Semua Bab Obsesi: Bab 51 - Bab 60
79 Bab
Laut yang tenang (19)
Winter mengangguk membenarkan"Benar. Nightmare Whisper memang menanyakan pendapat kita mengenai Latar belakang instansi, tapi bukan berarti mereka tidak akan menambahkan detail yang sama sekali tidak ada seperti penggunaan santet."Kaizen bergumam sendiri"Tidakkah sangat mengganggu jika kita tidak memiliki petunjuk? Terlebih lagi, bukankah agak terlalu usil bagi Sang Mata untuk mengotak-atik tubuh pemain hanya untuk membuat segalanya menarik ... Tunggu, usil?"Mata Kaizen membola saat pikirannya kembali teringat akan satu dan lain hal, mulutnya sontak mengeluarkan dugaan siapa pelaku santet ini"Burung hantu.""Akan kubunuh semuanya" Winter bergegas keluar dari kamar Kaizen, tapi gadis itu memeluk lengannya tiba-tiba.Pihak lain membeku dan menoleh, mendapati Kaizen menatapnya dengan penuh arti. Winter dengan gugup buka suara"Irish-"Gadis itu berjinjit dan berbisik"Kumpulkan semuanya kemari, tapi sebelumnya aku ingin kalian mencari petunjuk apapun yang berhubungan dengan ilmu hit
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (20)
Kaizen menepuk-nepuk punggung Winter dan tidak menganggap serius perkataan anehnya barusan, dia hanya menjawab dengan"Sangat terangsang, huh?"Nafas Winter masih kacau dan dia menyamankan diri saat memeluk gadis yang dia suka"Bisakah kita tidak membahas tentang hal semacam itu saat aku memelukmu?"Kaizen memutar bola matanya jengkel"Yah ... Katakan itu pada sesuatu yang ada dibawah sana, Winter. Kau pikir aku tak bisa merasakannya?"Winter tertawa canggung dan mengeratkan pelukannya"Maaf, bisakah aku tetap seperti ini sejenak?"Pihak lain segera berusaha mendorongnya pergi"Winter, aku menjanjikan mulutku dan bukan pahaku. Jadi enyahlah, kau membuatku tidak nyaman."Namun gerakan Kaizen dan keengganan Winter untuk melepaskan, justru menimbulkan gesekan pada tempat tertentu"..... Ah."Mendengar lenguhan Winter, Kaizen makin gencar mendorongnya pergi"Kau mau dipukul?""Jangan. Maaf, tunggu
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (21)
"Berhenti."Kereta kuda yang dinaiki Kaizen seketika berhenti, gadis itu turun dari sana dan berkata"Pergilah."Para prajurit tercengang dan langsung berteriak penuh protes"Yang mulia! Anda tidak boleh-"Kaizen melambaikan tangannya dengan dingin"Pergi. Aku memiliki urusan dengan Sang Raja."Para prajurit seketika makin memucat"Yang mulia!!"Kaizen menyisir rambutnya dan mulai berjalan menjauhi mereka"Jika Sang Raja berani melakukan sesuatu pada Yang mulia ini, perjanjian damai akan dirobek oleh surga dan kita akan berperang melawan mereka.""Yang mulia!!" Orang-orang ini masih menolak perintahnya."Dengarkan aku dan pergi!! Sejak kapan kalian, para hamba berani menentang kehendak Tuannya?!" Kaizen berteriak penuh momentum, menatap semua orang dengan marah.Meski enggan, para prajurit harus mematuhi calon Raja masa depan mereka. Tentu saja mereka bukannya melalaikan tanggungjawab melindu
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (22)
Raven menonjok pria tua itu berkali-kali, tapi pihak lain hanya terus terhuyung dengan tubuh hancur sebelum kembali normal dan tampak 'manusiawi'. Bahkan saat pepohonan serta bebatuan di sekitar mereka sudah hancur berantakan, menciptakan ruang terbuka di tengah hutan, dengan 'Mata' yang mengawasi dari atas sana."Hah ... Aku benci ilmu hitam" keluhnya.Pria tua itu mendadak tertawa, membuat Raven segera memasang posisi siaga. Tapi dia tiba-tiba saja jatuh berlutut dengan jantung yang sakit, seolah seseorang sudah merampas oksigen dari tubuhnya dan dia sudah lupa cara bernafas.Dengan mata berkunang-kunang, Raven melihat orangtua itu mengeluarkan sesuatu dari balik punggung dan mulai membakarnya. Itu adalah sabut kelapa dan beberapa helai rambut, Raven sontak ketakutan.Bukankah itu rambutnya? Sejak kapan?Kaizen yang sedang bersama Ariel juga mendadak terbatuk keras dan menarik paksa tangannya dari genggaman 'Sang Puteri', berguling ke s
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (23)
Winter mengacuhkan sepasang telinganya yang berdarah dan menatap dingin lautan, salah satu karambitnya memiliki sebuah bola mata manusia yang tersangkut disana. Dia baru saja selesai menghabisi seekor Burung hantu dan berniat mencongkel kedua bola matanya, hobi khusus.Burung hantu dibawah kakinya berkedut untuk beberapa saat sebelum akhirnya diam, bagaimanapun juga mustahil bisa hidup setelah dipotong-potong. Winter saat ini sendirian dan memanfaatkan situasi ini untuk melepas stress.Dia duduk tenang dan tidak terburu-buru menyusul Kaizen, dia paham betul bahwa mustahil instansi level tiga akan semudah ini.Dugaannya memang benar.Satu persatu bagian tubuh Burung hantu yang dia potong-potong, menumbuhkan jaringan tubuh dengan cepat dan menjadi sekumpulan pria tua baru yang hidup."Fragmentasi, memangnya kau cacing planaria?" Sinisnya.Winter memasukkan kedua karambitnya ke ruang sistem dan mengubah kedua lengannya menjadi gada
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (24)
Aria mengayunkan sepasang celurit miliknya secara membabi-buta pada lima burung hantu yang mengelilinginya, entah sudah berapa kali dia mengumpat saking kesalnya."Kenapa kalian terus bangkit seperti kecoa?! Menjijikkan!!" Serunya.Namun dia tidak secara asal memutilasi pria tua yang masing-masing sudah banjir darah ini, dia menggunakan bagian tumpul celuritnya untuk memukul mundur mereka. Tapi dia tidak bisa terus menerus melakukan ini, tenaganya sebagai manusia biasa lambat laun akan habis juga pada akhirnya."Mati!! Mati kalian!! Cepat mati!!" Teriaknya penuh amarah.Dia terus mengayunkan punggung celuritnya untuk menghalau burung hantu, sampai telinganya menangkap bunyi mendesing senjata tajam dari balik punggungnya dan Aria refleks melompat ke samping.Belum sempat dia melihat siapa yang menyerangnya menggunakan senjata, suara mendesing kembali datang dan diarahkan ke ubun-ubunnya. Aria melompat mundur sekali lagi dan ayunan serangan tersebut berhasil memotong ikat rambutnya.Ram
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (25)
Winter menurunkan karambitnya dan mendengus, Aria benar. Kaizen jauh lebih penting dibandingkan ini, oleh karena itu dia berujar penuh ancaman"Akan kubunuh kau lain kali."Aria tidak menganggap serius ancaman ini dan mengibaskan tangannya"Ya ... Ya ... Terserahlah."Pria itu menghancurkan kepala salah satu burung hantu menggunakan salah satu kaki logamnya, benar-benar kesal. Kemudian melangkah pergi, tapi Aria sontak berteriak"Winter, bagaimana cara membunuhnya?!"Pria itu mendecih dan mengubah jarinya menjadi pemantik, lantas pergi begitu saja dengan kecepatan tinggi. Aria mengangguk mengerti dan kembali memukul keras batu chertz menggunakan celuritnya, melempar beberapa dahan pohon besar untuk membuat obor besar.Para burung hantu yang masih menumbuhkan kepalanya yang barusan dihancurkan Winter, merasakan sesuatu yang berbahaya dan mulai berlarian panik. Aria tersenyum dingin dan membakar mereka satu persatu, jika ada yang ingin b
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (26)
Nancy dengan tenang langsung membakar hidup-hidup burung hantu di hadapannya begitu tau pihak lain adalah pelaku ilmu hitam dari Winter sebelumnya. Dia adalah remaja yang suka membaca buku-buku semacam itu, oleh karenanya dia langsung tau kenapa musuh mereka dinamai 'burung hantu'.Itu adalah nama lain dari Suanggi, pelaku ilmu hitam yang sangat kuat dari Nusantara.Dan pelaku ilmu hitam biasanya memiliki ilmu kebal, oleh karena itu Nancy tidak memukulnya sama sekali menggunakan tongkat bisbol penuh paku miliknya.Lagipula ini adalah Nightmare whisper dan bukan realita, ada kemungkinan bahwa burung hantu bisa beregenerasi atau yang lebih parah, membelah diri.Oleh karena itu Nancy memilih cara paling aman, membakarnya hidup-hidup dan memukulinya tanpa menghancurkannya.Dia dengan tenang melihat burung hantu yang menggaruk-garuk kulitnya sendiri untuk menyingkirkan api, Nancy menjilat bibirnya sendiri dan kembali memukul pria tua ini."Baunya enak" gumamnya, sambil menatap lapar pria t
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (27)
Winter, kau benar-benar menjijikkan seperti kecoa.Kau mati ratusan kali, tak peduli mau kubunuh atau kucincang. Kau akan terus hidup kembali.Menurut manusia, kau adalah kecoa.Menurut para Mata, kau adalah seekor anjing favorit mereka.Menurut Tuhan, kau adalah Merah dalam surga.Eksistensi lain yang memberimu hak untuk hidup selain Tuhan, hanyalah Querencia.Dan karena melindungimu, dia dilempar dari surga dan menjalani empat jenis siksaan tabu yang menyedihkan.Kemanapun kau pergi, kau akan selalu membuatnya tiada.Kau adalah Merah pembawa sial, Winter."Berisik, Chandelier."Winter mencabut lengan pedangnya, mengibaskan darah ungu dan merah yang mengotori disana dan mengubahnya menjadi lengan biasa. Di sekelilingnya banyak mengambang mayat-mayat kuda laut besar, udang mantis raksasa, juga ular laut."Irish ..."Dia menginjak tumpukan mayat menggunakan sepasang kakinya yang sudah berubah menjadi baja, membuat mayat-mayat tersebut tertarik gravitasi dan tenggelam kembali. Baju Win
Baca selengkapnya
Laut yang tenang (28)
Kaizen melihat daging landak laut segar yang disodorkan padanya dengan tenang, menggunakan salah satu tentakel Ariel. Dia menatap Siren yang tampak senang sambil bertopang dagu ini, dengan tatapan seolah sedang melihat gadis SMP yang baru merasakan lonjakan perasaan."Sayang, kenapa? Kau tidak suka landak laut?" Tanya Ariel."Bukannya tidak suka. Lagipula landak laut sangat mahal di darat" dia tidak bohong, daging landak laut atau yang biasa disebut Uni memang sangatlah mahal di darat.Untuk satu kotak berukuran sedang saja, harganya bisa sampai tiga juta. Itupun di situs online yang terkenal menyediakan barang murah dan penuh diskon."Benarkah? Kalau begitu tinggallah bersamaku di laut, aku bisa memberimu landak laut sebanyak yang kau mau" Ariel tersenyum lembut, beberapa tentakelnya yang tidak sedang memegang Uni bergoyang cepat."Ayo makan" desaknya.Kaizen melihat tentakel biru yang berkilauan seolah sudah terlapisi bubuk mutiara, sudut mulutnya berkedut. Dia memutuskan untuk bert
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status