Semua Bab Kuberikan Suamiku Pada Sahabatnya: Bab 31 - Bab 40
108 Bab
Baian Tiga Puluh Satu
Laras menatap bingkisan itu, semalaman dia tak bisa tidur memikirkan apa yang harus diputuskannya, menelisik jauh ke dalam hatinya jujur saja ia memang kagum pada sosok Galih, sejak ia bertemu pertama kali setelah sekian purnama tak pernah bertemu. Terakhir bertemu di acara nikahan Riri itu pun hanya sebatas melihat saja. Lalu mereka terjalin dan akhirnya entah sejak kapan benih-benih cinta itu mulai hadir hingga tumbuh menjadi bunga cinta yang merekah indah tapi selalu Laras tutupi.Bak cinta yang terbalas, Galih pun merasakannya. Cinta tak bertepuk sebelah tangan, satu sisi bahagia satu sisi lagi Laras merasa takut untuk melangkah. Menyaksikan sendiri perjalanan pernikahan sahabatnya yang dimulai dengan hubungan singkat sungguh membuat Laras menjadi sedikit trauma akan hal ini. Ya memang Galih dan Ardi adalah dua orang yang berbeda tapi entahlah, Laras merasa sangat takut melangkah.Laras masih berkecamuk dalam rasa yang tak bisa ditebak dengan pasti. Malam nanti bagaimanapun harus
Baca selengkapnya
Bagian Tiga Puluh Dua
"Aku akan menikah, Dim."Kalimat itu mendadak hadir kembali di telinga Dimas, kalimat yang berhasil menghancurkan hati Dimas. Betapa tidak, diam-diam Dimas menyimpan perasaan lebih pada teman kerjanya itu. Sejak pertemuan pertamanya saat mereka sama-sama karyawan baru di perusahaan itu merasa satu rasa saja, sama-sama karyawan baru biasa serasa memiliki satu kesamaan perasaan. Bersama Delapan karyawan baru lainnya termasuk Laras di dalamnya mereka bahu membahu menguatkan mental agar siap bekerja disana. Namun dari delapan karyawan baru, beberapa kali Dimas dan Riri terlibat dalam satu proyek hingga membuat mereka selalu bersama. Dari kebersamaan itulah entah kapan mulai hadir rasa itu menyelimuti hati Dimas tapi tak sanggup ia ungkapkan karena banyak pertimbangan dan ketakutan melihat sikap Riri yang tampak biasa saja, akhirnya urung diungkapkan hingga Riri pun menikah. Di hari bahagia Riri, dia datang dengan tenang dan senyum sumringah, tak terlihat jika dia tengah kecewa atau mena
Baca selengkapnya
Bagian Tiga Puluh Tiga
"Lalu apakah kamu juga memikirkan perasaan aku dan perasaan Mas Bayu ketika kamu malah lebih dekat dengan suamiku malah berharap dia menikahimu? Dimana hati nuranimu?" tekan Riri. Seketika Rianti membisu, ucapan Riri membungkam Rianti hingga tak berkutik. "Kenapa? Kaget?" Rianti masih terdiam, Riri tersenyum menang sungguh ia tak bermaksud untuk membuat Rianti membungkam semua keluar begitu saja. "Mbak, selama ini aku diam. Hampir dua tahun aku diam, mbak bersikap seolah-olah mbak itu istri pertama dan aku istri kedua, mbak itu selalu merasa paling memiliki Mas Ardi, mbak tak pernah sedikit pun memikirkan perasaan aku, aku diam seolah aku ini kalian anggap bodoh. Aku gak pernah tahu apa isi hati mbak sebenarnya sama aku atau sama Mas Ardi, tapi yang jelas yang aku tahu dari sorot mata mbak ada rasa yang tak terbalas."Riri menghela nafasnya, sementara Rianti masih terdiam menunduk. "Mbak, kalau beralasan karena memiliki luka pengasuhan masa lalu yang membuat mbak bersikap over pr
Baca selengkapnya
Bagian Tiga Puluh Empat
Riri berjalan menuju pintu keluar, ia tak menghampiri Bayu karena itu hanya akan menambah masalah yang rumit. Ia tak mau terbawa oleh permasalahan antara Bayu dan Riri, Riri meninggalkan semuanya. Dari kejauhan sosok mata mengamati Riri sejak tadi, Riri mengambil ponsel dari dalam tas selempangnya. Lalu mengotak-atik dan kembali memasukkan kembali ponsel itu, tak lama sebuah mobil berhenti tepat di depannya, kaca mobil terbuka, seseorang menyembul dan tersenyum."Taksi mbak?" tanyanya."Dimas," kejut Riri.Dimas tersenyum, dia yakin Riri pasti terkejut. "Ayo naik, mau kemana?" "Mau pulang, lagi nunggu taksi online kok." "Ayo bareng aja, jangan khawatir di belakang ada adik sepupuku anaknya paman Yudi." Seolah paham Riri pasti tak mau hanya sekedar berdua, lalu di pintu di belakang kacanya terbuka muncul sosok anak kecil berusia sekitar sepuluh tahunan. "Hay, tante." Riri membalas sapaan dan lambaian anak itu. Cukup lama berpikir akhirnya Riri naik juga dan menghubungi pengemudi
Baca selengkapnya
Bagian Tiga Puluh Lima
Galih sudah menunggu dengan gelisah, dilirik jam di tangannya sudah pukul delapan lebih lima belas menit tapi Laras belum terlihat, suasana cafe di lantai atas yang sudah dihias sedemikian rupa sungguh sangat indah, meja dihias sedemikian cantik ditambah dua kursi yang berhadapan, iringan musik menambah kesan romantis malam itu yang sengaja disiapkan oleh Galih untuk menyambut kedatangan Laras. Galih mulai gelisah sudah hampir satu jam masih belum ada tanda-tanda kedatangan Laras, hatinya mulai gusar dan tak enak. Awalnya sungguh sangat percaya diri tapi kini perlahan luntur dan memudar semua perasaan itu, Galih harus mengubur semua rasanya, mungkin memang Laras tak pernah mencintainya, selama ini perempuan itu hanya sekedar baik biasa saja yang salah diartikan oleh Galih. "Mas, bereskan saja semuanya." Galih memerintahkan pada pelayan yang sejak tadi berdiri tak jauh dari tempat Galih duduk, pelayan yang siap membantu dan melayani Galih pun dengan sigap segera membereskan meja se
Baca selengkapnya
Bagian Tiga Puluh Enam
"Cie cie cie … calon manten," ledek Dimas saat datang ke cafe milik Laras. "Apaan sih, gak lucu tahu. Ayo duduk," ajak Laras.Dimas pun mengikuti Laras kemudian mereka duduk di sebuah meja, sejak ada disini Dimas langganan datang ke cafe Laras karena memang tak ada lagi teman Dimas yang bisa diajak ngobrol apalagi ngobrolin Riri. "Gimana acara semalam sukses?" tanya Dimas."Ya gitulah, tapi aku lagi deg-degan malam ini mau dikenalin ke keluarganya.""Masa? Kok aku lihat biasa aja, masih buka kan ini cafe, gak keliatan grogi lho." "Ya diaturlah, biar tetap profesional meski cafe punya sendiri. Udah ah gak usah bahas aku deh, mending bahas kamu. Kemarin kamu satu mobil dengan Riri?" tanya Laras. Dimas hanya mengangguk raut wajahnya menampakan kesedihan dan sedikit rasa kecewa, Laras mengamati wajah itu hingga dia mencurigai sesuatu."Ada apa? Dia baik-baik saja akan?" tanya Laras lagi.Dimas menghela nafas berat, ia pun sebetulnya tak tahu apa yang terjadi pada Riri selepas ia menga
Baca selengkapnya
Bagian Tiga Puluh Tujuh
Pertemuan dua keluarga akan segera digelar, Laras akan segera melepas masa lajangnya tadi malam dia menghadiri undangan Galih, dia mengajak Laras bertemu keluarganya, diperkenalkan pada kedua orang tuanya, tentu saja ada orang tua Riri juga disana. Laras tak terlalu canggung, tapi tetap saja dia merasa berdebar saat harus hanya duduk dengan calon ibu mertuanya."Dia sahabat anakku, dek," ucap Ibunya Riri. "Walah, nanti jadi saudara ya." Laras hanya tersenyum saja, lalu banyak hal yang diobrolkan sesekali Laras ikut mengobrol tapi lebih banyak diam mungkin karena masih canggung. Lalu saat semua berbaur, Laras duduk sendiri tak ada Riri padahal semua keluarga besarnya nyaris hadir. Tiba-tiba ibunya Riri datang menghampiri Laras , meminta izin untuk duduk bersama Laras. Tanpa sungkan Laras mengizinkannya, ibunya Riri sudah dia nggap seperti ibunya sendiri jadi sudah tak canggung."Gimana usaha cafe kamu?""Alhamdulillah, tante.""Syukurlah, ayah dan ibumu sehat?" "Sehat tante, Riri ti
Baca selengkapnya
Bagian Tiga Puluh Delapan
"Mau kemana mas?" Rianti menghadang Bayu yang tengah mengemas pakaiannya, Bayu tak menggubris pertanyaan istrinya itu, ia terus membereskan pakaian lalu bergegas pergi, Rianti dengan segera menghalangi Bayu di depan pintu. "Mas, kamu mau kemana? Kamu masih sakit. Kondisimu belum pulih," cecar Rianti."Aku mau mencari istriku." "Mas, aku ini istrimu mas. Tak cukupkan membuktikan beberapa hari ini aku melayanimu sedemikian rupa, bahkan kamu sendiri anak kita itu mirip aku. Kamu lupa siapa istrimu tapi kamu gak lupa anak kamu, pekerjaan kamu, apa jangan-jangan kamu sengaja melupakan aku iya, mas?" Bayu berusaha tetap tenang, sebenarnya ia sudah tak mau bersandiwara lagi. Beberapa hari ini Rianti sudah cukup tersiksa karena Bayu bersikap dingin, acuh dan tak memperdulikan Rianti, setiap malam Bayu harus menahan sedih ketika melihat Rianti tertidur dengan Keysa, anaknya itu. Banyak perubahan yang dirasakan Bayu selama ia berpura-pura tak menganggap Rianti sebagai istrinya. Tapi entah k
Baca selengkapnya
Bagian Tiga Puluh Sembilan
"Berhenti atau aku ambil paksa?" ancam Bayu pada Rianti."Nggak, kamu harus percaya sama aku." "Oke, aku percaya. Aku percaya sama kamu," teriak Bayu membuat Rianti mengerem kendaraannya hingga mobil yang dibawanya berhenti. "Biar aku yang menyetir." Tanpa kata mereka berganti posisi, lalu sesaat suasana pun kembali hening. Rianti hanya tertunduk, Bayu mengemudikan kendaraannya membawa kembali menuju arah rumah. Rianti yang melihat hal itu terkejut."Mas, mau kemana?" tanya Rianti."Kita pulang dan berangkat.""Tapi mas, kamu harus tahu sesuatu dulu." Bayu kembali menepikan mobilnya dan membuat Rianti kembali terkejut. Bayu mengalihkan pandangannya penuh ke arah Rianti. "Kalau kamu memang tak sungguh-sungguh dengan ucapanmu tadi, ikut denganku dan kita akan menjalani kehidupan rumah tangga yang harmonis di tempat aku bertugas."Rianti bergeming, terdiam mendengar kalimat perintah itu. Kepalanya masih tertunduk tak berani sedikit pun menatap lelaki yang sudah dengan sabar menemani
Baca selengkapnya
Bagian Empat Puluh
"Jika memang kamu benar istriku, ikut aku pergi sekarang juga."Rianti tak berkutik, ia tak bisa melawan. Kini memang mungkin sudah saatnya Rianti ikut dengan suaminya itu, berada di dekatnya menemani Bayu dalam menjalankan tugasnya agar tenang tak banyak pikiran. "Izinkan aku ke makam nenek dulu," lirih Rianti. Bayu menghela nafas, dia kira Rianti akan izin apa ternyata ingin mengunjungi makam neneknya. Bayu pun mengangguk lalu mengulas senyum dan meraih tangan Rianti lalu memeluknya. "Kenapa mas tega melakukan ini?" "Agar mas tahu sejauh mana kamu sudah mendapat hasil dari pengobatan itu,” jawab Bayu sembari mengusap rambut Rianti yang tergerai panjang.Rianti menengadahkan kepalanya menatap lelaki itu, lelaki yang sejak menikah tak pernah ia tatap penuh cinta, sama sekali Rianti tak pernah menganggap lelaki itu sebagai orang yang sangat berarti. Ia ingat betul bagaimana sikapnya sesaat setelah pesta pernikahan digelar, bayangannya menerawang jauh ke masa yang telah dilaluinya.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
123456
...
11
DMCA.com Protection Status