All Chapters of ISTRIKU SERING DIAM SETELAH KUBENTAK!: Chapter 71 - Chapter 80
82 Chapters
Antara Obsesi dan Cinta!
"Ngapain dia ke sini, Mas?" tanya Nita dengan nada ketus. Sambil menikmati makanan yang dibawa istrinya, Damar menatap sang istri yang cemberut."Cemburu ya?" tanya Damar dengan nada meledek."Enggak!""Cemburu nih istri aku.""Nggak! Siapa yang cemburu sih," ucap Nita sambil memalingkan wajahnya."Aku nggak tau, Sayang. Tiba-tiba dia datang gitu aja, sambil bawain makanan buat aku. Tapi kamu tenang aja, makanannya nggak aku makan kok, sempat aku cicipi, cuman ya itu," ujar Damar tak melanjutkan ucapannya."Apa? Enak banget gitu!" tanya Nita dengan nada yang tegas. Ia penasaran dengan rasa masakan Laura."Kok diam? Enak ya?" tanyanya lagi, tapi tak kunjung mendapatkan jawaban dari Nita."Enggak, Sayang, kalo enak mungkin udah habis makanannya aku makan." Ucapan Damar membuat wajah Nita merah, bukan karena salting tapi menahan kesal yang semakin menggelora."Jadi, kalo enak makanan dia bakalan kamu habisin gitu?" tanya Nita memalingkan wajahnya ke arah lain. Matanya mulai berkaca-kaca.
Read more
Firasat!
"Sayang, boleh nggak?" tanya Damar pada sang istri.Nita yang mendengar ucapan Damar mengerutkan dahinya tak mengerti apa yang diminta sang suami."Ngapain?" tanya Nita. Saat ini Arkanza bersama dengan Asih, Asih bilang ia merindukan sang cucu dan memilih untuk tidur bersama Arkanza."Anu," ujar Damar setengah-setengah, Nita yang sedang mengecek data hasil penjualan kuenya pun berhenti sejenak. Memfokuskan pikirannya terhadap keinginan Damar."Anu apaan? Yang jelas dong ngomongnya, kalo kamu anu-anu mulu aku nggak ngerti, Sayang," ujar Nita pada sang suami.Damar lalu tersenyum, sangat terlihat menggemaskan. Ia lalu turun dari ranjang mendekati sang istri."Kita bikin adek buat Arkanza," bisiknya di telinga Nita.Nita langsung membulatkan bola matanya. "No! No! No! Aku nggak mau. Aku mau membuatkan Arkanza Adek saat ia berusia 4 atau 5 tahun, aku takut kasih sayang kita terbagi untuknya."Ucapan Nita membuat Damar sejenak berpikir, mungkin apa yang dikatakan sang istri ada benarnya.N
Read more
Setelah Kepergian Ibu!
"Sayang, makan dulu. Sudah seharian ini kamu nggak ada makan." Damar yang khawatir melihat kondisi sang istri langsung menghampiri Nita di kamar."Aku masih belum lapar, Mas. Kamu kalo lapar, makan duluan aja ya." Nita menolak untuk makan, hal itu membuat Damar sedikit ingin marah pada Nita.Namun Damar paham, Nita sekarang baru saja kehilangan orang tuanya. Jadi dia tak ingin mengikuti rasa egoisnya yang ingin segera marah pada sang istri, karena tak mau makan."Sayang." Damar memegang bahu sang istri, Nita masih asik memberikan asi pada Arkanza yang terlelap dalam pangkuannya."Nita belum lapar, Mas. Mas Damar makan aja ya duluan," ujar Nita tersenyum hangat pada sang suami."Sayang jangan menyiksa diri kamu sendiri, kalo kamu sakit nanti kasihan anak kita Arkanza. Dia masih kecil," bujuk Damar pada sang istri. Nita langsung termenung dan memikirkan ucapan Damar sang suami.Benar apa yang dikatakan Damar, jika dia sakit tentu saja itu juga akan berpengaruh pada kesehatan Arkanza, pu
Read more
Tak Tahu Malu!
*Nita terbangun sambil membuka matanya yang terasa berat akibat menangis semalaman."Mas,", panggil Nita saat melihat sang suami sudah tak berada di kamar. Ia lalu mengambil posisi duduk dan memegang kepalanya yang terasa sakit."Mas Damar," panggilnya sekali lagi. Namun masih tak kunjung ada sahutan, Nita lalu terdiam."Mungkin Mas Damar sudah berangkat bekerja,* gumam Nita, lalu turun dari tempat tidurnya. Ia segera mandi dan bergegas untuk ke kamar sang putra."Mama," panggil Nita saat melihat Aidansedang bercanda dengan Arkanza di ruang keluarga."Sayang, kamu sudah bangun?" tanya Aida yang melihat sang menantu sudah ke luar dari kamar. Nita terlihat lebih segar dari kemarin."Ma, maaf ya, Nita kesiangan," ucap Nita pada Aida."Tidak apa-apa, Sayang. Mama mengerti dengan keadaanmu. Kamu harus bisa menerimanya dengan lapang dada, ya. Sejatinya manusia memang akan berpulang pada sang pencipta." Aida tersenyum sambil menatap Nita yang berjalan mendekati mereka berdua."Iya, Ma. Nita
Read more
Ada Luka dalam Rumah Tangga Mereka!
Putri bangun dengan badan yang terasa sedikit pegal. Putri melirik jam di dinding, ternyata jam sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.Ia sudah tak bekerja lagi, dia memilih untuk resign dari pekerjaannya. Namun, walau begitu Aryo tak pernah memaksa Putri untuk berhenti bekerja.Toh, seandainya Putri tak bekerja Aryo masih bisa memberikan apapun yang Putri inginkan. Putri lalu memilih untuk pergi ke kamar mandi sambil membersihkan diri. Baru kali ini dia bangun kesiangan, hingga melewatkan salat subuh. Biasanya Putri selalu terbangun pagi, mungkin karena kelelahan ia jadi kebablasan untuk tidur.Setelah selesai mandi, Putri lalu memakai pakaian dan bergegas untuk pergi ke dapur menyiapkan makan pagi.Saat baru saja melangkahkan kaki ke dapur, tiba-tiba Resa, mertuanya berbicara dengan kalimat yang menyakitkan."Bagus! Enak ya, tidur sampai siang. Suami kerja nggak dibikinkan sarapan. Memang sih ya, paling enak jadi benalu. Apalagi dari keluarga yang kurang berada, lalu menikah dengan
Read more
Kerapuhan Putri!
Putri menepis tangan Aryo dan mengusap air matanya kasar. Ia berlalu pergi dari hadapan tiga orang itu dan masuk ke kamar untuk membereskan pakaiannya."Mi, Pi? Ada apa ini, kenapa istriku menangis?" tanya Aryo yang tak paham dengan keadaan saat ini."Kami hanya ingin yang terbaik untukmu," ujar Resa cuek."Maksud kalian bagaimana?" tanya Aryo masih tak paham."Aku hanya meminta dia meninggalkanmu dan akan memberikan imbalan padanya jika menuruti keinginan kami sebagai orangtuamu, tapi sepertinya perempuan itu terlalu angkuh, padahal dia hanyalah seseorang yang berada di kalangan bawah.""Entah apa yang diajarkan orangtuanya dulu, sehingga putri mereka besar menjadi seorang penggoda, apalagi untuk menggoda laki-laki kaya dan--""STOP!" bentak Aryo pada maminya. Resa yang mendengar bentakan sang anak langsung membulatkan matanya dengan sempurna."Aryo!" bentak sang Ayah tak terima dengan perlakuan putranya pada sang istri."Aku tak pernah menyangka kedatangan kalian ke sini hanya untuk
Read more
Amarah Aida!
"Halo Tante, bagaimana kabarnya?" tanya Laura yang langsung duduk mendekati Nita dan juga Aida."Baik." Aida hanya menjawab singkat, ia tak ingin berpura-pura baik lagi pada Laura. Karena itu hanya akan menyakiti hati menantunya kembali."Oh ya, turut berduka cita ya, Nita. Aku dengan ibumu sudah mati, jadi--""Maaf, meninggal yang benar. Mati itu istilah yang digunakan untuk hewan." Nita langsung memotong ucapan Laura. Laura memanyunkan bibirnya, kesal mendengar jawaban Nita."Ya, apapun itulah intinya aku ikut berduka cita atas kepergian ibumu," ujar Laura lagi. "Terima kasih," jawab Nita singkat."Mama ...," panggil Arkanza. Laura yang melihat itu berniat mengambil Arkanza. Namun tak jadi, karena Nita langsung sigap menghampiri anaknya."Kamu sudah besar ya, Sayang. Tante senang bisa melihatmu," ujar Laura sambil tersenyum manis. Namun senyuman itu bagaikan bisa dari ular, mematikan."Oh ya, Tante. Papi dan Mami sudah datang ke Indonesia, jadi kapan Tante akan mampir ke rumahku?"
Read more
POV Nita (Ke mana perginya?)
"Mama, ada apa? Kenapa Mama terlihat begitu marah pada Laura," tanyaku saat melihat Mama yang masih diliputi emosi, bahkan napasnya pun tak beraturan."Memang kurang ajar dia itu. Dia yang meninggalkan Damar, dia juga yang merasa paling tersakiti. Mama benar-benar khilaf pernah merestui hubungan dia dan juga Damar dulu.""Untung saja Damar segera dijodohkan denganmu, jadi Damar tidak perlu mempunyai istri seperti Laura yang sama sekali tidak bisa menghargai orangtua."Aku melihat Mama berbicara dengan berapi-api. Entah apa yang terjadi sebelumnya, hingga membuat Mama menjadi semarah ini. Apakah Laura telah melakukan sesuatu yang tak dapat diterima akal logika?Entahlah, saat ini hanya Mama yang tau dan dapat merasakannya."Kamu tenang saja, Nita. Jangan terlalu memikirkan hal tadi, maafkan Mama sudah menambah beban pikiranmu. Padahal kamu baru saja kehilangan ibunda satu-satunya yang kau punya. Sekali lagi Mama meminta maaf sudah membuat keributan sepagi ini," ujar Mama tulus terlihat
Read more
Keputusan Orangtuanya yang Menyakitkan
"Putri ada apa, kenapa menangis?" tanya Wati teman kontrakan dia. Setelah pergi, Putri memilih untuk datang ke alamat kontrakan lamanya sebelum bertemu dengan Aryo.ia menangis tersedu-sedu di hadapan Wati, susah payah di dalam mobil dia menahan tangisnya. Akhirnya terlupakan juga sekarang."Aku benar-benar bersalah. Salah telah memilih dia sebagai suamiku, harusnya dari awal aku tak menerima lamarannya. Harusnya dari awal aku tak usah kenal dengan Aryo. Jika kenyataannya kami tak mungkin bisa bersama. Harusnya aku sadar diri tidak berpunya bersanding dengan lelaki kaya."Hei! Kamu ini kenapa? Siang-siang datang ke rumahku dan menangis seperti ini. Kenapa membawa tentang kekayaan, siapa yang sudah menyakitimu?" tanya Wati yang masih tak mengerti dengan permasalahan yang dihadapi temannya."Mereka menghinaku. Mereka menjelek-jelekkan orang tuaku. Apakah salahku karena mencintai Aryo, Wati? Apa aku salah berharap bahagia dengan lelaki seperti Aryo?""Mereka siapa?" tanya Wati memegang pi
Read more
Membuat Panas Penggoda!
"Mami, harusnya menjadi cinta pertamaku sebagai laki-laki. Tapi semuanya pupus begitu saja, saat Mami tak pernah menganggap kehadiranku di antara Mami dan Papi.""Mami sibuk, semuanya Mami lakukan untuk masa depanmu. Kamu tau bukan?" ucap sang Mami merasa tak terima karena daritadi Aryo yang terus memojokkannya."Untuk apa, Mi. untuk apa semua itu, harta dunia, yang Mami kejar selama ini hanya akan sia-sia bila tak ada kasih sayang di dalamnya. Mami tau tidak, aku bagai anak yang terbuang, setiap malam memikirkan apakah aku dibutuhkan atau tidak.""Aku bertanya pada diri sendiri, untuk apa dilahirkan ke dunia jika kehadiranku tak berarti apa-apa. Kalian sibuk mengejar dunia yang sementara, kalian hanya memandang uang tanpa dapat berpikir bahwa suatu saat akan ada pertanggungjawaban kalian sebagai orang tua." "Uang tak akan pernah bisa membelikan kebahagian, bahkan kenangan masa kecil bersama kalian pun tak pernah terlintas di pikiran."Ucapan Aryo bagaikan pisau yang menusuk hati ora
Read more
PREV
1
...
456789
DMCA.com Protection Status