All Chapters of Suami Pelit Melarat Saat Kutinggalkan: Chapter 61 - Chapter 70
74 Chapters
Kedatangan Winda dan mantan Mertua
Tok, tok, tok Pintu diketuk, terdengar suara Nova di luar. "Masuk!" seruku. "Bu, ada yang ingin bertemu dengan ibu di depan!" "Siapa?" tanyaku heran. "Katanya teman ibu," jawab Nova. "Baiklah, saya akan ke depan!" kataku sambil beranjak bangun. Aku bergegas keluar, dengan hati bertanya-tanya siapa gerangan yang datang. Teman? Teman yang mana ya! Gumamku heran. Setelah sampai di depan, aku celingukan mencarinya. Terlihat seorang wanita melambaikan tangan. "Ratih ... sini!" panggilnya. "Kamu?" Kami lalu berpelukan, wanita di depanku ini ternyata Winda. "Perut kamu udah besar gini kenapa kemari?" tanyaku. "Bosen di rumah aja, Ratih! Lagian aku juga kangen, kamu sih nggak pernah mau main ke rumah Mas Anton," keluhnya. "Maaf, Win! Aku belum sempat, akhir-akhir ini aku sibuk," jawabku meminta pengertiannya. "Sibuk restoran? Bukankah banyak anak buah yang mengurus?" tanyanya. "Bukan itu, masalah perceraian. Sekarang mantan suami dan mertua udah tau kalo aku punya restoran. Jadi
Read more
Gunawan cemburu
Winda mengangguk dan menyeruput air minum. Saat asyik berbincang dengan Winda, tetiba di belakangku ada suara lembut menyapa. "Tiara!" Aku menoleh dan tersenyum saat tau siapa yang memanggil. Tumben dia ada waktu ke sini, Winda menaikkan alisnya melihat Mas Gun. Aku tau dari raut wajahnya pasti ingin tau siapa lelaki yang menyapaku. Setelah dekat, Mas Gun menarik kursi di sebelahku lalu duduk. Mas Gun dan Winda sama-sama melongo melihatku, aku pun tersadar. "Kenalkan dia temanku, Mas Gun!" kataku sambil menunjuk Winda. "Oh, iya. Kenalkan saya Gunawan, calon suami Tiara," ucap Mas Gun mengulurkan tangannya. "Tiara? Siapa Tiara sih?" tanya Winda heran tanpa menyambut uluran tangan Mas Gun. Aku pun terkekeh geli melihat Winda kebingungan. Tak sampai hati membuat Winda terus bingung, kemudian mengalirlah ceritaku tentang nama masa kecilku. Winda dan Mas Gun mengangguk mengerti. "Mutiara itu sungguh nama yang cantik, kenapa diganti jadi Ratih, sungguh sayang," gumam Winda. "Memang
Read more
Ratih, menikahlah denganku
"Ratih!" Aku menoleh dan terkejut hingga tak bisa berkata. Bagas?"Ratih, nggak nyangka bisa ketemu kamu di sini. Kemarin aku ke rumah kamu tapi ibumu bilang kamu udah balik ke kota," desah Bagas kecewa. Bagas berjalan mendekati, namun aku mundur ke belakang. Aku ingin menjaga jarak, takut bila Mas Gun melihat akan menimbulkan salah paham lagi. "Stop, jangan dekati aku, Gas!" kataku menghentikan langkahnya yang terus dekat. "Kenapa Ratih, kamu udah nggak mencintaiku lagi?" tanyanya sendu. "Gas, dari dulu aku hanya anggap kamu sebagai sahabat nggak lebih. Perasaan itu nggak bisa dipaksa, tolong kamu mengertilah!" tekanku memelas. "Kenapa, Ratih? Kamu lebih memilih lelaki itu dari aku, apa kamu lupa kebersamaan kita dari kecil sampai besar. Tapi mengapa kamu lebih condong kepada dia, secepat itukah hatimu berubah!" lirih Bagas dengan napas menderu. Aku diam, bagaimanapun aku mengatakan Bagas tetap saja kukuh dengan perasaannya. Tatapan orang-orang yang melewati kami terasa aneh,
Read more
Pertemuan Anton dengan Gunawan
"Asal kamu tau, Gas! Lisa adalah orang yang menghancurkan rumah tanggaku. Dia bahkan sudah bercinta dengan Andre, aku melihat dengan mata kepala sendiri," gumamku tanpa sadar bahwa Bagas belum begitu jauh. Bagas mendadak berhenti, diam tanpa menoleh hanya memandang ke depan. Lima menit hingga sepuluh menit, kami tiga berdiri tanpa bersuara. Kemudian Bagas melangkah pergi tanpa menoleh lagi ke arahku. Maafkan aku, Gas! Aku terpaksa memberitahu kamu kebenarannya agar kamu tak menyesal kemudian hari. Mas Gun mengelus lembut bahuku, menguatkan hatiku agar bersabar. Aku memandang Mas Gun menatap maniknya. Wajah tampan di depanku hanya tersenyum, aku juga bahagia akhirnya bisa menyelesaikan masalah hati dengan terbuka pada mereka. "Bu, apa udah diangkat teleponnya?" tanya Nova membuatku tersentak. "Belum, ini mau kesana. Ya udah, kamu lanjutkan kerja. Mas Gun, apa ingin ikut aku ke kantor?" tanyaku dengan senyum manis. "Boleh, yuk! Mas takut nanti kamu diculik lagi," gombalnya yang bu
Read more
Sepupu
"Walah, Anton! Ya iya aku ingat sekarang, Ya Allah udah lama kita nggak ketemu akhirnya ketemu di sini!" ujar Mas Gun tertawa, mereka pun saling berpelukan. Lah, lah, ada kejutan apa lagi ini. Mas Gun dan Mas Anton ternyata saling kenal, aku dan Winda hanya tersenyum geli. "Memangnya Mas Gun dengan Mas Anton siapa? Kok kalian saling kenal?" tanyaku heran. "Anton itu sepupu, Mas!" jawab Mas Gun yang dibalas anggukan Mas Anton. "Oh, sepupu! Pantes kalian akrab, tapi Mas bilang tadi udah lama gak ketemu. Cerita dong!" rayuku. Lalu mengalirlah cerita dari bibir Mas Gun. Kami semua mendengar dengan seksama. "Dahulu, saat kecil Mas dan Anton sering bermain. Rumah kami yang hanya dipisah jarak dua rumah, memang bertetanggaan. Namun, entah karena masalah apa Anton pindah rumah. Kami tidak tau karena masih kecil, tapi Anton bilang di rumahnya bapak dan ibunya sering ribut, iya kan, Ton?" Mas Anton mengangguk, kemudian gantian bicara. "Memang benar yang dikatakan Gunawan. Awalnya hidup k
Read more
Masalah terus berdatangan
Suatu hari, Mona pernah mendatangi rumah Mas Gun. Kala itu cuma ada Mama Laras di rumah. Dengan nekat Mona bilang pada Mama Laras kalo dia dan Mas Gun pacaran. Sontak Mama Laras terkejut, tapi terlihat tenang. Walaupun curiga tapi Mama Laras menanggapi dengan santai, karena tau Mas Gun pasti cerita jika sudah punya pacar. Mama Laras lalu meminta bukti kalo memang benar Mona pacar Mas Gun. Mona yang awalnya gugup, lalu membuka ponselnya dan menunjukkan foto dia dengan Mas Gun. Akan tetapi Mama Laras cuma tertawa melihatnya, bagaimana mungkin dikatakan pacaran jika berfoto berjauhan. Banyak foto yang ditunjukkan Mona tapi semua sama. Mama Laras pun beranggapan bahwa Mona berbohong dan lebih tepat penguntit. Di dalam foto, banyak suasana dan acara yang dihadiri Gunawan dan selalu ada Mona di sana. Seperti dugaan Mama bahwa Mona hanya ngefans pada Mas Gun. Hingga saat Mama tak percaya, Mona terus memaksa Mama mengakui hubungan mereka. Mama Laras yang kesal pun segera memanggil satpam
Read more
Ratih pingsan
Saat sadar, aku sudah berada di suatu tempat. Aku memandang sekeliling, semua serba putih. Di mana aku? "Kamu udah sadar, Nak?" tanya suara lembut ibu. "Ibu?" "Ya, ibu ke sini karena khawatir. Saat menelepon kamu, tapi nggak kamu jawab lagi. Nova langsung mengabari kalo kamu pingsan." "Aku di mana, Bu?" tanyaku. "Di rumah sakit, tadi Nova yang di sini setelah ibu datang dia baru pulang ke restoran," jawab ibu. Aku bergerak bangun, ibu membantuku duduk. Lalu duduk di kursi sampingku. "Sebenarnya apa yang terjadi sampai kamu pingsan?" tanya ibu khawatir. "Maaf, Bu. Kalo Ratih buat ibu cemas, akhir-akhir ini banyak masalah yang terjadi," jawabku sambil menghembuskan napas. "Memangnya ada apa? Ceritakan pada ibu," pinta ibu. Aku mulai menjelaskan semua, mulai dari masalah Andre, Mona hingga Bagas. Ibu mengangguk mendengarnya dan mengelus lembut tanganku. Memberi kekuatan agar aku bersabar. "Sebaiknya selesaikan masalah kamu satu persatu. Tentang Bagas, ibu rasa kamu tak perlu k
Read more
Resmi bercerai
"Mama senang bisa ketemu kamu lagi, Tiara!" kata Mama sambil memotong steak daging. "Tiara juga senang, Ma! Mama sehat kan?" "Alhamdulillah, Mama bahkan lebih sehat saat tau akan kemari," kekeh Mama. "Iya, Mama begitu semangat saat akan Mas ajak ketemu kamu dan ibu. Bahkan Mama udah ngomongin soal kita nikah," ucap Mas Gun melirik Mama. Aku cuma tersenyum memandangnya. Sambil makan kita mengobrol, kadang melucu hingga tertawa. "Lah, kan betul ya besan?" tanya Mama memanggil ibuku besan. Mas Gun dan aku melongo. "Iya, besan. Seharusnya mereka berdua yang ngebet, ini malah kita yang nggak sabar," jawab ibu tertawa renyah. Tawa kami meledak mendengar guyonan ibu. Betapa hangat hatiku bila dua wanita yang menyayangiku itu akrab. Wanita yang sama-sama tidak memandang status tapi lebih mengutamakan kebahagiaan anaknya. "Oh, iya bagaimana jalannya sidang perceraian kamu?" tanya Mas Gun. "Insya Allah, besok baru masuk sidang Mas. Ini tadi udah mediasi tapi aku tetap memilih bercerai,
Read more
Membeli cincin
Hari pernikahan dengan Mas Gun semakin dekat. Rencana setelah sidang cerai selesai, dalam dua minggu Mas Gun akan melamarku. Masa iddahku juga sudah selesai, kusambut dengan bahagia hari yang akan membawaku menuju pelaminan. Ibu sudah balik kampung duluan untuk mempersiapkan pernikahan. Sedangkan aku masih di restoran mengurus segala tetebengeknya. Sesuai musyawarah, pesta pernikahan akan diadakan dua kali. Pertama di kampung dan kedua di gedung. Siang itu Mas Gun datang, seperti biasa akan makan siang. Kali ini dia datang sendiri, sekalian membicarakan pernikahan kami. "Tiara, Mas sungguh senang saat mendengar ceritamu tentang sidang itu. Apalagi Mama udah nggak sabar melihat kita menikah," kata Mas Gun cekikan. "Alhamdulillah, Mas! Sidang berjalan lancar. Gimana persiapan pernikahan kita Mas?" tanyaku menatap pria tampan di depanku. "Untuk mahar, Tiara mau yang mana? Oh iya siap makan kita akan mencari cincin nikah dulu, kamu mau kan?" "Baik, Mas! Kalo gitu Tiara siap-siap dul
Read more
Penguntit
Mas Gun kembali mengajak ke Mall, membeli barang untuk hantaran nanti. Kali ini aku yang memilih karena aku yang tau ukurannya, seperti mukena set, sepatu, sampai BH dan CD hingga saat aku mengangkatnya Mas Gun memalingkan wajah karena malu. Aku pun tertawa terbahak-bahak. "Oh iya, Mas gimana ranjang dan lemari apa udah disiapkan juga?" tanyaku kepo. "Sudah disiapkan Mama jauh-jauh hari, udah ada di rumah. Apa Tiara mau melihat ke rumah?" tanya Mas Gun. "Boleh, Mas! Tiara juga ingin tau kan blom pernah ke rumah Mas, sekalian ketemu Mama Laras," jawabku. Tentu saja ke rumah Mas Gun juga bagus, barang-barang yang dibeli tadi juga di taruh di rumah Mas Gun dulu. Di bungkus yang cantik untuk hantaran nanti. Setibanya di depan gerbang rumah, lagi-lagi aku melongo. Ini kan bukan rumah tapi istana, indah dan besar. Bahkan halaman yang begitu luas membuat mobil agak masuk ke dalam lagi. Mas Gun memencet mobil, terlihat satpam tergopoh-gopoh membuka gerbang. Mas Gun melajukan mobilnya ma
Read more
PREV
1
...
345678
DMCA.com Protection Status