Semua Bab IBUKU MERENGGUT RAHIM ISTRIKU : Bab 11 - Bab 20
71 Bab
Bab 11. Tuluskah Permintaan Maafnya
Jangan pernah membuat wanita yang mencintaimu menangis, karena akan sangat menyakitkan bila ada pria lain yang membantu menghapus air matanya.***Ibu Slamet ngeloyor pergi setelah mendapat ceramah gratis tentang bayi menangis dan pisang yang tidak boleh diberikan pada bayi kurang dari 6 bulan. "Bu, mau kemana?" tanya Slamet mengejar ibunya yang berjalan mendahului."Diam dulu Met. Ibu lagi berpikir," Ibu Slamet mempercepat langkah menuju kantin rumah sakit dan Slamet mengikutinya dengan bingung."Pak, bakso satu es teh satu," kata ibu Slamet sambil duduk di salah satu kursi."Bu, Slamet juga pesen bakso ya," pinta Slamet lalu duduk di depan ibunya. "Pesen ajah," sahut ibunya lalu membuka kulit pisang dan memakannya."Heran sama anak muda sekarang. Nggak ada sopan-sopannya sama orang tua," tukas ibunya Slamet kesal."Maksudnya apa, Bu?" tanya Slamet bingung. "Suster yang tadi lo Met. Masih bocah kok berani-beraninya ngasih tahu ibu. Padahal kalau lihat wajahnya, pasti dia belum ni
Baca selengkapnya
Bab 12. Tiga Syarat
Pergilah dariku, maka kamu tidak akan menemukan pengganti yang terbaik dan mengerti kamu melebihi aku.***Saat suster itu hendak mendorong kursi roda Yana masuk kedalam ruang bayi, Slamet tiba-tiba berseru, "Yana, mas tahu kalau kamu hanya pura-pura lupa ingatan saja kan, maafkan Mas ya. Ayo kita mulai dari awal. Mas janji akan membantu semua pekerjaan rumah kamu," Yana masih duduk diatas kursi roda dan meminta pada suster untuk berhenti, lalu dia menoleh pada Slamet dan berkata, "Kamu bilang apa sih? Saya beneran nggak kenal sama kamu," tukas Yana ketus dan memberi tanda pada suster untuk mendorong kursi rodanya lagi."Yan...Yana! Tunggu!" Slamet terkejut dan meremas rambutnya frustasi."Met! Ora pantes wong lanang ngemis-ngemis nang wong wadon koyok ngono!" seru ibu Slamet sambil menarik tangan Slamet agar berdiri.Ali yang melihat pemandangan di hadapannya tersenyum geli.Slamet menurut pada ibunya. Dia berdiri perlahan tapi tidak mengikuti langkah sang ibu yang menjauh dari rua
Baca selengkapnya
Bab 13. Mitos Nifas
Pria yang bersifat seorang raja akan memposisikan wanitanya sebagai ratu, tapi pria yang bersifat penjahat, akan memposisikan wanita sebagai belenggu atau bahkan alas di kakinya.***Ibunya terkejut melihat Slamet membuka wadah obat nyamuk cair dan mendekatnya ke mulutnya. "Tolong izinkan Yana dan anak Slamet kembali ke sini atau ibu akan melihat mayat Slamet!" teriak Slamet yakin.Ibunya mendelik! Tidak menyangka Slamet akan berbuat nekat seperti itu. "Turunkan obat nyamuk itu, Met. Bahaya!" Seru ibunya panik."Tidak Bu! Lebih baik Slamet mati saja jika Yana dan anak Slamet tidak pulang kesini!" Seru Slamet bertahan. Ibu menghela nafas. Merasa ragu apakah Slamet hanya akting saja demi membawa Yana dan anaknya pulang atau benar-benar berani meminum obat serangga itu."Met, ibu tahu. Kamu tidak akan senekat itu. Ibu tahu kamu bisa berpikir logis. Dan yang terpenting, ibu yakin kamu takut untuk meminumnya!" Kata ibunya yakin.Slamet terhenyak. Dia tidak menyangka jika ibunya tidak mu
Baca selengkapnya
Bab 14. Kedatangan Tetangga
Yana melihat mertuanya pergi menjauh dengan tersenyum penuh kemenangan."Emang enak," gumamnya lirih lalu kembali ke bayinya dan memeluk sang anak seraya memejamkan mata kembali."Yan, mas berangkat dulu ya," kata Slamet yang muncul dari kamar sebelah."Iya Mas," sahut Yana setengah terpejam.Memang sesuai kesepakatan dalam masa menunggu ingatan Yana kembali, Yana meminta tidur di kamar sendirian dengan bayinya dan Slamet di kamar sebelah.Dan Slametpun setuju. Dia tidur di kamar sebelah kamar Yana. Dan akan masuk ke kamar Yana kalau Yana memintanya untuk membantu menggendong anak mereka sementara Yana melanjutkan istirahat setelah menyusui.Slamet mendekat ke arah Yana. Sebenarnya dia ingin Yana kembali seperti dulu. Mengantarkannya sampai ke pintu depan rumah saat dia berangkat bekerja. Tapi sekarang, jangankan mengantarkan ke depan pintu, untuk tersenyum tulus pada Slamet saja sepertinya Yana keberatan. "Huft, entah lupa beneran atau pura-pura lupa, aku bersyukur Yana mau tinggal
Baca selengkapnya
Bab 15. Pemilik Tas itu
Yana terkejut saat melihat isinya. Sejumlah uang berwarna merah teronggok di dalam tas tersebut!"Astagfirullah, tas siapa ini Mas?!"Slamet terdiam. Karena sejujurnya dia tidak tahu."Entahlah, tapi bukankah kita butuh biaya untuk mengaqiqahkan Fajar?" tanya Slamet retoris.Yana memandangi suaminya dengan seksama. "Kita memang butuh uang untuk biaya aqiqah. Tapi bukan berarti kita menghalalkan segala cara Mas," tukas Yana tidak setuju."Kita tidak menghalalkan secara cara kok, kita minjam ke orang ini secukupnya saja lalu kita kembalikan kalau sudah punya uang, gimana?" tanya Slamet."Maaf Mas, aku tidak ingin seperti itu. Kembalikan saja pada pemiliknya. Pasti ada dompet yang berisi identitas kan?"Slamet lalu menuang seluruh isi tas ke lantai. Dan berhamburanlah lembaran uang merah.Diantara uang tersebut, Slamet memungut sebuah dompet dan membuka isinya.Ada selembar ktp dan Slamet memungut lalu membacanya."Coba liat Mas," Yana menengadahkan tangannya meminta KTP yang sedang dipe
Baca selengkapnya
Bab 16. Senjata Makan Mertua
FLASH BACK ON :Mertua Yana menghentak-hentakkan kaki menuju ke kamarnya. Amarah merajai hati sampai dadanya berdebar."Dasar mandul, sok suci. Mana Slamet nurut pula. Mana ada zaman sekarang kalau nemu uang terus dikembalikan. Ya pasti diambil sama yang nemu lah. Paling-paling kalau dikembalikan cuma berkas-berkasnya saja kayak KTP atau kartu ATM. Mana ada duit dibalikin. Huh, dasar bod*h," Mertua Yana mengomel panjang pendek."Hm, padahal aku kan pingin dibelikan kalung emas lagi. Dasar pelit, mandul, sok suci!" umpat mertua Yana lagi. "Awas saja nanti kalau Slamet keluar rumah dan mengembalikan uangnya, aku akan memberinya pelajaran," tukas ibu Yana. "Eh, bentar. Seandainya aku kirim sms ke Slamet agar dia ngasih aku duit sejuta dua juta, mungkin Slamet mau," Ibu Yana lalu mengambil ponsel dan mulai menuliskan SMS untuk anaknya.|Met, kamu nggak kasihan sama ibu kamu ta? Berikan ibu uang itu dikit saja. Ibu pengen makan enak||Maaf Bu, Slamet akan mengembalikan uang yang bukan h
Baca selengkapnya
Bab 17. Pertengkaran Pagi Hari
Yana segera mencuci tangan dan bergegas membuka pintu. Namun alangkah terkejutnya dia saat melihat tamu di luar pintu rumah Slamet ternyata adalah mbak Tita dan keluarga suaminya."Mbak Tita??" tanya Yana kaget saat melihat kakak iparnya berwajah sembab."Apa bu Siti ada?" sebuah suara berat terdengar dari belakang punggung Tita."Ada, di dalam. Mari masuk dulu. Saya panggilkan ibu ya," tukas Yana ramah sambil masuk ke dalam rumahnya dan mempersilahkan Tita dan keluarga suaminya masuk.Kakak nomor dua dari suaminya pun masuk ke dalam rumah. Diikuti oleh keluarga suaminya.Sementara Yana masuk ke dalam rumah untuk memanggil ibu mertuanya."Lo, Tita kesini kok nggak ngasih kabar dulu? Kan bisa ibu sediakan makanan dan minuman?" tanya ibunya saat sudah sampai di ruang tamu."Ibu..," Bukan jawaban yang Tita berikan melainkan langsung memeluk sang ibu."Lo ada apa ini?" tanya bu Siti memucat. Selintas firasat buruk menyergap. "Coba duduk dulu. Dan ceritakan apa yang telah terjadi," kata S
Baca selengkapnya
Bab 18. Tawaran yang Menggiurkan
"Apa? jadi selama ini kamu pura-pura amnesia?" Sebuah suara terdengar dari ujung pintu yang terbuka. Dan semua mata mengarah padanya."Ibu?!"Ibu Slamet maju mendekat ke arah Yana. "Kenapa kamu pura-pura amnesia?" tanyanya pada sang menantu.Yana terdiam. Tidak mungkin untuk jujur bahwa dia pura-pura lupa ingatan pada awalnya adalah agar mempermudah proses perceraiannya dengan Slamet."Kenapa diam saja? Jawab pertanyaan ibu, kenapa kamu pura-pura amnesia?" desak mertuanya.Sebelum Yana sempat menjawab, bayinya menangis keras. Yana segera menggendong dan menimang anaknya. "Bu, sudah. Jangan desak Yana lagi. Yana kehilangan rahimnya saja pasti bikin syok dan sedih, jangan ditambah dengan pertanyaan-pertanyaan yang sulit untuk dijawabnya," kata Slamet. "Haduh, kamu itu jangan lembek kalau jadi suami. Istri kamu nanti kurang ajar dan ngelunjak,"kata ibu Slamet. Sementara bayi dalam gendongan Yana semakin menangis kejer. "Ibu, sudah. Jangan membuat Yana sedih. Slamet takut kalau Yana s
Baca selengkapnya
Bab 19. Bertambah Rumit
"Saya tahu kamu sudah punya istri, tapi saya mau jadi istri kedua kamu. Bantu saya mengurus pabrik pengolahan daging warisan suami saya dan peternakan yang baru saya rintis. Hasilnya bisa kamu nikmati dengan keluarga kamu secukupnya. Saya tahu kamu kekurangan uang, dan saya juga ingin mempunyai seorang anak. Bagaimana menurut kamu, Mas?" tanya Rima membuat tenggorokan Slamet terasa tercekat."Tapi Bu, saya tidak bisa menduakan istri saya," tukas Slamet lirih."Coba kamu pikirkan lagi, kamu bisa menikmati aset suami saya tanpa harus bekerja keras. Kamu bisa mengajak istri kamu kontrol ulang pasca rahimnya diangkat dan kamu bisa membelikan ibumu kalung..,""Bagaimana Ibu bisa tahu semua informasi tentang saya?" tanya Slamet memotong pembicaraan Rima. Dia terkejut. Karena tidak menyangka bahwa walaupun baru mengenal Rima sehari, tapi Rima sudah mengetahui berbagai informasi pribadi tentang diri dan keluarganya."Slamet, jaman sekarang mudah sekali mencari informasi tentang orang lain apa
Baca selengkapnya
20. Memilih Menerima Tawaran
"Astaghfirullah, benarkah Pak?!" Seru Slamet terkejut dan refleks berdiri dari duduknya."Ada apa Met? Kenapa dengan mbak Eva?" tanya Tita panik."Iya Met, ada apa dengan kakak kamu?"Slamet melambaikan tangan ke arah ibu dan Tita, menandakan agar kedua perempuan itu berhenti bicara terlebih dahulu."Iya, karena itu pihak keluarga berhak mencari pengacara untuk menemani bu Eva dan suami sebelum dan selama sidang," kata suara polisi dari seberang telepon."Apa?" Slamet benar-benar terkejut dengan apa yang didengarnya."Pengacara?" tanya Slamet lirih membuat semua yang ada di ruang makan itu mendelik."Iya, sekian pemberitahuan dari kami," Polisi itu menutup teleponnya setelah mengucap salam.Slamet meletakkan ponselnya di atas meja dengan pikiran berkecamuk. Bingung untuk menolong nasib kakak pertamanya.Pengacara? Darimana dia akan mendapatkan uang untuk mnyewa jasa pengacara itu?"Hei Met! Ada apa sih? Malah bengong!" Tita menepuk bahu Slamet."E-enggak,""Jadi siapa tadi yang telepo
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
8
DMCA.com Protection Status