All Chapters of ZAHA REBORN: Chapter 141 - Chapter 150
206 Chapters
141. DUKA DAN DENDAM
Sam dan Acera yang baru saja tiba di komplek perumahan tenpat Zaha tinggal, dibuat tercengang dengan pemandangan mengerikan yang mereka temui.Saat itu, pos ronda yang biasa menjadi tempat nongkrong para preman dan kelompok Zulham tinggal, terlihat begitu berantakan.Lebih dari dua puluh orang rekan mereka, terbaring dalam keadaan tidak sadarkan diri, dengan luka-luka yang cukup parah di sekujur tubuh mereka.Pemandangan itu, cukup menyesakkan untuk dilihat. Pemandangan ini bahkan lebih parah dibanding konflik yang pernah terjadi antara kelompok Selatan dan Timur waktu itu."Apa- apa yang terjadi?" Ujar Sam tercengang.Sam dan Acera bergegas memeriksa keadaan anggota klan naga yang ada di sana. Mereka masih bisa sedikit bernapas lega, begitu mengetahui tidak ada yang tewas karena serangan ini.Sam melihat Tigor yang merupakan tangan kanan Zulham dan berusaha menyadarkannya, "Tigor, sadarlah! Apa yang terjadi di sini?" Hardik Acera menahan emosi.Serangan ini, tidak hanya melecehkan h
Read more
142. SERANGAN BALASAN KLAN NAGA
Perintah dengan status darurat dikeluarkan Zaha saat itu juga. Target utama mereka adalah menemukan kelompok penyerang bertato macan diseluruh area ibu kota. Tidak peduli, di manapun musuh bersembunyi, mereka harus dilenyapkan sebagai bentuk balasan dan kemarahan dari klan Naga. Hal ini, bahkan jauh lebih menakutkan dari konflik antar empat kelompok yang pernah terjadi. Karena empat kelompok sudah bergabung menjadi satu, klan naga. Segera, setelah perintah itu di keluarkan, malam yang semula tenang menjadi ajang perburuan klan Naga yang sedang marah.Semua orang dalam klan Naga, mulai dari petinggi hingga level preman biasa dan anggota geng motor sekalipun, mendapat perintah perburuan ini.Ibu kota sekarang adalah wilayah klan naga.Tidak seperti dulu, setelah empat wilayah besar telah mengikrarkan diri jadi satu. Semua orang yang tergabung dalam empat kelompok besar sebelumnya, kini mengusung bendera yang sama, klan Naga.Bahkan, mereka yang mencari hidup di jalanan sekalipun, juga
Read more
143. KEMENANGAN YANG HAMBAR
Belum sempat Samson menyelesaikan kalimatnya dan Herman ternyata berhasil dihempaskan terbang oleh Alex dalam satu kali serangan tersebut."Lemah?" Lanjut Samson terkejut."Ba-bagaimana serangan lu bisa lebih kuat dari milik gue?" Ujar Samson cemberut tak percaya. Sekarang, ia mulai meragukan dirinya sendiri, apa ia masih menjadi yang terkuat? Karena tendangan adiknya, justru lebih bisa meruntuhkan pertahanan lawan ketimbang serangannya. Padahal, itu adalah serangan terkuatnya dengan menggunakan seluruh kekuatannya.Alex menjawab, "Bukan serangan lu yang lemah. Gue tidak tahu bagaimana caranya dia sampai berhasil menahan serangan lu sebelumnya. Tapi, kemampuan pertahanannya itu memiliki kelemahan. Buktinya, dia tidak langsung menyerang lu, saat berhasil menahan serangan lu sebelumnya. Sepertinya, dia membutuhkan waktu untuk bisa mengumpulkan kekuatan pertahanan seperti itu kembali."Herman yang saat itu berhasil dijatuhkan oleh Alex, mendengar percakapan mereka. Ia tidak percaya, jik
Read more
144. BAHAYA MENGANCAM KELUARGA KOMAR
Saat klan Naga sedang merayakan kemenangan kecil mereka karena telah berhasil menangkap Herman dan menghancurkan kelompok kecil Rojak. Bahaya tersembunyi ternyata sedang mengancam lewat celah yang tidak terduga oleh mereka sebelumnya.Saat itu, Juleha istri Komar yang juga merupakan mantan istri ketua kelompok Timur. Sedang merajut dan membuatkan pakaian untuk sang suami, di ruang tengah rumahnya. Ia sedang menikmati masa-masa indah dengan pernikahan keduanya dengan Komar dengan ditemani oleh dua orang putri dari pernikahannya sebelumnya.Setelah Kelompok Timur terbebas dari kekuasaan Cakra dan menyatakan diri bergabung menjadi klan Naga, Komar secara resmi mempersunting Juleha dan meresmikan hubungan mereka. Tidak hanya itu, kedua anak Juleha, Zulaikha dan Rani dijemput oleh Komar dan diperlakukan seperti anaknya sendiri. Sekarang, Juleha terlihat benar-benar menikmati kehidupannya kembali, setelah sekian lama tertindas dan dijadikan pelacur oleh Cakra.Sekarang, mereka telah menjad
Read more
145. LARI RANI, LARI!
"Lari, Nak. Lari!" Teriak Juleha pada Rani saat melihat anak buah Antony mendekati mereka. "Tidak, bu. Kita pergi bersama-sama." Balas Rani menangis ketakutan. Ia tidak ingin meninggalkan ibu dan kakaknya di sana. Hal yang sama juga dialami oleh Juleha. Dalam ketakutannya, Juleha berpikir keras untuk bisa menyelamatkan kedua anaknya. Sayangnya, Zulaikha putri sulungnya berubah membeku. Ia terlalu ketakutan dan trauma masa lalunya, membuat Zulaikha sulit untuk menggerakkan anggota tubuhnya. Rani sudah berada di atas pagar. Namun, ia bersikeras untuk tidak mau meninggalkan ibu dan juga kakak sulungnya di sana. Rani berulang kali meminta ibu dan kakaknya untuk segera naik ke atas pagar dan segera melarikan diri bersamanya.  Juleha harus segera mengambil keputusan, jika tidak ingin mereka bertiga sampai tertangkap oleh musuh. Julehan menatap tangga yang sedang dipegangnya dan mengalami dilema berat dengan pilihan yang harus diambilnya.
Read more
146. TERLAMBAT?
Saat Dion datang ke rumah Komar, puluhan preman bertato harimau sudah menguasai rumah tersebut. Sementara itu, pagar masuk rumah dan posko jaga yang ada di depan rumah tampak porak poranda dan belasan penjaga tergeletak di luar rumah dalam keadaan sudah tidak sadarkan diri.  Melihat itu, kemarahan Dion dan rekan-rekannya meledak. "Seraaang!" Teriak Dion memberi komando untuk menyerang. Seketika, terdengar ratusan pasang langkah berlari masuk ke dalam pekarangan rumah diiringi dengan teriakan kemarahan mereka. Para preman yang saat itu menduduki rumah Komar, mungkin tidak akan pernah mengira hal ini akan terjadi. Di saat mereka sedang menikmati buah dari kemenangan mereka. Pasukan bantuan justru datang lebih cepat untuk membalas perbuatan mereka. "Gawat! Pasukan klan naga datang." Teriak salah seorang yang sedang berada di luar rumah panik. Dion dan rekan-rekannya yang sedang marah, seakan tidak terbendung. Meskipun Antony
Read more
147. AWAN HITAM
"Dion, Badak, kenapa kalian berdua bisa kalah dari satu orang yang sama?" Tanya Bjack seolah tidak percaya melihat dua rekannya itu bisa dikalahkan oleh pimpinan komplotan yang saat itu menyerang keluarga pimpinan mereka.Lagian, siapa yang tidak kenal dengan Dion dan Badak? Kemampuan keduanya tidak usah diragukan lagi. Jika ada sayembara untuk menentukan siapa yang terkuat di antara para pemimpin muda dalam klan naga saat ini, maka keduanya tidak kalah kuat dari Acera dan yang lainnya dari wilayah Timur.Sehingga wajar bagi Back ataupun Bisturi merasa heran, saat mengetahui bahwa keduanya bisa dikalahkan dengan sangat mudah oleh satu orang yang sama.Mendapat pertanyaan seperti itu dari rekannya, Baik Dion maupun Badak, menjadi muram. Mereka juga tidak menyangka bahwa mereka bisa dikalahkan oleh musuh, seperti ini.Sambil menahan kesal, Dion menjawab, "Aku tidak mau mengakui ini sebenarnya. Tapi, pria yang aku hadapi saat itu, memang sangat kuat."Dion mengingat kembali pertarungan
Read more
148. AKU TITIPKAN KLAN INI PADA KALIAN
Semakin gencarnya serangan anak buah Rojak, yang telah menewaskan Zulham dan juga Istri dan bayi dalam kandungan Juleha, istri Rojak. Membuat Zaha tidak bisa lagi menganggap remeh kebangkitan mereka. Kemunculan Rojak, merupakan ancaman besar terhadap klan naganya. Peringatan bulan di depan makam Zulham sebelumnya, seakan memaksa Zaha dan menyadarkanannya dengan kemampuannya yang masih terbatas. Dengan kemampuan Zaha saat ini dan meskipun ia berhasil kembali pada levelnya di kehidupannya sekalipun, itu semua masih belum cukup untuk menghadapi Rojak dan antek-anteknya. Zaha sudah merasakan sendiri, betapa kuatnya pukulan Marshel, salah satu murid Rojak yang berhasil membuat Zaha berada dalam keadaan kritis. Jika saja, Marshel meneruskan serangan waktu itu, bisa saja Zaha yang saat ini berada dalam kuburan. Setelah mempertimbangkannya dengan sangat matang, Zaha akhirnya memutuskan untuk memulai latihan khususnya. Untuk itu, ia segera memanggil masing-masing pemimpin wilayah klan nag
Read more
149. PERGI BUKAN UNTUK MELARIKAN DIRI
"Apa yang kakak pikirkan?" Tanya Bulan ketika melihat Zaha hanya diam dengan tatapan melayang jauh ke luar kaca jendela bus tujuan Jawa Tengah, yang sedang mereka tumpangi.Mata Zaha mengerjap beberapa kali. Tampak sekali, kalau tatapan Zaha terlihat enggan untuk pergi meninggalkan kota ini.Meski banyak kenangan pahit yang ia dapat dari kota ini. Namun, itdak sedikit juga kota ini memberikan kenangan indah untuknya. Terutama, dalam kehidupan kedua Zaha kali ini.Sekarang, ia tidak lagi sendiri. Zaha memiliki keluarga yang dari dulu diimpikannya, meski bukan keluarga sedarahnya.Zaha bersatu kembali dengan dokter Anna, kekasih masa lalu dan telah memiki seorang putri darinya.Lalu, ada Angel. Wanita malang yang ia besarkan dan latih. Kenyataannya, wanita ini justru begitu mengidolakan dan mencintainya. Bahkan setelah kematian Zaha dan kebangkitannya dalam tubuh remaja yang sekarang ia huni raganya, cinta Angel tidak berkurang sedikitpun untuknya.
Read more
150. GURU, AKU KEMBALI!
Angel tersenyum senang, seolah berhasil mengejutkan Zaha dengan kemunculannya di sana. "Nanti saja ceritanya di atas mobil. Naiklah!" Ujar Angel lebih dulu, sebelum Zaha mengomelinya lebih lanjut. Zaha tidak memiliki pilihan lain, selain menaikkan barang-barangnya ke atas mobil dan mempersilakan Bulan untuk naik duluan. Karena mobil ini hanya memiliki dua pintu dan ia harus menggeser kursinya ke depan, agar Bulan bisa duduk di bangku baris kedua. Diperjalanan, Angel bercerita, "Aku menitipkan Ibu dan Nia pada geng Rose." Geng Rose merupakan kelompok wanita yang dibentuk oleh Angel. Mereka semua, sama seperti Angel di masa lalu. Ada yang menjadi korban pemerkosaan, pelacur dan sebagian lainnya, wanita miskin yang kehilangan harapan hidupnya. Angel melatih mereka semua dan membentuk geng Rose. Angel sengaja mengatakan hal itu, agar Zaha tidak perlu mengkhawatirkan ibu dan kakaknya. "Selain itu, aku sudah mengatakan pada Bulan jika aku ak
Read more
PREV
1
...
1314151617
...
21
DMCA.com Protection Status