Semua Bab Dendam Titisan Ashura: Bab 111 - Bab 120
170 Bab
Dendam Hanenda
“Apa-apaan kalian ini, pemalas?! Kenapa kalian malah lelah seperti itu?!”Baswara menyalak murka melihat ratusan pendekar pedang cahaya yang dia pimpin tengah bersimpuh kepayahan sambil terengah-engah, sebagian dari mereka ada yang ambruk pingsan karena kehabisan tenaga. Menerjang Kota Madharsa sambil diterjang ratusan siluman anjing dan amukan prajurit arwah yang menyerang dari segala arah bukanlah sesuatu yang mudah dan sederhana ternyata.Sena mengerling ke arah pasukan Pendekar Dewa Api, Pendekar Dewa Angin, dan Pendekar Dewa Air yang mengalami keletihan yang serupa. Mereka mungkin masih bisa bertarung, tetapi kalau sampai harus ikut masuk istana sepertinya tidak mungkin, pikirnya.Raksha mengedarkan pandangannya. Sama seperti Sena, dia berpikir kalau sebagian besar pasukan Baswara sudah kehabisan tenaga dan apabila kubah emas yang tengah melindungi mereka ini jebol, kemungkinan besar mereka tidak bisa kabur, bahkan melawan siluman anjing dan pra
Baca selengkapnya
Sambutan
“Umph…! MMmmm….!”Raksha baru sadar kalau Sena tengah protes, meminta dirinya membuka telapak tangan yang membungkam mulut Sena. Dia pun melepaskan Sena perlahan.“Oh, maaf. Aku lupa.” ujar Raksha kikuk.“Hahh…hampir saja aku kehabisan nafas….” Sena mengatur napasnya sejenak, lalu menatap Raksha kembali.” Raksha! Kenapa kita malah diam saja?! Kita kehilangan kesempatan untuk mendapat bintang jasa lebih besar kalau seperti ini terus!”“Biarkan saja Baswara dan tim intinya itu pergi dulu. Kita bisa menyusul.” balas Raksha tenang.“Menyusul?” Sena tampak bingung. Dia menatap jeruji emas yang mengurungnya seolah-olah dia adalah burung di dalam sangkar emas. Dia  menyentuhnya sejenak, sesekali mengetuknya, lalu mencoba mencengkeramnya keras, tapi sama sekali tidak bergeming.Sena menguatkan konsentrasinya sehingga cahaya perak Kanuragan Khsatr
Baca selengkapnya
Pedang Hitam Diendra
“TERNYATA HANYA SEKUMPULAN BOCAH KANEZKA….”Diendra mendengus, menyiratkan kekecewaan yang begitu besar karena dia sudah mengharapkan kedatangan Raksha Mavendra. Namun yang dia dapat hanyalah sekumpulan pemuda nekat dari Kanezka yang menantang dan dengan lancang menghina Yang Mulia Basudewa.Diendra melirik sekilas ke arah Pawiro yang terjembap pingsan dengan perut yang terhujam lembing hitamnya. Dia tahu kalau orang itu adalah orang yang membuat pintu emas di ruang tahta ini terbuka, yang berarti orang itu adalah dari keluarga bangsawan Hanenda.“…KALIAN ORANG PERTAMA YANG BERANI MEMBAWA KELUARGA HANENDA KESINI. RENCANA KALIAN CUKUP BAIK, TETAPI KALIAN SALAH BESAR KALAU KALIAN PIKIR BISA MENGALAHKANKU, KANEZKA.”Aura ungu Kanuragan Ozora yang menyelimuti tubuh Diendra berkobar layaknya api yang menyalak. Kedua mata ungunya menatap tajam Baswara dan tim inti yang masih terdiam ngeri akan hawa membunuhnya yang mencekik
Baca selengkapnya
Kekacauan di Luar Istana
“Raksha, lihat…!”Sena terbelalak melihat garis cahaya kuning keemasan di lantai yang dia dan Raksha pijak itu perlahan meredup. Jeruji emas yang mengurungnya dan Raksha itu pun melemah. Namun yang membuat Sena merinding adalah kubah emas yang tengah membentengi pasukan Baswara dan pasukan arwah di luar kota itu pun ikut melemah dan kian rapuh.“Apa yang terjadi?” tanya Sena keheranan.“Kemungkinan ada sesuatu yang buruk yang menimpa Pawiro di dalam istana.” jawab Raksha tenang seraya mengedarkan pandangannya, menatap pendekar pedang cahaya, pendekar dewa api, pendekar dewa angin, dan pendekar dewa air yang kalang kabut panik melihat kubah emas yang melindungi mereka kini kian retak dihantam ratusan siluman anjing dan prajurit arwah dari luar kubah. Tinggal menunggu waktu saja sampai kubah emas ini jebol.“K-kenapa kubah emasnya jadi lemah begini?!”“Si-siluman anjing datang! A-aku bisa m
Baca selengkapnya
Kebencian Diendra
Bau darah yang menusuk hidung itu harus Raksha dan Sena tahan tepat setelah mereka menapakkan langkah kaki merka yang pertama ke dalam istana.Raksha dan Sena berlari kencang melewati ratusan jasad prajurit Kanezka dan pendekar Dunia Arwah yang menghalangi jalan mereka ketika menyusuri lorong istana. Satu-satunya sumber penerangan mereka adalah obor yang memancarkan api berwarna ungu di tiap sisi lorong yang tengah mereka lalui.Raksha tahu kalau api itu berasal dari Kanuragan Ozora milik Diendra. Bahkan di tengah langkahnya yang kian mendekat, dia bisa merasakan hawa membunuh yang kuat dari Diendra yang rasanya semakin mencekik. Dari aura kesaktian Diendra yang menekan dan bau darah segar yang menyambutnya, Raksha ragu kalau Baswara, Taksa, Wanda, dan Saguna masih bertahan hidup.“Di ujung lorong itu, Raksha! Aku bisa merasakannya!” Sena menyeru sembari menunjuk ke ruang tahta yang ada di ujung lorong yang tengah dia dan Raksha lalui. Cahaya perak K
Baca selengkapnya
Raksha vs Diendra
“Gardapati! Serang!” teriak Raksha di tengah keterpurukannya.Gardapati sontak muncul dari balik bayangan Raksha. Dia menerjang cepat sehingga taringnya berhasil mendarat keras di leher Diendra.Darah hitam menyemburat dari leher Diendra, membuat Diendra meringis menahan keperihan yang menerpa. Namun dia tahan sekuat tenaga rasa perih itu sambil melepas paksa siluman srigala yang masih mengoyak lehernya. Walau aura ungu Kanuragan Ozora Diendra memekik panas dan menusuk tubuh Gardapati, sang siluman srigala masih bersikukuh menahan taring dan cakarnya agar tetap mengoyak lehernya itu.“SRIGALA BODOH! PERGI!”Diendra menyentak bersamaan dengan meledaknya aura ungu Kanuragan Ozora di tubuhnya. Gardapati terpental jauh dengan taring yang hancur dan cakar yang patah akibat ledakan tersebut.Diendra sempat limbung karena darah hitam tubuhnya terus menyemburat dan aliran Kanuragan Ozora miliknya sempat kacau. Beberapa detik setelah
Baca selengkapnya
Pesan Terakhir Basudewa
“Sena…tenanglah….”Saguna bisa merasakan kecemasan yang luar biasa ketika melihat raut wajah Sena yang pucat. Kala itu, Sena tengah memfokuskan cahaya biru kehijauan Kanuragan Wiratama di kedua telapak tangannya memancar terang menyinari Saguna, Taksa, Baswara, Wanda, dan Pawiro yang terluka parah.Ajian sakti cahaya pemulihan Sena berhasil membuat luka fatal di tubuh kelima orang itu pulih, tetapi mereka masih kehilangan kesadaran karena kehabisan tenaga. Hanya Saguna yang masih bisa menjaga kesadarannya di tengah tubuhnya yang masih terasa remuk itu.Sena berhenti ketika dia tahu kalau Taksa, Saguna, Baswara, Pawiro, dan Wanda sudah aman dari luka fatal yang mengancam nyawa mereka. Namun kegelisahan masih melanda hatinya. Walau dia sudah fokus sekuat tenaga, hati kecilnya masih berteriak khawatir akan kondisi Raksha di dalam tanah itu.“Saguna, tunggu disini. Aku harus mencari Raksha.” Sena buru-buru beranjak.
Baca selengkapnya
Sena vs Diendra
“KANEZKA NAIF! APA KAU SEDANG MEMAKSAKAN PERASAANMU YANG TIDAK MASUK AKAL ITU?! DUNIA TIDAKLAH SEBAIK SEPERTI IMAJINASI KALIAN, BEDEBAH!”Diendra menyeru keras, meneriakan amarahnya yang menumpuk semenjak tuannya, Isvara Mavendra, putus asa dan memilih menyepi di Goa Zanitha. Kalau saja tuannya itu tidak memilih Basudewa sebagai suaminya, dia tahu tragedi macam ini tidak harus terjadi.Sena maju menghadang Diendra yang melesat kencang. Tongkat emas saktinya beradu dengan tebasan pedang hitam Diendra yang cepat dan liar. Berulang kali Sena menangkis tebasan horizontal dan diagonal Diendra itu dengan tongkat emasnya, tetapi sengatan panas yang memekik dari api ungu yang membalut bilah pedangnya itu terasa perih di wajah dan tubuhnya.“KALIAN MEMAKSAKAN DIRI UNTUK MENYATU! HANYA UNTUK APA?! HANYA UNTUK SALING MENGKHIANATI SATU SAMA LAIN DI MASA DEPAN?! JANJI SUCI?! SEHIDUP SEMATI?! OMONG KOSONG SEMUANYA!” teriak Diendra keras di tengah seran
Baca selengkapnya
Jangan Salahkan Cinta
“Uhh….”Sena terpaksa bersimpuh karena kehabisan tenaga. Tongkat emas yang merupakan pusaka sucinya kini kembali menjadi tongkat baja. Berulang kali dia menghirup napas lalu membuangnya, tetapi rasa lelah dan perih tidak lepas dari tubuhnya. Dia tidak menyangka kalau menggunakan Kanuragan Wiratama pada pusaka sucinya itu benar-benar menyita banyak tenaga. Dia harus berlatih banyak lagi agar lebih terbiasa.“Masih kuat?” tanya Raksha yang duduk bersimpuh persis di depannya.“Beri aku waktu….Raksha…” Sena masih terengah-engah dengan keringat deras mengalir di tubuhnya. Dia sudah lama mengatur napas, tetapi kelelahan masih melanda tubuhnya.Raksha menghela napas panjang. Dia menyodorkan punggungnya tepat ke hadapan Sena. “Sini. Kamu tidak mungkin jalan sendiri dalam kondisi seperti itu.” pintanya.“Emm….apa ini tidak apa-apa…?” tanya Sena ragu. Dia tidak men
Baca selengkapnya
Misi Selanjutnya
“Tinggal 400 bintang jasa lagi, Raksha!”Sena menyeru sembari membawa gulungan kertas. Buru-buru dia menghampiri Raksha yang tengah duduk santai di salah satu saung Padepokan Pendekar Dewa Matahari kala itu lalu menunjukkan kertas yang dia bawa.Raksha melihat kertas itu kurang lebih berisi pernyataan pengakuan bintang jasa resmi dari Kerajaan Kanezka bahwa Padepokan Pendekar Dewa Matahari mendapatkan 500 bintang jasa karena telah berhasil menyelesaikan misinya di Kota Madharsa. Raksha tahu itu asli karena dia melihat stempel lilin lambang Kerajaan Kanezka dan Padepokan Udayana di ujung kanan bawah kertas itu.“Bagaimana? Hebat, bukan? Hanya Padepokan Pendekar Dewa Matahari yang berhasil mengumpulkan 600 bintang jasa hanya dari dua misi saja! Posisi padepokan kita juga sekarang bukan lagi yang terendah!” Sena menegaskan dengan penuh kebanggaan. Raksha hanya tersenyum sejenak untuk menanggapinya.“…kalau begitu kurang b
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
1011121314
...
17
DMCA.com Protection Status