All Chapters of Gelar Mandul dari Gundik Suamiku: Chapter 51 - Chapter 60
72 Chapters
Bab 51 Rencana Nekat
Kontrakan Papa udah kosong, kemana dia? Terpaksa aku balik memesan raksi, sialnya mobil butut Mama satu-satunya udah di jual. Uang pemberian dari nyonya Marissa tidaklah bisa memenuhi semua kebutuhanku. Terpaksa ku pakai sebagian uang yang ada di ATM. Pertama kali, aku mengisi perut di restoran. Sayangnya aku tidak bisa menikmati makanan mewah, karena kondisi keuangan yang tidak memungkinkan. Kemudian aku menuju ke sebuah rumah khusus untuk perawatan kecantikan langgananku dulu. "Mbak Bilna?, kok udah lama nggak kelihatan, kemana ajah?" Sambut si empunya rumah cantik tersebut. "Kok kulitnya udah kelihatan agak kusam mbak? Kayaknya harus dilakukan perawatan khusus nih." Dia terkekeh. "Apa aku kelihatan sangat buruk?" Tanyaku khawatir. Ada rasa takut di dalam hati, bagaimana jika kecantikanku memang sudah mulai memudar? "Nggak juga sih, tapi nggak sekinclong dulu. Tapi jangan khawatir, rutin ajah mbak kemari, kami selalu siap kok bu
Read more
Bab 52 Ingin Menyelidiki Si Pembantu Baru
Aliyah kembali dibuat kebingungan dengan adanya sebuah pesan dari nomor tidak dikenal. "Aliyah kamu harus hati-hati dengan pembantu baru yang ada di rumah mertuamu. Jangan sesekali kamu lengah. Camkan baik-baik. Karena pembantu baru yang ada dirumah orang tua Rama sedang mengintaimu." Kembali jantung Aliyah dibuat berdegup kencang. Siapa sebenarnya nomor tidak dikenal ini. Sudah dua kali dia mengirim pesan semacam peringatan. "Paa, sini sebentar." Rama mendekati Aliyah dan merangkul pundak wanita anggun tersebut. "Ada apa sayang? Kok mukamu kelihatan bingung?" "Pa, coba Papa lihat orang ini sudah mengirim dua kali pesan semacam peringatan padaku. Coba Papa baca baik-baik. Dia menyebut adanya pembantu baru di rumah ibu. Dan juga katanya pembantu tersebut berbahaya." Aliyah menyodorkan ponsel pada suaminya. perlahan Rama mengambil ponsel tersebut dan membaca pesan yang dimaksud oleh Aliyah. "Kita tidak tahu orang ini bermaksud baik atau tidak.
Read more
Bab 53 Permulaan Menghadapi Bilna
Menjelang siang, sesuai perkiraan, Bilna datang kembali kerumah Nyonya Marissa. Dengan penampilan yang jauh sekali dengan penampilan seorang asisten rumah tangga. "Sayang sebaiknya, sekarang kamu jangan menampakan diri terlebih dahulu. Biar ku selidiki situasi dulu." Rama membisikkan telinga Aliyah. Wanita itu pun menganggukkan kepalanya. Bilna berjalan melenggang dengan dress di atas lutut, menampakkan sebagian paha mulusnya. Bagi lelaki jelalatan, pemandangan seperti itu adalah sebuah kenikmatan tersendiri. Namun bagi seorang Rama, pemandangan itu justru tidak menarik. "Selamat siang Nyonya." Sapanya lembut sekali. "Ya siang juga. Kamu kelihatan cantik sekali, Bil." Bilna tersipu mendengar pujian nyonya Marissa. "Ah nyonya bisa saja. Terimakasih." "Bagaimana keadaan anak dan orang tuamu." "Alhamdulillah udah baikan nyonya." Rama yang duduk di sebelah ibunya tidak mengacuhkan kedatangan Bilna. Dia malah sibuk dengan gawai nya.
Read more
Bab 54 Menyelidiki Bilna
"Mmmaaf Nyonya, saya tidak punya maksud buruk." Bilna gugup. "Ya tidak apa-apa. Yang pasti kita harus jujur dengan kenyataan." Kembali Bilna merasa tersudutkan oleh ucapan Nyonya Marissa. "Bilna mau masuk dulu, sejak datang tadi Bilna belum menyelesaikan pekerjaan yang seharusnya dilakukan." Bila bangkit terburu-buru dari tempat duduknya. "Ya silahkan." Nyonya Marisa tidak menghalangi sedikitpun. Bilna nampak memeriksa tasnya sebelum ia beranjak. Huuufh... Sebuah botol kecil terjatuh dari tasnya. "Botol Apa itu Bilna?" Refleks Nyonya Marisa bertanya. Bilna nampak sedikit kaget oleh pertanyaan yang ditujukan untuknya. "Mmm. Ini, Nyonya Ini adalah botol obat." "Obat apa? kamu sakit?" "Pulang ke rumah kemarin, Bilna mengalami sakit kepala, makanya beli obat ini. Sekarang udah enggak lagi Nyonya." Entah mengapa nyonya Marissa merasa terganggu dengan keberadaan botol kecil yang barusan terjatuh dari dalam tas bilna tersebut.
Read more
Bab 55 Niat Bilna Yang Tak Sampai
Rumah megah ini sudah dilengkapi oleh CCTV di setiap ruangan kecuali kamar tidur dan kamar mandi. Itu sengaja dipasang oleh nyonya Marissa untuk keamanan dan kenyamanan di rumahnya. Oleh karena itu tidak terlalu susah bagi mereka untuk menyelidiki gerak-gerik Bilna. Hari ini Rama dan Aliyah menginap di rumah nyonya Marissa. Hanya saja Aliyah belum menampakan diri kepada Bilna. Hal itu dilakukan untuk menarik reaksi Bilna. Drrrt... Drrrt... Dari ponsel Aliyah muncul sebuah notifikasi pesan... Dengan cepat Aliyah membuka pesan tersebut. "Aliyah, sekali lagi tolong kamu dan Rama berhati-hati di rumah mertuamu, seseorang yang berbahaya mengintai kalian. Jangan sembarangan minum sesuatu yang di buat oleh pembantu barunya. Sekali lagi, tolong berhati-hati." Kembali jantung Aliyah di buat gelisah dengan pesan dari nomor tidak di kenal tersebut, di hubungi pun tidak bisa. "Lihat, Pa pesan ini muncul lagi." Aliyah memberikan ponselnya dan memperl
Read more
Bab 56 Gagal Menarik Perhatian
Rama berjalan melewati ruang tengah dimana Bilna sedang menyapu. Melihat siapa yang lewat, perempuan itu punya sebuah inisiatif. "Braaakh...." Terdengar sesuatu yang menabrak meja. "Aduuuuh... Tuan... Tolong... Tolongin Bilnaa... " Bilna rupanya, wanita itu tiba-tiba tersungkur, menabrak meja yang ada di depannya. Rama merasa heran bukannya tadi wanita itu sedang baik-baik saja menyapu, kok malah sekarang tiba-tiba bisa terjatuh. Tubuh Bilna terduduk lunglai di lantai. Dengan pakaian bagian bawah yang tersingkap, sehingga menampakan paha mulusnya. "Kamu bisa bangun sendiri kan. Aku tak kuat bila harus mengangkatmu." Jawab Rama jutek. "Aduh Tuan tolong, Bilna udah nggak kuat untuk bangun nih. Kaki Bilna sakit." Wanita itu merintih-rintih. Dengan tangan mengelus-elus kakinya. Nampak berusaha bangun namun tidak berhasil. Rama merasa serba salah. Apakah harus Dia membantu Bilna untuk bangun atau tidak. Namun karena mengetahui kelicikan Bilna, Rama
Read more
Bab 57 Kehamilan Aliyah
"Selamat, Pak. Istri Anda positif hamil." Bu dokter menyerahkan secarik kertas kepada pasangan suami istri tersebut. "Beneran, Dok?" Rama antusias. Dokter itu tersenyum sambil mengangguk. "Alhamdulillah... Kita akan punya anak, sayang. Terima kasih Tuhaaan." Rama memeluk istrinya haru. Sedangkan Aliyah, hanya diam. Satu dua bulir airmata jatuh dari sudut matanya, tanpa dia sadari. Rama segera menyisihkan embun yang menetes dari sudut mata Aliyah. Menyadari istrinya tidak dalam keadaan baik-baik saja, Rama dengan cepat mengurus pembayaran atas jasa dokter yang tadi membantu mereka. "Udah selesai, sayang. Yuk kita pulang." Rama merangkul pundak istrinya. Tidak ada rasa malu membayanginya karena melakukan itu di tempat banyak orang. "Sayang, kamu mau makan Apa?" Tanya Rama lembut. Aliyah tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Mama pengen pulang, Pa." Ucap Aliyah. Rama heran dengan sikap Aliyah. Di mobil, Rama tidak langsung menghi
Read more
Bab 58 Obat Penggugur Kandungan Untuk Aliyah
Sesuai permintaan Bilna ke Mbok Rima, Hari ini Bilna di ajak oleh Mbok Rima ke supermarket untuk belanja kebutuhan dapur. Sebagai imbalannya, nanti Bilna akan memberikan seperempat Gajinya ke mbok Rima. Daftar catatan belanja sudah di berikan oleh Nyonya Marissa ke mbok Rima. Bilna merasa mendapatkan angin segar. "Ini kesempatan yang bagus" gumamnya. Maka pergilah Bilna dan Mbok Rima menuju ke supermarket. Di dalam supermarket, Entah mengapa di area bagian bawah Bilna semakin nyeri. Nyeri itu sulit untuk digambarkan. Mbok Rima yang melihat Bilna duduk kesakitan segera menghampirinya. "Ada apa, Bilna. Ada sesuatu pada perutmu?" Mbok Rima memegang pundak Bilna. "Perut Bilna terasa sakit, Mbok" "Udah biasa atau bagaimana?" "Biasanya sih memang sering terasa nyeri, tapi tidak sesakit ini. Ini sudah beberapa bulan, Mbok." "Kalau begitu seharusnya kamu harus segera periksa ke dokter. Siapa tahu ada penyakit yang serius." Saran mbok Rima.
Read more
Bab 59 Membongkar Kelicikan Bilna
"Halooo Bilna. Obat apa yang kau keluarkan dari kantongmu barusan? kenapa kau masukkan obat itu ke dalam obat-obatan yang akan diminum oleh Aliyah menantuku?" Sekujur tubuh Bilna gemetar melihat sesosok wanita paruh baya yang tiba-tiba keluar dari balik daun pintu. "Tidak ada obat apa-apa nyonya, Ini semua adalah obat Mbak Aliyah." Jawab Bilba dengan suara takut. "Oh begitu ya, kalau begitu sini obatnya yang ada di tanganmu itu. Saya mau lihat." Bilna semakin gemetar. "Sini cepaat...!" Bentak nyonya Marissa dengan suara meninggi. Namun Bilna berusaha untuk tetap tegar. Namun sekuat apapun usahanya, ketakutan nampak jelas. "Oke, kalau kamu tidak mau kasih, Biar aku yang ambil sendiri." Secepat kilat nyonya Marissa merebut obat itu dari genggaman Bilna. Bilna tidak bisa mengelak. Sekarang obat itu sudah berpindah tangan. Tak urung Bilna semakin cemas. "Itu sungguh bagian dari obat-obatan Aliyah, Nyonya." Bilna berpikir pembelaannya sung
Read more
Bab 60 Rahasia dan Air Mata (Part Menjelang Akhir)
"Hahahaa, kau tahu aku mengambil kesimpulan dari mana? Selama di rumah ini, semua tingkah lakumu di awasi oleh cctv yang tersebar di seluruh ruangan. Silahkan amankan wanita licik ini, pak." Titah nyonya Marissa. "Apa-apaan ini nyonya?" Bilna gelagapan. "Seperti yang kamu lihat, mereka polisi." Pikiran Bilna tidak menentu lagi. "Maaf Anda yang bernama Bilna, kan? kami membawa ini, surat penangkapan untuk Anda." Seorang dari mereka menyodorkan selembar kertas. "Kenapa mereka kemari? Mengapa tanganku yang diborgol." "kamu tahu kan mengapa tanganmu diborgol? itu karena kamu adalah tersangka. Kamu penjahat yang selalu berusaha untuk menjatuhkan Aliyah. Kamu pikir kami akan menerima semua kelakuanmu? Diam saja begitu? Tidak Bilna." "Selama ini kamu selalu lolos. Kali ini kamu jangan berharap demikian. Sudah kubilang sebelumnya, Aku tidak akan akan membiarkan begitu saja anggota keluargaku disakiti." Sambung nyonya Marissa. "Apa salahku? ap
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status