All Chapters of Simpanan Tunangan Tuan Presdir : Chapter 81 - Chapter 90
97 Chapters
Bab 81—Kenyataan pahit.
Semilir angin malam ini cukup menyejukkan suasana hati Dilan yang memanas, setelah mendengar kabar perihal pernikahan Sanaya dan Leo. Ditambah dengan kabar keduanya yang akan melakukan perjalanan bulan madu ke Bali, tak pelak membuat dada pemuda yang baru resmi menjadi suami itu semakin terasa sesak. Dilan tak sengaja mendengar percakapan antara mertuanya dan mertua Sanaya saat di pelaminan tadi. Mami Anne lah yang terlihat paling antusias menceritakan soal pernikahan putera satu-satunya dengan gadis pilihannya. Hanya mendengarnya tetapi rasanya seperti ada belati yang menusuk ulu hati Dilan, bayangan kebersamaan Sanaya dan Leo saja sudah sangat menyiksanya, apalagi bila semua itu sampai benar-benar terjadi."Ck!" Decakan lolos dari mulut Dilan, setelah mengepulkan asap rokok ke udara. "Gue malah kepikiran Sanaya, gimana reaksinya Leo kalau tau istrinya udah gak perawan." Hal itulah yang sedari tadi membebani pikiran Dilan. Mengingat, jika Sanaya sudah tidak lagi perawan. Dia cemas
Read more
Bab 82—Kejarlah Cintamu.
"Bagaimana kondisi Kakek saya, Dok?" Dilan bertanya pada dokter yang selama ini menangani sang kakek secara intensif selama hampir enam bulan lamanya. Dari yang awalnya stroke separuh sampai sudah bisa menggerakkan seluruh anggota tubuhnya. Tentunya dengan terapi yang rutin dijalani dan semangat Tuan Cokro untuk sembuh pun sangatlah besar."Perkembangan kakek Anda sangat signifikan, Tuan. Berkat semangat dan motivasi dari Anda pula, beliau bisa pulih kembali dengan cepat. Saya benar-benar tidak menyangka jika Tuan Cokro akan pulih dengan cepat seperti sekarang. Selamat." Dokter yang menangani pun sampai tidak percaya, dan sangat senang dengan kesembuhan pasien eksklusifnya itu. Berbulan-bulan mendampingi, dan memberikan pelayanan khusus, tak sia-sia kinerjanya yang cukup menyita waktu tersebut. Sang dokter hanya dikhususkan melayani keluarga besar Cokro dan tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan di luar profesi atau mengambil praktek di Rumah Sakit umum.Dilan tersenyum sembari mem
Read more
Bab 83—Pertemuan.
Seorang perempuan cantik nampak tersenyum puas ketika melihat hasil kerja kerasnya selama dua jam lebih. Berkutat dengan peralatan dapur dan bahan-bahan kue, baginya itu sudah tidak asing lagi. Aroma kue yang baru saja keluar dari oven seketika memenuhi ruangan tersebut. Hingga menarik perhatian seseorang yang baru saja masuk. "Hem, baunya enak banget, Mbak. Pasti rasanya juga gak kalah enak," seru gadis berhijab itu, mendekati meja kitchen set, lalu mengipas-ngipas asap yang masih mengepul, yang berasal dari kue. "Resep baru lagi, Mbak?" Manik gadis itu seolah enggan melepas tatapannya dari kue bertabur keju tersebut. Rasa ingin mencicipi pun muncul tiba-tiba, tetapi dia masih menunggu sampai sang empunya menawarinya."Iya. Saya coba kombinasi dikit aja, Ren. Gak tau gimana rasanya," ucap perempuan yang membuat kue berbahan dasar putih telur itu. "Kamu cobain, ya? Nanti kasih nilai." Dia mengambil pisau khusus memotong kue dari kitchen set. "Siap, Mbak. Kalo masalah icip-icip, mah
Read more
Bab 84—Kita sama.
Apakah ini nyata? Atau ... ini hanyalah ilusi Sanaya? Belum ada beberapa menit dia memikirkan Dilan. Namun, detik ini lelaki yang selama ini mengisi kekosongan hatinya berdiri di hadapan. Sosok pelindungnya dulu—lelaki yang mempunyai tempat spesial di hatinya hingga sekarang.Tapi tunggu! Apa ini betul Dilan? Sebab, ada sedikit yang berbeda dari penampilan lelaki berkulit putih itu. Dari yang Sanaya lihat, Dilan lebih gagah, berkharisma dan semakin menawan. Potongan rambutnya sangat rapi, rahangnya yang tegas ditumbuhi bulu-bulu halus semakin menambah kesan maskulin. Senyum itu... Senyum yang sangat khas sekali. Sanaya tak akan pernah lupa.'Astaga, apa yang aku pikirin? Sadar, Nay! Dilan udah jadi suami orang. Kamu gak boleh mikir yang macem-macem.' Sanaya merutuki keteledorannya, lantaran secara tidak sadar sudah mengagumi sosok pria yang sudah beristri. Dia tidak salah 'kan? Kalau lelaki yang berdiri di hadapannya sudah beristri? Terkesiap, disertai gelengan kecil, Sanaya berd
Read more
Bab 85—Masih nyebelin.
"Apa ...?"Sanaya termangu, maniknya yang bulat mengerjap lambat, seakan tengah mencerna baik-baik pernyataan Dilan yang sangat mengejutkan. Tak ingin menelannya bulat-bulat, dan menyimpulkan sekenanya.'Dilan cerai? Tapi, kenapa Dilan bisa tau kalo aku juga udah bercerai dari Leo?'Haruskah Sanaya meminta penjelasan dari lelaki ini?"Hmm, kamu cerai sama istrimu?" tanya Sanaya, yang sedikit ragu karena takut dianggap terlalu ingin tahu."Kayak yang aku bilang tadi. Kami menikah karena dijodohkan. Sementara aku gak pernah cinta sama dia. Dari awal kami nikah, aku udah berusaha mencintai Bianca. Tapi nyatanya, aku gak bisa, Nay. Aku gak bisa gantiin posisi kamu di sini." Dilan bicara panjang lebar, kemudian memegang dadanya, dan lanjut berkata lagi, "Di hati aku."Ada binar harap yang dapat Sanaya tangkap dari sorot mata Dilan yang sayu. Tatapan penuh cinta itu memang masih sama seperti dulu, tak ada yang berubah sedikit pun.Itu artinya, Dilan pun sama dengan dirinya selama ini. Masih
Read more
Bab 86—Will you marry, me?
"Wah, pacarnya Mbak Nay itu, udah baik, rajin, ganteng lagi. Beruntungnya kamu, Mbak dapet laki-laki kayak gitu." Rena tak berhenti memuji Dilan sejak lelaki itu menginjakkan kakinya di toko kue Sanaya. Selain tampan, dan meski berpenampilan sangat rapi, Dilan tak merasa malu sedikit pun untuk membantu Sanaya melayani para pembeli. Toko kue Sanaya memang sangat ramai di jam-jam sore seperti sekarang ini, ditambah dengan kehadiran Dilan, toko tersebut malah semakin ramai saja. Tak khayal, membuat sang empunya toko menjadi agak sedikit kesal karena beberapa para pembeli terang-terangan menggoda Dilan.'Hish, maksudnya apa coba? Udah dibilangin gak usah bantuin, malah nekad ke sini. Sekarang malah tebar pesona sama cewek-cewek.' Dalam hatinya, Sanaya tak berhenti menggerutu. Pemandangan yang ada di depan mata, benar-benar membuatnya kesal setengah hidup. Dilan dengan santainya menanggapi para wanita itu yang ingin mengajaknya berkenalan. Hei, Sanaya! Apa kamu sedang cemburu? Kepala
Read more
Bab 87—Gelisah.
Hampir menjelang tengah malam, tetapi Sanaya tak kunjung dapat memejamkan mata lantaran terus kepikiran lamaran Dilan yang dia tolak. Meskipun Dilan tidak merasa keberatan dengan penolakannya. Namun, Sanaya tahu, jika lelaki itu begitu kecewa akan keputusannya.Bukan hal yang mudah, bagi Sanaya untuk menerima begitu saja lamaran Dilan yang mendadak. Dia hanya ingin meminta waktu, dan memikirkan ini baik-baik.'Oke. Aku akan nunggu sampai kamu siap, Nay.'Tanggapan Dilan bahkan masih terngiang di telinga perempuan yang saat ini menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Sorot kecewa yang terpancar dari manik Dilan juga masih terbayang-bayang di ingatan."Heuhh ..." Menyibak selimut, lantas bangkit dan terduduk. Sanaya menghela napas panjang sembari menyugar rambutnya ke belakang. "Aku harus gimana, Tuhan?"Perasaannya tentu masih terpatri kepada sosok laki-laki itu—Dilan Ibrahim Pasha. Cintanya tak pernah berkurang sedikit pun hingga detik ini. Lalu, apa yang membuatnya ragu menerima lam
Read more
Bab 88—Ke Jakarta.
Tidur hanya beberapa jam saja, rupanya tak membuat semangat dan tenaga Sanaya berkurang. Keceriaan dan binar bahagia terpancar dari wajahnya yang semakin terlihat cantik dalam balutan hijab dan gamis berbahan serupa. Sengaja bersiap-siap lebih awal setelah meminta Rena dan Sita untuk mengambil alih tugasnya membuat kue.Untungnya, Sanaya selalu menyiapkan semua bahan kue terlebih dahulu untuk kebutuhan besoknya. Jadi, Rena dan Dita yang sudah terbiasa membantu membuat kue tak merasa kewalahan dan keteteran.Beberapa kue sudah matang dan siap untuk dipajang, sisanya akan menyusul seperti biasa. Sanaya hanya tinggal mencatat kue-kue selanjutnya yang akan diproses."Ren, kalo waktunya gak cukup mending gak usah bikin brownies. Apa adanya aja gak pa-pa. Daripada gak ada kue sama sekali," ucap Sanaya, yang sedang menata sifon cake yang siap di panggang di dalam oven. Masih ada beberapa menit lagi sebelum Dilan datang menjemputnya.Sembari menunggu, Sanaya membantu-membantu terlebih dahulu.
Read more
Bab 89—Sambutan Kakek.
Seperti janjinya, setibanya di Jakarta, Dilan langsung membawa Sanaya ke makam ayah Wili, menemani perempuan itu yang katanya ingin berziarah. Untuk yang ketiga kalinya Dilan ke tempat tersebut. Yang pertama saat dia tahu kabar jika ayahnya Sanaya telah meninggal. Yang kedua beberapa waktu yang lalu ketika dia hendak pergi menyusul Sanaya ke Jogja. Lalu, hari ini, Dilan berniat meminta restu kepada orang yang telah membantunya dulu.Kondisi makam yang bersih dan rapi tentu menimbulkan pertanyaan di benak Sanaya, yang baru saja tiba. "Ini? Kenapa makam Ayah keliatan rapi?"Manik Sanaya menyusuri makam yang nampak berbeda dari hari terakhir yang dia lihat. Makam ayah sudah dipondasi sedemikian rupa, dengan kelopak bunga mawar merah dan putih berada di atasnya.Karena seingatnya, Sanaya lupa meminta pengurus makam untuk merawat makam sang ayah. Berada di kota yang jauh, cukup menyulitkannya berkomunikasi dengan pengurus makam."Mungkin ada orang baik yang meminta tolong sama pengurus mak
Read more
Bab 90— Hadiah Untuk Sanaya.
Dulu, Sanaya memang pernah tinggal di rumah besar, tetapi tidak sebesar rumah kakeknya Dilan. Untuk ukuran kamar yang dia tempati saat ini saja, luasnya melebihi kamarnya waktu di rumahnya dulu.Ah, Sanaya malah jadi rindu rumahnya yang dulu. Kenangannya tertinggal di rumah masa kecilnya itu. Andai, dia tidak terpaksa menjualnya demi menutupi utang ayah kepada keluarga Leo. Pasti, saat ini Sanaya masih bisa menempati rumah tersebut.Ada rasa sesal tersendiri sebenarnya, ketika Sanaya memutuskan menjual seluruh peninggalan ayah. Akan tetapi, mau bagaimana lagi, dia sama sekali tidak punya pilihan selain menjualnya, sebab Sanaya takut sang ayah menanggung beban berat di akhirat sana.Sedikit demi sedikit dia mulai paham soal hukum utang yang tidak dibayar meski nominalnya sangat kecil. Sanaya sayang dan ingin ayahnya tak terbebani dengan urusan utang. Kendati, dia harus kehilangan segalanya."Ah, iya. Baik-baik. Terima kasih. Besok saya sudah bekerja lagi. Silakan kirim dokumennya ke ka
Read more
PREV
1
...
5678910
DMCA.com Protection Status