All Chapters of Satu Atap Dengan Gundik Ayahku: Chapter 51 - Chapter 60
70 Chapters
Bab 32.B
Bisa saja begitu."Ayah, aku tuh ga pernah nyuruh dia nyetrika sampai malam, dianya aja kalau kerja lelet, kalau kerja sambil main hape, ya jelas aja kelarnya malem," sahutku sambil mencebik.Lelaki ini juga menyebalkan, selain kerap membela anak pembunuh itu, ia juga seperti tak tertarik ketika kusarankan rujuk dengan bunda.Apa ia tak mikir masa tuanya seperti apa tanpa istri? atau jangan-jangan ia mau cari yang lain?"Ayah rasa kamu ngasih dia gaji terlalu kecil, Ra, setidaknya tambahin lagi lah satu juta, gaji asisten rumah tangga emang pasarannya segitu, kamu jangan zalim dong sama orang."Aku mengerlingkan mata melihat ayah begitu peduli pada anak mantan istrinya, lama-lama bisa bahaya jika anak itu terus tinggal di sini."Udah deh Ayah ga usah ikut campur urusanku, lagian kenapa sih Ayah peduli banget sama tuh anak? Ayah sayang sama dia? mau angkat dia jadi anak?" Aku memandanginya dengan tajam.Ayah terlihat mengusap wajah dengan gusar "Zara, kamu sudah dewasa, sebaiknya hila
Read more
Bab 33.A
Sore usai pulang dari kantor aku melajukan mobil menuju rumah bunda, otakku berfikir keras, siapakah seseorang yang ia ingin kenalkan pada anaknya ini?Bunda sudah menunggu sambil duduk di kursi terasnya, bibirnya tersenyum ketika melihat mobilku datang."Baru pulang?" tanya bunda."Iya, baru banget." Aku masuk ke dalam bersamanya."Nih minum dulu." Kali ini bunda menyodorkanku segelas teh manis hangat yang dipadukan dengan perasan jeruk lemon."Siapa sih yang mau Bunda kenalin ke aku?"Bunda tersenyum malu-malu, aku jadi curiga mungkinkah ia ingin memperkenalkan kekasihnya? kutatap mata bunda dengan serius."Sebentar lagi dia datang." Bunda tersenyum."Ia siapa?"Sebuah klakson mobil mengalihkan perhatian, kami berdua lantas menoleh ke arah depan, sebuah mobil Pajero hitam terparkir di sana.Lalu keluarlah seorang lelaki yang berpenampilan gagah, dari usia sepertinya ia tak jauh beda dengan ayah, hanya penampilanhya saja yang membuat ia tak terlihat tua.Kaca mata hitam itu dilepas,
Read more
Bab 33.B
Aku memutuskan pergi ke Cafe milik Arvin yang baru dibuka minggu-minggu ini, tempat yang dihias kekinian dan dipenuhi spot untuk Poto Selfi itu memang mulai ramai dikunjungi orang-orang, karena tempatnya yang bagus dan menu-menu dengan harga terjangkau."Dih, orang sibuk baru nongol." Pemuda betubuh tinggi dengan hidung mancung itu langsung menyapa begitu aku masuk ke dalam cafenya.Aku langsung duduk di salah satu meja dengan wajah ditekuk, ia pun menghampiri lalu duduk di hadapanku."Pasti lagi ada masalah."Tepat sekali ia selalu bisa menebak isi hati."Nyokap gua, Vin." Aku mendelikkan mata."Kenapa lagi nyokap lu?""Mau kawin lagi, dan yang bikin gue sebel dia malah nikah sama orang lain bukan sama Ayah gue, 'kan ngeselin.""Udah gitu bokap gue juga ga kalah rese, lu tahu ga dia belain anak pelakor itu terus-terusan, bahkan sekarang sampe dikasih kerjaan."Arvin terkekeh-kekeh di atas rasa jengkelku, dia emang teman paling rese sedunia."Ngapa lu ketawa?!" Aku menepuk lengannya k
Read more
Bab 34.A
"Ga punya, Vin, ngapain juga gua nyimpen potonya." Aku mendelik kesal."Lagian kenapa lu yakin begitu sih? nama Zaenal di dunia ini banyak tahu!" Arvin garuk-garuk kepala. "Iya juga sih, mudah-mudahan aja deh itu bukan bokap gua, kalau bener rencana gua bisa gagal."Seketika aku menoleh padanya. "Gagal apaan?""Ah kepo, ini urusan lelaki." Ia terkekeh"Lu mau minum apaan? buat lu gratis deh," tanya Arvin"Serius gratis." "Serius, tapi nanti kalau mau pulang harus bayar." Ia terbahak.Memang kurang asem nih laki, untung temen kalau laler udah kuinjek-injek."Ga jadi gua mau balik!" Aku langsung berdiri dan nenteng tas."Weh gua becanda, Cinta, eh salah ya." Ia menutup mulutnya, sambil mencegat kepergianku"Cinta cinta makan tuh cinta!" tegasku sambil melotot."Mana ada orang makan cinta, mending makan cake spesial cafe gua aja, bentar gua ambilin ya, lu duduk manis aja di sini biar makin manis."Lelaki itu pun pergi ke dalam, heran juga pada lelaki itu kalau becanda suka kelewatan, i
Read more
Bab 34.B
Ternyata anak gadis Mbak Asih dan beberapa orang lelaki pun ikut bersaksi untuk memberatkan Tante Miranda.Sedangkan Tante Miranda duduk di tengah-tengah dengan wajah tertunduk, mungkin saat ini hanya Tiara yang berpihak padanya, karena perempuan itu sendirian tak memiliki kuasa hukum.Nenek, ayah, bunda dan Om Burhan ikut bersamaku di barisan terdepan, sedangkan Tiara duduk di bangku sudut ruangan, keluarga Tante Miranda dan Tante Dina pun hadir, karena ayah telah memberitahu mereka semua."Alhamdulillah."Kami semua serentak mengucap Hamdallah kala hakim membacakan putusan. Tante Miranda dijatuhi hukuman penjara delapan belas tahun, sebenarnya bisa saja ia dihukum seumur hidup jika ada bukti yang lebih kuat.Namun, hukuman itu saja sudah membuat kami semua bersyukur, karena setidaknya kematian Tante Dina bisa terbalaskan, dan nama baiknya kembali bersih karena dikenal mati dibunuh, bukan mati karena bunuh diri."Mama!" Tiara berteriak.Anak itu menangis sesenggukan sambil menghampir
Read more
Bab 36
"Farah ternyata udah suka sama kamu duluan, Vin. Dari dulu lagi." Aku tersenyum masam.Sekarang canggung rasanya bicara lu gua dengan sahabatku ini, dan entah kenapa ada rasa sedih yang menyelusup ke ulu hati saat mengetahui isi hati Farah.Apa mungkin aku mencintainya?Entah, aku tak pernah mengenal kata cinta diusia yang menurut orang cukup matang berumah tangga, aku disibukkan belajar oleh ayah dan bunda.Dan lagi wanita yang telah melahirkanku itu tiada henti memberikan nasihat agar aku jangan pacaran sebelum menikah."Hah? Farah suka sama aku?" Arvin keheranan.Ternyata bukan hanya aku yang syok tapi Arvin juga, karena selama ini kami bersahabat begitu dekat dan akrab."Iya, kemarin dia cerita sama aku."Kami saling terdiam cukup lama."Terus gimana perasaanmu ke aku?" tanya Arvin"Ga tahu lah, Vin, sekarang ini aku ga mikir ke arah situ, aku juga bingung.""Ga usah bingung lah, Ra, yang penting sekarang kamu udah tahu isi hatiku, dan aku juga udah siap melamar kamu, soal mau dit
Read more
Bab 37
"Ayah ada hubungan apa sama Mbak Rosa?" tanyaku ketika kami makan malam.Lelaki yang baru mencukur kumis dan brewoknya itu menatapku tak enak, aku mendelik, kesal sekali punya ayah yang tak ada habis-habisnya mengalami masa pubertas."Hubungan kami ya ... sekedar bos sama sekretaris aja kok, kenapa emang?" Ayah malah terlihat asyik mengunyah."Ga usah bohong! Aku tuh lihat tadi sore Ayah jalan sama wanita itu 'kan? Ayah juga anterin perempuan itu ke rumahnya." Ayah mendadak berhenti mengunyah.Ia lalu menatapku."Aku tuh tadi ada di cafe itu, saking asyiknya mesra-mesraan sampai anak sendiri ajanga kelihatan." Aku mendelik.Ayah malah diam, mungkin kebingungan mau bicara apa."Oh ga hanya itu aku juga ikutin Ayah kok tadi ke rumah Mbak Rosa. Ayah tahu, ternyata di rumah itu ada Tiara."Sekali lagi ayah menatap wajahku."Tiara? bukannya dia ngekos?" tanya ayah.Hebat sekali dia sampai-sampai mengetahui kehidupan anak mantan gundiknya."Dia tinggal sama Mbak Rosa, coba deh Ayah tanya. A
Read more
Bab 38.A
Aku kembali ke kantor naik taxi, saat ingin memasuki ruang kerja aku berpapasan dengan ayah, ia tersenyum senang menatapku."Kenapa?" tanyaku agak sinis."Mbak Rosa itu perempuan baik 'kan, Ra?" tanya ayah.Ternyata itu alasan ayah tersenyum merekah, aku jadi curiga jangan-jangan Mbak Rosa mendekatiku karena disuruh ayah, atau jangan-jangan uang yang dipakai nraktir aku tadi juga berasal darinya.Aku cemberut tanpa bersuara lagi lalu masuk ke dalam, Mbak Rosa memang penuh teka-teki, aku harus hati-hati.Pulang kerja seperti biasa Arvin sudah stand by di depan kantor, lelaki itu tersenyum kala aku memasuki mobilnya."Capek ya?" tanya Arvin basa-basi."Ga juga." "Ya udah kalau gitu jalan sekarang ya Ibu peri." Arvin terkekeh.Lebay banget."Kalau udah nikah nanti kamu ga harus capek kerja, Ra, diem aja di rumah jadi nyonya Arvin." Ia tersenyum sambil menatapku.Aku mengerlingkan mata, belum kepikiran ke situ."Aku mau pulang ke rumah bunda aja deh, Vin." "Siap, nyonya."Arvin masih sa
Read more
Bab 38.B
"Aku pergi dulu ya, Bun." Tanganku terus terukur hendak salaman."Tunggu Zara."Aku terpaksa menghentikan langkah."Jangan lama-lama, kalian harus cepet nikah, dan jangan terlalu sering ketemu takutnya terbujuk rayuan setan," ujar bunda memberi nasehat."Iya, tenang aja," balasku singkat.Sebelum ke kantor terlebih dulu aku mampir menjemput Farah, sahabatku itu keheranan melihatku lagi-lagi diantar lelaki pujaannya.Saat di mobil ia memang tak banyak bertanya, tapi setelah di kantor."Lu kok berangkat bareng Arvin terus sih, Ra?" Akhirnya pertanyaan itu dilontarkan jugaAku diam sebentar menyiapkan kata agar tak melukai hatinya."Iya, Rah, dia anter jemput gua tiap hari."Seketika ia berhenti melangkah, begitu pula denganku."Ngapain?" tanya Farah sambil melirikku."Kita ke kantin dulu yuk ada yang mau obrolin, masih ada waktu sepuluh menit." Aku melihat arloji.Farah mengangguk tanpa bicara, kami berjalan beriringan dalam diam."Mau ngomong apa?" tanya Farah lagi usai kami duduk di s
Read more
Bab 39.A
"Om Zaenal," ucapku, mereka masih diambang pintu.Kami duduk di sofa tanpa saling bicara terlebih dulu, hanya ayah yang menyapa mereka, Arvin pun sepertinya sudah mengerti dengan keadaan ini."Mas, jadi Nak Arvin ini anakmu?" tanya bunda.Om Zaenal yang sedang mengobrol dengan ayah pun seketika menoleh."Iya, Naima."Ada luka di mata bunda begitu pula dengan Om Zaenal yang terlihat kecewa."Tunggu dulu, apa sebelumnya kalian sudah saling kenal?" tanya ayah, sepertinya ia belum mengerti dengan apa yang terjadi sementara mamanya Arvin diam saja, seperti risih berdekatan dengan mantan suaminya."Maaf, sebenarnya Om Zaenal ini calon suami Bunda," sahutku dengan terpaksa, aku muak ada teka-teki diantara kami.Arvin terlihat gusar mengusap wajahnya, sedangkan ayah dan mama Arvin jelas terkejut memandang bunda dan Om Zaenal bergantian.Suasana mendadak kaku, aku pun bingung entah harus apa."Apapun keadaannya aku tetap mau menikahi, Zara, Ma, Pa," ucap Arvin dengan tegas.Bunda dan Om Zaenal
Read more
PREV
1234567
DMCA.com Protection Status