ternyata juga milik Raya. Butik yang masui lima terbesar di kota itu ternyata milik musuh bebuyutannya. Sungguh Novita tidak menyangka sekaya itu ternyata Raya. Pantas saja kalau Ravi kekeh tidak mau kembali lagi dengannya. "Oh jadi ternyata calon istrimu ini kaya raya. Pantas saja kamu kekeh gak mau aku ajak rujuk demi Cahaya, Mas? Ternyata kamu pun sama denganku. Sama-sama gila harta. Aku yakin kamu beli baju di butik ini karena gak mau modal kan?" Novita menyunggingkan senyuman sinisnya pada Ravi. Seolah-olah ia tengah mengejek mantan suaminya tersebut. Raya yang melihat itu pun menjadi tidak terima dengan apa yang Novita katakan. Begitulah orang
Baca selengkapnya
Bab 177
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 177"Apa kalian ketawa-ketawa ha! Belum pernah ya lihat orang cantik kayak aku!""Dih kegeeran banget. Muka kayak ondel-ondel dikarungin aja belagu. Huuu!""Awas kalian semua! Pokoknya aku gak terima kalian ginikan! Dasar sialan!" Byur. Tiba-tiba saja tubuh Novita basah kuyup. Novita memalingkan wajahnya mengarah ke pelaku penyiraman dirinya. Matanya membelalak seketika melihat siapa yang membuat dirinya terlihat sekacau itu. "Raya apa yang kamu lakukan!" pekik Novita. Yah, Raya yang sudah menyiram tubuh Novita dengan seember air yang Raya bawa dari dalam butik. Ia begitu kesal karena suara Novita benar-benar mengganggu. Akhirnya Raya memutuskan untuk mengusir iblis betina itu dengan cara yang seperti itu juga. "Pergi gak kamu dari sini! Kalau enggak bukan hanya seember air keran yang sku siramkan ke tubuh kamu melainkan air comberan di selokan depan sana aku juga siramkan ke tubuh kamu. Mau kamu ha!" Novita sedikit beringsut dan memundurkan langk
Baca selengkapnya
Bab 178
"Pelayanan darimu memang tak pernah mengecewakan, Sayang ...," ucap Brian yang masih berbaring di atas ranjang dengan tubuh yang masih polos, sehelai kain pun tak ada yang bertengger di atas tubuh keduanya. "Siapa dulu dong? Nora ...," ucap Nora dengan jumawa. Tak hanya Brian, semua pelanggan yang mendapatkan pelayanan darinya selalu saja menilai jika pelayanan yang diberikan oleh Nora sangat lah memuaskan. Jadi, sedikit pun tak ada rasa ragu bagi para lelaki hidung belang untuk mengeluarkan nominal yang terbilang tak sedikit hanya untuk mendapatkan pelayanan dari Nora. Pelanggan Nora bukanlah lelaki dari kalangan biasa, melainkan banyak yang berstatus seorang pejabat maupun pengusaha. Brian yang saat itu sedang berbaring dengan posisi telentang langsung memiringkan tubuhnya, menghadap ke arah Nora yang turut berbaring di sampingnya. Tangan kekar milik Brian terulur lalu ia turunkan di atas perut rata itu, setelahnya tangannya tertuju ke atas, mencubit lembut cuping hidung milik N
Baca selengkapnya
Bab 179
Nora kembali masuk ke dalam kamar tersebut, akan tetapi, saat ia akan menutup pintu, tiba-tiba ada sepasang tangan yang memeluk tubuhnya dari arah belakang. "Akhirnya kamu datang juga, Sayang ...." Suara lelaki itu terdengar begitu berat, kentara sekali jika saat ini sedang dikuasai oleh hasrat yang siap meledak. Hembusan napas dari lelaki itu terasa begitu hangat saat menyapu ceruk leher jenjang milik Nora. Nora memalingkan wajah, lalu melempar senyum termanisnya. Setelahnya ia langsung menutup pintu kamar dan menguncinya. Lelaki itu menciumi pundak Nora yang ter-ekspos dengan begitu jelas, sebab pakaian yang dikenakan oleh Nora bisa dibilang sangatlah terbuka. "Sabar dong, Om ...." Suara Nora terdengar begitu manja. Perempuan itu lantas memutar tubuhnya, hingga sepasang manusia berbeda jenis kelamin itu saling berhadapan.Kedua tangan kekar milik lelaki itu melingkar mesra di pinggang Nora. Tanpa rasa canggung dan malu, Nora melingkarkan kedua tangannya ke leher lelaki tersebut
Baca selengkapnya
Bab 180
SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKUBAB 180Erangan demi erangan terdengar saling bersahutan dari bibir keduanya saat tubuh itu menyatu. Hentakan demi hentakan Teguh lakukan. Hembusan udara dingin yang keluar dari Ac itu terasa tak lagi mampu dirasakan oleh kedua tubuh yang saat ini telah berkucuran oleh keringat.***Dering ponsel terdengar cukup memekakkan telinga David. Pria yang semenjak tinggal di rumah Kevin di kalimantan itu sering menghabiskan waktunya hanya untuk bermalas-malasan saja. David akan bangun saat perutnya berbunyi pertanda minta untuk segera diisi. David bergeming, ia kembali memejamkan matanya saat ingin mengambil ponsel tersebut tapi nyatanya ponsel itu justru berhenti berdering. Namun, baru saja David ingin melanjutkan tidurnya yang terganggu justru suara deringan ponsel itu kembali terdengar. Karena cukup kesal sebab merasa terganggu David pun bergegas mengambil ponselnya yang ia letakkan di atas nakas yang ada di samping ranjang yang ia tempati. Tanpa melihat si
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1617181920
...
31
DMCA.com Protection Status