All Chapters of Simpanan Tunangan Tuan Presdir : Chapter 71 - Chapter 80
97 Chapters
Bab 71—Persiapan.
Harusnya Sanaya menolak. Harusnya hal ini tidak bisa terjadi untuk yang ke sekian kali. Harusnya dia bisa menahan diri untuk tidak terjerat ke pusaran gairah yang Dilan tawarkan. Bukankah ini akan semakin mempersulit? "Argh ..." Sanaya bangkit, terduduk di ranjang, lalu mengacak rambutnya asal. Frustrasi karena merasa lemah iman juga minim penolakan. "Dilan ngeselin!""Ngeselin apa ngangenin?" Yang diumpat baru saja keluar dari kamar mandi, langsung menimpali tanpa merasa kesal sama sekali. Dilan mengusak rambutnya yang basah dengan handuk kecil yang dikalungkan di leher, berjalan mendekati Sanaya yang tanpa sadar sudah menggodanya.Bayangkan, pemandangan indah yang disuguhkan Sanaya tentu akan memancing siapa saja yang memandang. Dua bukit indah yang ukurannya cukup lumayan di telapak tangan, menggantung sempurna, dihiasi jejak kissmark yang bertebaran. Semakin menambah kesan seksi.Sanaya melirik sinis ke arah Dilan yang duduk di tepi ranjang. "Kamu ngeselin! Aku 'kan udah bilang,
Read more
Bab 72—Jelang akad.
Saat ini Sanaya tengah bersiap-siap untuk akad nikah yang akan dilaksanakan secara dadakan dan beberapa jam lagi. Para asisten yang dibawa mami Anne tengah sibuk sedari tadi membantu sang calon pengantin di ruangan lain yang disediakan oleh pihak Rumah Sakit.Kabar pernikahan dadakan tersebut rupanya sudah terdengar di telinga para staf Rumah Sakit termasuk Direktur yang kebetulan teman dari papinya Leo. Oleh karena itu, keluarga besar Wiratama diberikan pelayanan khusus agar acara tersebut bisa terlaksana dengan baik dan lancar.Sementara itu, ayah Wili menunggu di ruang perawatan dengan ditemani papinya Leo, dan dokter Danu sebagai saksi dari pihak perempuan. Sedangkan dari pihak laki-laki, papinya Leo menunjuk asistennya untuk menjadi saksi.Dilan yang diminta ayah Wili untuk mencari penghulu pun baru saja tiba dan langsung masuk ke ruang perawatan bersama pria paruh baya. Dia nampak tenang walaupun dadanya merasa sangat sesak.Maniknya berpendar mengelilingi seluruh ruangan, menca
Read more
Bab 73—Kambuh.
"Kenapa dia ada di sini?" Leo bertanya dengan raut datar dan dingin, tatapannya seakan hendak menelan Sanaya hidup-hidup saat ini juga. Melihat Dilan berada di ruangan rawat ayah Wili tentu dia tidak suka. Apalagi ketika mengingat jika calon istrinya ada hubungan dengan manager kere itu.Ya, Leo selalu menganggap Dilan hanya seorang Manager kere yang tidak sebanding dengan dirinya. Sanaya menelan ludah susah payah, meremas ke sepuluh jarinya dengan perasaan takut. "A-ayah yang minta Dilan buat bantu pernikahan kita." Tergagap dia menjawabnya, maniknya bahkan tak berani menatap Leo yang berdiri dengan angkuh sambil bersedekap. Kenapa juga laki-laki brengsek ini membawanya ke tempat yang sepi seperti ini? Jauh dari orang-orang yang tengah menunggu mereka di ruangan rawat ayah. "Ayah atau kamu?" cecar Leo semakin menyudutkan Sanaya yang sontak menggeleng cepat. "Bukan! Bu-bukan aku! A-aku gak nyuruh dia." Perempuan yang siang ini terlihat sangat cantik itu mengibas-ngibaskan tangan
Read more
Bab 74—Fitnah.
Mendengar kata kambuh, lutut Sanaya rasanya lemas, seperti tidak bertulang. Sejurus kemudian tubuhnya terhuyung ke belakang, lalu dengan sigap mami Anne menahannya."Nay!""Mbak!""Sanaya!"Semua orang yang berada di sana tentu panik bukan main, pasalnya Sanaya terlihat sangat terpukul dan lemah. Perempuan itu seperti orang linglung, menatap kosong ke sekitarnya dengan pikiran yang tidak-tidak.'Ayah. Ayah gak boleh pergi ninggalin, Nay. Ayah gak boleh pergi.'Dalam hatinya Sanaya terus mencemaskan kondisi sang ayah yang sedang berjuang di dalam sana. Tak peduli riasan di wajahnya rusak akibat air mata yang luruh dengan deras.Leo pastinya tak menyia-nyiakan kesempatan, dia bersikap seolah-olah peduli dengan sang calon istri. "Sayang, kamu yang tenang, ya. Kamu yang tabah. Ayah pasti bisa melewati semua ini," ucapnya yang menopang tubuh Sanaya dari belakang.Papi menimpali, "Iya, Nak. Kamu tenang dulu. Ayah kamu pasti baik-baik aja. Dokter Danu lagi berusaha menangani."Dilan tidak bi
Read more
Bab 75—Maafin aku ...
"Benar. Dilan memang sudah gelapin uang restoran."Semua orang terperangah, mendengar pernyataan Sanaya yang sangat-sangat mengejutkan. Tak terkecuali Dilan yang berdiri tidak jauh dari perempuan yang terlihat datar itu. Sanaya sama sekali tidak berani menatapnya, malah menunduk dan sibuk mengusap lelehan air mata di pipi.'Kenapa Sanaya ngomongnya gitu? Apa maksudnya?' Rahang Dilan mengeras seketika, dia tak habis pikir dengan penuturan Sanaya barusan.Apa ini ada kaitannya dengan Leo, pikir Dilan."Oh, jadi dia beneran korupsi?" Mami Anne mencibir ketus, memicik tajam seakan Dilan adalah penjahat yang harus disingkirkan. "Laporin aja ke polisi! Biar dipenjara sekalian!" usulnya bersungut-sungut kesal."Ya, benar! Laporkan saja ke polisi," timpal papi, yang juga menyoroti Dilan dengan sinis. "Biar dia jera." Sebagai teman sekaligus calon besan, Andi merasa tidak terima jika ada yang mencoba mengkhianati Wili. Terlebih, kondisi ayah dari Sanaya itu sedang tidak baik-baik saja."Jangan
Read more
Bab 76—
"Auw! Sakit, Bi!" Dilan meringis ketika Bianca menempelkan handuk yang sudah diisi es batu ke kulit wajahnya yang terluka. Dingin dari es bercampur rasa perih tentu semakin menambah nyeri."Tahan bentar dong." Bianca mencibir, lalu meniup bagian yang sedang dia kompres. "Lagian, kamu berantem sama siapa, sih? Kok bisa babak belur begini?" tanyanya, seraya menyudahi mengompres, lalu mengambil kotak obat yang sudah dia ambil sebelumnya di meja.Dia yang sengaja mampir ke apartemen Dilan sepulang dari kampus, mendapati tunangannya sedang kepayahan di sofa. Wajah tampan Dilan dipenuhi dengan luka dan darah. Siapa yang tidak cemas?"Ada orang gila!" sahut Dilan asal, ringisan di bibirnya memudar berganti dengan gerutuan. Dia tentunya tidak akan menceritakan apa yang telah terjadi dengan dirinya di rumah sakit.Bianca juga tidak tahu menahu soal Sanaya yang menikah hari ini. Dilan tak berminat atau pun enggan membahasnya untuk saat ini.Bianca mengolesi luka di sudut bibir sang tunangan den
Read more
Bab 77—Ikut kami.
Dilan menekan puntung rokok yang entah sudah ke berapa pada asbak yang ada di meja, lalu meneguk kaleng bir favoritnya sampai tak bersisa. Mulutnya menghela napas lelah, dan frustrasi. Menyugar rambut yang ternyata mulai memanjang ke belakang.Sudah lebih dari satu jam berlalu, saat Bianca pergi meninggalkan unitnya. Namun, perbincangannya yang menyinggung tentang masa lalu masih terngiang di telinga, bahkan ingatan akan sosok yang sudah lama sekali hampir terlupa hadir kembali. 'Kakek kamu dateng ke butiknya Mami kemaren siang. Beliau nanyain soal kamu.' Info yang diberikan Bianca cukup mengusik ketenangan Dilan yang beberapa tahun terakhir ini adem ayem. Mungkinkah kedatangan Bianca kemari memang sudah direncanakan? Gadis itu sengaja datang hanya ingin membahas persoalan yang sejak lama sekali Dilan lupakan? Soal identitas, jati diri dan latar belakangnya yang selama ini Dilan tutupi. "Ck! Kalo Kakek memang inget aku, kenapa gak dateng temuin orangnya langsung? Kenapa malah kete
Read more
Bab 78—Pulang.
Setelah dibuat terkejut dengan kedatangan dua orang pria yang tidak dikenal, kini Dilan harus menuruti perintah untuk ikut bersama ke suatu tempat lantaran sang kakek yang meminta. Dilan sebetulnya malas untuk ikut karena merasa tidak berminat sama sekali bertemu dengan sosok angkuh yang dulu membuat sang ibu menderita. Namun, perihal kabar mengejutkan yang dikatakan orang suruhan kakeknya tak khayal membuat naluri Dilan sebagai seorang cucu tergugah. Kasihan? Atau ... simpati kah?Entahlah! Yang dirasakan olehnya saat ini adalah perasaan yang mungkin sangat sulit untuk dijelaskan. Mungkin, benar kata orang, jika hubungan darah lebih kental dari apa pun. Sejahat-jahatnya sang kakek, kenyataan yang tidak akan pernah bisa disembunyikan maupun hindari ialah, Dilan cucu dari seorang konglomerat ternama di ibukota bernama Cokro Suryo. Darah yang mengalir di tubuhnya pun mengalir darah kakeknya. Ketika roda empat yang membawanya pergi dari apartemen berbelok ke tempat di mana dulu dia
Read more
Bab 79—Dipercepat.
Sudah hampir tiga jam Dilan berada di rumah kakeknya, kini dia tengah duduk di ruang kerja bersama orang kepercayaan Cokro yang ternyata sudah diberikan tugas untuk menjelaskan perihal surat wasiat. Menyimak dengan seksama, meskipun ada banyak hal yang tidak dia habis pikir, mengapa sang kakek mewarisi semua harta kekayaannya untuknya.Kekayaan yang tak terhitung jumlahnya itu sungguh membuat kepalanya berdenyut dan pusing mendadak. Bagaimana tidak? Secara, selama ini dia tidak pernah sekalipun mengetahui seluk beluk harta sang kakek itu berasal. Namun, dari penjelasan lelaki paruh baya yang katanya orang kepercayaan sekaligus notaris kakeknya itu, mengatakan bahwa ahli waris satu-satunya adalah dirinya yang merupakan cucu laki-laki satu-satunya. Maka mau tidak mau Dilan harus menerima apa yang telah diminta sang kakek.Lalu, bukankan dia juga punya saudara sepupu perempuan? Kenapa mereka tidak diberikan sepeserpun warisan tersebut? "Maaf, saya pikir belum waktunya surat ini saya ta
Read more
Bab 80—Malam pengantin.
Inginnya menolak pernikahan yang rupanya sudah dipersiapkan dengan sangat-sangat meriah dan mewah. Ballroom hotel bintang satu itu telah disulap bak di negeri dongeng, khas sekali dengan kesukaan Bianca. Semuanya sudah direncanakan dengan matang, tetapi Dilan tidak mengetahui sama sekali perihal pernikahan dadakan tersebut. Harusnya, pernikahan ini terjadi sekitar satu bulan lagi, itu pun kalau Dilan tidak berubah pikiran dan membatalkan rencana yang telah dirancang Irene dan Bianca. Jujur, perasaan Dilan sama sekali tidak pernah tertaut dengan gadis yang sudah resmi menjadi istrinya ini. Apalagi menghabiskan sisa hidupnya bersama perempuan yang selama ini sudah dia anggap seperti adik. Semua terjadi begitu cepat! Keras kepalanya Bianca yang kukuh melanjutkan pernikahan ini, kemungkinan akan menyebabkan sesuatu yang tidak baik. Sesuatu yang dipaksakan bukankah akan berakhir tidak baik? Dilan tidak mencintai istrinya itu, meskipun mereka akan tinggal dalam satu atap.Ah, dia jadi me
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status