All Chapters of Halo, Kisah Lama Belum Kelar!: Chapter 91 - Chapter 100
125 Chapters
91. Tidur Siang
“Astaga!”Dinara kaget bukan main saat menemukan presensi manusia tinggi yang kini tengah tiduran santai diatas ranjangnya. Gadis itu baru saja keluar dari kamar mandi. Untung saja kali ini dia tidak lupa membawa dan mengenakan pakaiannya saat masih berada di dalam kamar mandi. Jadi tidak akan ada adegan keluar hanya mengenakan handuk. Melirik jam dinding, ini benar-benar masih pukul sepuluh pagi. Janji temu mereka masih pukul tiga sore. Bukankah Sandi berada di rumahnya terlalu dini? Tapi melihat wajah lelah yang tergambar meskipun dalam tidur, Dinara menekan protesnya. Termasuk pasal Sandi yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamarnya tanpa dia ketahui. Dia hendak membangunkan kekasihnya, namun disaat bersamaan suara ketukan di pintunya terdengar. Tanpa repot membuka pintu, Dinara dapat mendengar bagaimana sibuknya sang adik hingga bicara amat buru-buru. “Kak Nara aku berangkat acara pelantikan dulu, ya! Dianter supir terus nanti balik jam 5 sore!” Selebihnya hanya ada gedebuk-ge
Read more
92. Simulasi Pengantin Muda
Tidur siang mungkin hanya mitos. Pada kenyataannya, sepasang insan itu pada akhirnya menghabiskan waktu dengan cuddle manja sembari berbincang kecil pasal aneka hal random. Dinara cukup sadar bahwa detak jantungnya sejak tadi masih berpacu cepat. Dia hanya berharap bahwa Sandi tak sampai mendengarnya. Meskipun faktanya, detak jantung Sandi pun sama berisiknya. Akan selalu sama seperti itu. Mereka seolah tak akan pernah merasa cukup terbiasa mendapatkan afeksi menyenangkan dan berdegup kencang berkat satu sama lain. Sentuhan kecil dengan bumbu senyum malu- malu kucing ataupun tautan dengan tatapan dalam, semua itu masih sama mengirimkan sengatan menyenangkan. Mungkin inilah yang namanya sedang kasmaran. Apapun terasa indah saat berdua. Jemari keduanya saling bertautan, sesekali Sandi mencuri kecupan kecil dan menggelitiki kekasihnya hingga mereka berdua saling bertukar tawa. Dinara sama sekali tak pernah menyangka bahwa dirinya juga akan merasakan hal- hal manis semacam ini. Dia ta
Read more
93. Nakal
Keduanya tiba di Kafe Kelana sekitar pukul enam sore. Parkiran sudah cukup penuh dipadati pengunjung yang lalu lalang di areal kafe. Sandi mengamit pelan lengan kekasihnya, menembus keramaian sekaligus banyak pasang mata yang terang-terangan memandang mereka. Keduanya tidak tuli, sama-sama bisa menangkap nama mereka disebut-sebut disana. Dinara tahu kedai ini memang katanya sarang dari fans-fansnya Sandi sebelumnya. Didominasi oleh kaula muda yang mungkin nongkrong malam minggu, Dinara rasa ada banyak wajah familiar yang dia temui disana. Sebut saja beberapa teman Sandi yang sempat beberapa kali bertandang ke rumah Sandi. Juga beberapa adik kelas semasa SMA atau anak-anak lain yang dia pernah dia lihat tapi tak tahu namanya. Sandi begerak luwes, tersenyum menyambut ramah banyak sapaan disana. Terlihat bahwa dirinya memang pelanggan setia yang sering mampir tanpa mampu dihitung berapa banyak lagi kuantitinya.Keduanya berhasil menembus areal outdoor yang cukup ramai dan masuk kedala
Read more
94. Bucin
Indra pengecap Dinara berfungsi dengan baik, terutama kala dia merasakan langsung bagaimana pasta seafood yang Sandi pesankan untuknya ternyata amat memenuhi seleranya. Gadis itu bukan seseorang yang picky terhadap makanan, tapi ketika ada sesuatu yang terasa luar biasa seperti ini bagaimana mungkin dia tidak menyukainya? Apapun yang terjadi, Dinara memastikan akan kembali lagi kesini untuk memilih menu yang sama seperti yang dia pilih hari ini. Mutlak! Disebelahnya, Sandi juga tengah menikmati makanannya sembari berbincang serius dengan Adrian dan Bian. Saat Bian baru datang tadi, dia telah sempat berkenalan juga dengan Dinara. Pria itu rupanya salah satu kakak tingkat Sandi di kampus dan sudah lebih dulu berkecimpung di bidang properti. Sependengaran Dinara, ketiga pria itu hendak memulai usaha joinan juga, entah akan seperti apa formatnya nanti. Mungkin karena terlalu tersihir oleh makannnya, Dinara sampai tak menyadari bahwa tiga manusia dihadapannya sangat terhibur oleh kefoku
Read more
95. Jogging
Pagi yang cerah untuk jiwa mageran. Dinara membuka matanya dengan malas saat mendapati cahaya sang surya menyelinap masuk melalui celah jendela kamarnya. Ini pukul tujuh pagi di hari minggu. Biasanya dia akan memilih untuk lanjut tiduran, tapi dia rasa harus mulai kembali membiasakan tubuhnya untuk bangun pagi lebih rajin.Ingat! Semua terbentuk karena kebiasaan!Setelah mencuci wajah, otaknya mungkin baru mulai berfungsi lebih baik. Berhenti di depan standing mirror untuk menyadari bahwa dia masih menggunakan baju semalam. Diatas meja juga terdapat beberapa kapas berisi bekas makeup yang sepertinya miliknya. Seingatnya semalam dia tertidur di dalam mobil Sandi. Namun sama sekali tak punya ingatan tentang bagaimana dia masuk ke dalam rumah dan membersihkan wajah. Apa ini semua ulah kekasihnya?Dia meraih ponsel disebelah slingbag nya kemarin, tak menemukan pesan apapun dari Sandi. Tapi karena Dinara juga tipikal yang gengsi chat duluan, jadilah Dinara melempar kembali ponselnya dan
Read more
96. Minggat
Tidak semua isi lemari dia boyong masuk ke dalam tas besar. Hanya ada beberapa setel kemeja, celana kain, jeans, pakaian kasual serta pakaian rumahan yang dia masukkan. Begitu juga beberapa sepatu mahal untuk beragam ocassion. Sementara perintilan kecil dan peralatan kerja secara lengkap dia masukkan kedalam ransel. Suara ketukan pintu terdengar, Sandi menoleh setelah membiarkan seseorang masuk dan menutup kembali pintunya. Alisnya mengernyit, bukan berarti tak suka—hanya saja ini kali pertama melihat Danilla berani masuk ke dalam kamarnya.Gadis pucat itu menunduk setelah melihat barang-barang yang Sandi packing rapi. Sandi dengan jelas melihat kegugupan Danilla dari jemarinya yang saling tertaut.“Kenapa?” tanya Sandi pada akhirnya. Dia tidak terlalu nyaman berada bersama Danilla dalam satu ruang untuk waktu yang lama. Danilla mengangkat wajahnya—jelas menahan diri sebelum akhirnya berani membuka mulutnya. “A-ada yang bisa aku bantu nggak?” Sandi mengerutkan keningnya bingung,
Read more
97. Ruang Baru
Setelah hampir satu jam menembus kemacetan ibukota, Dinara akhirnya sampai pada tujuannya. Tas bahu berwarna hitam masih setia bertengger di bahunya, dia juga masih mengenakan pakaian kerja. Di tangan kirinya menjinjing satu plastik sedang berisi dua bungkus lalapan. Sementara tangan sebelahnya menjinjing goody bag besar berisi aneka cemilan dan peralatan mandi cuci. Kurang lebih pukul setengah tujuh malam, naik mengenakan lift menuju lantai 5. Jam tangan berwarna rose gold yang melingkar manis di tangannya hampir terlihat kontras dengan urat tangannya yang cukup terlihat. Tangannya cukup kekar untuk ukuran gadis kurus sepertinya. Gadis itu meletakkan bawaanya di lantai setelah menemukan unit yang dituju. Membuka ponsel untuk mencari pesan sebelumnya. Baru setelah itu menekan beberapa tombol guna membuka pintu kamar dihadapannya. Setelah berhasil masuk, Dinara melepas alas kaki dan meletakkan barang bawaannya diatas meja. Sementara manusia yang akan tinggal di apartmen ini tengah s
Read more
98. Hectic
Apapun yang sudah dimulai, maka harus diselesaikan dengan baik. Prinsip itu setidaknya telag mengilhami pemikiran Dinara Jeandra sehingga dia selalu berusaha untuk konsisten dalam menyelesaikan sesuatu. Meskipun terkadang tetap ada mengeluh tipis-tipis. Memasuki minggu terakhirnya di perusahaan, Dinara jelas saja merasa perlu menyelesaikan beberapa tanggung jawab sebaik mungkin. Selain itu dia juga belakangan ini disibukkan dengan memberi training secara langsung pada penggantinya—seorang mahasiswa fresh grad seumuran dengannya yang minggu lalu baru saja diterima. Beberapa content plan garapannya yang kontraknya belum berakhir sebelum waktu resignnya terpaksa harus dia alih tugaskan pada si anak baru. Untuk itu, penting bagi Dinara untuk memberi note secara detail pada sang pengganti.“Ra, siang ini ada meeting sama divisi pemasaran, Kamu ikut sebagai notulen, ya!” ajak Dinara pada Mira—pegawai baru yang akan menggantikan tugasnya kedepan. Mira Hananda mengangguk. Gadis itu hampir
Read more
99. Sidang Genting
Derap sepatu tinggi buru- buru Alana dan Dinara menggema di lorong The Royals. Dua wanita karier itu buru- buru menuju ruangan rapat setelah jam di pergelangan tangan menunjukkan pukul sepuluh lewat lima menit. Hari ini mereka ada janji temu dengan petinggi The Royals pukul 10.10. Idealnya, mereka harus hadir maksimal lima belas menit sebelum rapat dimulai, namun karena pengulangan dadakan kemarin, mereka masih harus memastikan kembali tak ada lagi bahan konten yang tercecer atau berantakan. Divisi konten kemarin bekerja hingga pukul sepuluh malam. Itupun sebenarnya belum semuanya selesai. Namun demi kemanusiaan, Alana memutuskan untuk menyuruh mereka beristirahat dan kembali ke rumah masing- masing. Sebagai gantinya, pagi keesokan hari mereka diharapkan sudah sampai kantor pukul delapan pagi. Dinara sendiri hampir tidak tidur semalaman. Dia benar- benar mengebut mengerjakan lima buah konten dan mengedit kembali tulisan dari rekan- rekannya. Dinara juga harus menyelesaikan caption d
Read more
100. Menguak Kebenaran
"Saya tidak peduli akan siapapun yang akan mengikuti konsep penyampaian konten. Satu yang menjadi permasalahan adalah bahwa draf konten itu sudah berisi proyeksi The Royals kedepannya. Bagaimana saya bisa tenang kalau ada kemungkinan bahwa ide yang sudah sejak lama kita garap dan bahkan masuk dalam banyak lini di perusahaan kini akhirnya bocor dan bahkan ditiru oleh perusahaan lain?" Jelas Dipta Hadi tak akan bisa tinggal diam. Kemerahan di matanya menyiratkan bagaimana kesalnya dia sekarang. Pandangannya menajam kearah Alana dan Dinara sebagai dua orang yang berasal dari luar perusahaannya. Sebagai pihak ketiga, tertulis dalam kontrak bahwa pihak mereka seharusnya bisa menjamin kerahasiaan perusahaan client. Itu tentu melingkupi draf ide yang belum seharusnya disebarkan. Dengan kejadian ini, baginya pihak advertise lah yang lengah mengawasi. "Bahkan meskipun kalian dipecat dari perusahaan, itu mungkin tidak akan cukup," geram Dipta Hadi lagi. Dinara meremas kedua tangannya sen
Read more
PREV
1
...
8910111213
DMCA.com Protection Status