All Chapters of SAAT PENUMPANGKU ADALAH ISTRIKU DAN SELINGKUHANNYA: Chapter 11 - Chapter 20
29 Chapters
Sambutan Misterius Baskoro
Aku berjongkok di depan kolam renang sambil menikmatisegelas kopi dan menghabiskan sisa-sisa rokok. Sehabis makan siang tadi,aku berpindah tempat ke bagian samping rumah ini. Sekedar mengambil udara.Sejenak menyendiri, tiba-tiba teringat akan diri Shanti. Tak terasa sudah dua Minggu berpisah dengannya. Rasanyarindu juga.Beruntung sekarang punya kesibukan, sehingga hanya saat-saatsendiri begini baru teringat padanya.Di sini, di kediaman pak Baskoro ini aku diterima denganbaik. Dengan para pekerja lainnya juga mulai akrab. Rata-rata mereka malahsungkan padaku, padahal seprofesi, sama-sama sopir. Tukang kebun dan parapembantu juga pada segan.Kata mereka, aku sedikit berbeda dari mereka. “Mas Rohan kansopir merangkap asisten pribadinya non Rena. Ya jelas berbeda dengan kita,”kata pak Mun, si tukang kebun.“Rohan!”Sebuah teriakan mengagetkan aku. Suaranya berasal darilantai atas. Aku memutar kepala dan mendongak, Rena tampak melambai.“Naiklah! Aku butuh bantuanmu!”“Baik, Non.”Aku m
Read more
Penyesalan
Lewat tengah malam pak Baskoro dan aku ke luar dari sebuah kafe miliknya. Beliau mengajakku bertemu dengan seorang bawahannya, pak Adam, lalu aku pun diberi kesempatan untuk mendengarkan. Mereka membicarakan masalah suatu bisnisyang sedang mereka rancang. Sedikit banyak, aku mulai paham.Hanya itu saja. Aku hanya mendengarkan, setelah itu tidakada yang di bebankan ke padaku. Termasuk laptop yang kubawa pun menganggur. Tak tau rencana pak Baskoro melibatkan aku dalam pertemuan itu. Padahal, bisa saja beliau menyuruhku menunggu di luar.“Kamu perhatikan sikap Adam tadi?” tiba-tiba beliau menanyakan hal yang membuatku bingung, saat dalam perjalanan pulang.Aku tak menjawab, hanya meliriknya melalui kaca.“Bingung?” tanyanya lagi.“Iya, Pak,” akuku.“Kamu bakal tau,” ucapnya.Apa maksudnya? Sama sekali tak tertebak..Suara alarm berdering nyaring membangunkan aku. Semalam,untuk pertama kali mendiami kamar yang sudah dipersiapkan oleh Rena.Jam enam pagi aku bersiap-siap untuk pulang, kar
Read more
Mencari Cara
POV Shanti Kenapa cobaanku sedemikian dahsyatnya. Belum juga membaik hubunganku dengan bang Rohan, dia malah sengaja menjauhiku. Bagaimana caranya untuk menebus dosa-dosaku, kalau dia saja seakan sengaja menjauhi. Bang Roni. Aku langsung teringat padanya. Dia pasti tau tempat tinggal bang Rohan yang baru, karena hanya dialah satu-satunya orang yang dekat dengan keluarga kami di kota ini. Aku bergegas berdiri, lalu menuju ke tempat yang lebih teduh untuk memesan ojek online. Saat aku melintas untuk menyeberang jalan, tiba-tiba sebuah tangan meraihku. Tak tau dari mana sangkanya, seseorang ini datang kemudian menarikku ke pinggir jalan. “Lepaskan!” ucapku bernada teriakan. Dia tidak menghiraukan. Malah mendekatkan aku pada mobilnya. “Masuk!” perintahnya. “Enggak!” tolakku. “Kamu mau kita menjadi pusat perhatian!” Aku mengitari sekeliling dengan pandangan. Dan benar saja, tingkah kami dilihat oleh beberapa orang. Akhirnya aku masuk ke dalam mobilnya. Dia duduk di belakang stir.
Read more
Penasaran
POV ShantiTernyata, kontrakan yang dipilih bang Rohan berdekatan dengan pondok di mana Fikri belajar. Aku menjadi lebih bersemangat, karena dengan begini bisa sering-sering mengunjungi Fikri.Lebih bagus lagi lingkungan di sini juga lebih baik. Mungkin aku bisa belajar ilmu agama di sini. Dan sejauhnya bisa menghindari mas Dirga. Semoga saja dimudahkan.Kontrakan bang Rohan sudah di depan mata. Dan kunci rumah pun sudah kukantongi. Aku mendapatkannya langsung dari pemilik kontrakan. Dengan menunjukkan bukti buku nikah, maka mereka percaya kalau aku istri bang Rohan. Tapi, memang begitu kan?Setelah memasuki rumah itu, aku ingin segera menyiapkan makanan. Tapi sayang, kulkas hanya berisi makanan cepat saji. Berbagai macam makanan kaleng tersimpan di sana. Ada cake dan sisa makanan yang tidak habis.Sebenarnya, bang Rohan bekerja sebagai apa? Kenapa banyak sekali makanan enak dan mahal tersimpan di kulkasnya?Biasanya, dia akan cerewet sekali ketika aku membeli makan mahal seperti ini.
Read more
Sesaat Bersama Shanti
“Serius?” tanyaku tak percaya.“Masa mas Rohan gak tau, sih.”“Ya, aku kan baru tiga Minggu di sini. Mana aku tau.”“Iya juga, sih. Pak Tito itu baru selesai S2 di luar negeri, terus pulang untuk menduduki jabatan penting di kantor ini. Begitu sih,dengar-dengar, tapi baru gosip. Lihat saja sebentar lagi, pasti mereka, anaksama papanya itu sok berkuasa di sini.”“Pak Adam maksudnya?”“Iyalah. Pak Adam sama pak Tito. Dulu sebelum pergi ke luarnegeri, pak Tito kan bekerja di sini lebih dulu. Dia banyak memerintah daripada kerja dengan tangannya sendiri.” Mei berucap setengah berbisik.Lama-lama, obrolan kami sudah di luar batas. Jangan-jangan ada yang mendengar terus melaporkan pada pak Adam. Bisa gawat.“Sudah, ah. Gak ada hubungannya sama saya. Saya ke luar sajakalau begitu.” Aku meninggalkan Mei yang sebenarnya dia sibuk. Tapi,sempat-sempatnya mengobrol hal tak penting seperti tadi.Tak penting? Gak juga sebenarnya. Dengan begitu, aku tidakperlu menebak-nebak diri Tito. Rupanya dia an
Read more
Akhir Sebuah Malam
Saat keinginan itu seperti air yang mengalir, maka aku hanyabutuh muaranya.Tanganku ikut bergerak, mengikuti pergerakan Shanti yang semakinliar. Nafas mulai memburu di antara jemari ini yang bergerak membuka helai demihelai pakaiannya di bagian atas.Di saat yang sama, aku pun berusaha membalas usapan lembut tanganShanti, hingga terdengar jelas suaranya.“Ahhh ....”Aku menghentikan gerakan tangan. Otakku berhasil merekam kembalidesa—han itu, seperti desa—hannya kala itu.Tiba-tiba telapak tanganku mendorong tubuh Shanti. Menyentak lebih tepatnya.Dia terkejut, bahkan sedikit memekik karena punggungnya terbentur dinding.“Au, Abang ....”Nafasku terengah-engah. Mataku nanar menatapnya.Dia ... terlihat begitu menjijikkan.“Maaf, aku nggak bisa.”Amarahku memuncak seketika. Tapi tak mungkin kulampiaskan padanya. Aku tau, dia bersalah.“Abang, maafkan aku.”“Kenakan pakaianmu!” Perintahku.Aku mundur beberapa langkah, lalu bersandar di dinding lemari. Beberapa saat, sambil melihatnya y
Read more
Teguran Baskoro
“Aku melihat cinta di matanya.”Aku berdecak kesal. Tak ingin kutanggapi ucapannya yang ngelanturke mana-mana. Rena sudah bertunangan, dan itu sudah cukup sebagai bukti bahwadi antara aku dengannya tidak memiliki hubungan apa-apa.“Dia menyukai Abang,” ucapnya lagi.“Jangan ngawur, dan jangan mengada-ada.”Aku berdiri, lalu menyingkir dari hadapannya. Sakit dikepalaku saja belum reda, Shanti sudah menambahkannya lagi masalah yang lainnya.“Abang, tolong pertemuan aku dengannya. Setelah itu, akuakan pergi dari sini.”Shanti mengikutiku sampai ke kamar. Aku mengenyakkan bokong untuksekadar duduk mendengarkan ocehannya yang tak penting.“Kalau kamu sudah bertemu dengannya, apa yang akan kamulakukan? Dia, Rena tidak selevel dengan kita, Shanti. Aku tak mungkinmenyuruhnya meluangkan waktu hanya untuk mendengarkan ocehan kamu yang gakpenting itu.”“Aku gak penting. Iya, benar sekali. Setelah satu kesalahan fatal yang aku lakukan, semuanya seakan tidak ada yang penting lagi bagi Abang. Aku m
Read more
Demi Rena
“Maaf, Pak. Karena saya pikir, pak Tito lebih berhak membawanon Rena pergi. Mereka kan ....”“Tunangan?” Pak Baskoro menyahut ketika aku tidak berani meneruskan kata-kata.“Iya, begitu.”“Sekarang juga, kamu susul mereka. Saya tidak yakin Rena akan baik-baik saja bersama dengan Tito.”“Tapi ... mereka pasti marah sama saya.”“Kamu mau melihat mereka marah atau saya yang marah sama kamu?”Suara bas seorang Baskoro menggelegar seisi paviliun. Aku semakin tertunduk dan tidak berani mengangkat wajah.“Ba-baik, Pak. Saya permisi.”Aku memundurkan kaki dua langkah, lalu berbalik untuk menjalankanperintah.“Tunggu dulu!” cegah pak Baskoro. Aku pun berbalik lagi, menatap pria itu yang sekarang berjalan mendekatiku.“Saya lihat, cuma kamu satu-satunya orang yang pernah dan berani memarahi Rena dan Rena pun tidak membalas. Itulah makanya saya percaya padamu. Tolong, jangan ingkari kepercayaan saya.”Aku mengangguk, lalu membalas, “Mengerti, Pak. Saya permisi.”Langkahku pun terasa ringan karena
Read more
Kisah yang Belum Usai
“Anda mau melukai saya? Ingat, saya melakukan ini karena perintah pak Baskoro.”Aku buru-buru bangkit, tapi tetap membiarkan Rena tergeletak di rerumputan yang basah. Aku harus bersiap-siap menghadapi kemungkinan terburuk dari pemuda yang tengah mabuk ini.“Kembalikan Rena padaku!”“Anda pria berpendidikan. Tidak sepantasnya Anda berperilaku seperti ini. Rena adalah tunangan Anda. Dia pasti bakal menjadi milik Anda, tetapi tidak dengan cara hina seperti ini.”Bukannya surut, justru langkahnya malah semakin maju. Tito mulai memainkan pisau ke kanan dan ke kiri untuk mengelabuhi. Dengan jarak yang semakin dekat, bisa kubaui jika dirinya mabuk berat.“Silahkan simpan senjata Anda. Saya hanya berniat melindungi Rena, bukan merampasnya dari Anda,” ucapku lagi. Tapi sepertinya, alkohol itu telah melumpuhkan kesadarannya sehingga otaknya tidak mampu bekerja dengan benar.“Kamu takut? Sebenarnya kamu takut. Tapi aku tidak takut padamu. Tidak akan pernah takut. Kamu takut padaku, kan? Heh, kam
Read more
Bermalam di Villa
“Hei, pemabuk, lepaskan tanganmu,” ucapku sambil menepuk pipinya.“Aku sadar, aku nggak lagi mabuk,” jawabnya.“Kalau dia bisa menjeratmu dengan menyerahkan tubuhnya, sekarang kamu pun bisa melakukan hal yang sama,” ucapnya lagi, semakin tak kumengerti.“Jangan macam-macam. Aku lagi malas bercanda. Lepaskan tanganmu.” Aku meraih tangannya agar segera terlepas dari leherku. Tapi memang Rena ini sengaja mengerjai. Dia tetap tidak mau melepaskan.“Apa bedanya aku dengannya?” Sebuah pertanyaan keluar dari mulutnya yang masih berbau alkohol.“Jelas beda. Dia itu istriku. Ayo lepaskan!” jawabku masih memegangi tangannya.“Dulu, dia orang lain. Aku pun sama. Tapi kamu memilih dia, padahal kamu lebih dekat denganku.”“Ngawur kamu. Cepat lepaskan!”“Katakan, apa kurangnya aku?”“Gak ada yang kurang dari dirimu. Justru aku tidak memacari kamu itu sebuah keberuntungan bagimu.”“Untungnya di mana? Kamu pikir enak menahan sakit hati selama bertahun-tahun? Aku menderita, Rohan!”“Salah kamu sendiri
Read more
PREV
123
DMCA.com Protection Status