Semua Bab Suami Pelit Melarat Saat Kutinggalkan: Bab 51 - Bab 60
74 Bab
Ulang tahun bos besar
Sesuai rencana, aku dan bos akan menghadiri acara ulang tahun Bos Gunawan Prakoso. Beberapa hari ini Bos sibuk menyiapkan agenda kerja, agar hasilnya memuaskan. Bos juga banyak menceritakan tentang Bos Gunawan itu. Pria muda dengan segudang prestasi itu sungguh membuatku kagum. Pantas saja dia dipercaya memimpin perusahaan keluarganya yang besar. Perusahaan kecil milik Bos ku juga sudah lama bekerja sama dengan perusahaan Bos Gunawan. Boleh dikatakan andil Beliau besar dalam memajukan perusahaan bos ku. Bos ku sendiri yang bernama Pak Hardi adalah seorang yang sangat berdedikasi. Walaupun sudah agak berumur tapi sifatnya masih tampak muda. Bahkan ada sedikit genit, apalagi jika melihat wanita cantik. Tak jarang Pak Hardi menggodanya. Aku yang sering ikut dengannya sudah hafal kebiasaannya. Untunglah, tidak sampai merusak hubungan kerjasama. Wanita manapun pasti senang digoda, selama masih batas wajar. "Ayo, Andre. Cepetan! Ntar terlambat," ajak Bos mengetuk toilet. "Iya, Bos. Ini
Baca selengkapnya
Niat licik
Ratih hanya tersenyum saat dari bibirku keluar gumaman. Kenapa nama Ratih bisa menjadi Mutiara? Siapa dia sebenarnya? Tunggu, bukankah nama restoran ini juga Mutiara. Mungkin saja dia memakai nama Restoran, agar terlihat menarik. Huh, dasar wanita licik. Ternyata begini kelakuannya usai bercerai denganku. Jangan-jangan kemarin dia juga minta uang pada Bos Gunawan untuk membeli gaun. Ratih menjadi wanita murahan, 'kasihan sekali kamu Ratih!' batinku menyeringai. Aku dan Ratih hanya diam mendengarkan, Bos ku dan Bos Gunawan berbicara. Saat Bos ku bertanya ada hubungan apa dengan Ratih, aku segera menajamkan pendengaran. Bagai disambar petir saat kata itu keluar dari mulut Bos Gunawan. Pemilik restoran? Benarkah Ratih pemilik restoran? Ah, tidak mungkin. Bisa saja Bos Gunawan bercanda. Tapi, bisa juga serius karena Bos Gunawan sangat mantap berbicara. Tak lama Bos Gunawan membawa Ratih pergi, entah kemana. Aku terus memperhatikannya dengan ekor mataku. Seperti kudengar tadi Ratih ak
Baca selengkapnya
Mantan mertua berulah
Sudah beberapa hari semenjak kenal dengan Mas Gun, begitulah panggilanku sekarang pada lelaki tampan itu. Kini hari-hariku bertambah semangat. Apalagi setiap hari Mas Gun selalu menyempatkan makan di restoran. Terkadang siang bareng temannya, kadang juga malam sendirian. Bila malam, setelah makan Mas Gun akan mengajakku jalan-jalan ke taman di depan. Untuk sementara, cuma ini yang bisa kami lakukan karena masa iddahku belum selesai juga perceraian dengan Andre belum sah secara negara. Walaupun aku belum mengajukan ke pengadilan, akan tetapi di tanganku sudah banyak tersimpan bukti. Aku hanya menunggu waktu yang tepat. Sejak Andre tau aku pemilik restoran, dia pasti tidak akan tinggal diam. Jadi, aku mesti berjaga-jaga kalo dia sampai menjadikan kekayaanku sebagai alasan tidak pernah menceraikanku. Apalagi kalo Mama Andre juga mengetahui, bukan tidak mungkin keluarga arogan itu akan terus merongrong. Mama Andre yang culas itu pasti berani berbuat apapun demi uang. Seperti saat aku
Baca selengkapnya
Peneror itu ternyata ...
Ting! Bunyi notifikasi masuk, pesan dari nomor tak dikenal. Lagi-lagi pesan yang kemarin membuatku terkejut. [Hei, janda gatel! Sebaiknya kamu mundur sekarang atau kamu akan menyesal telah merebutnya dari tanganku] Siapa dia sebenarnya? gumamku heran. Sudah dua kali si peneror mengirim pesan yang berisi ancaman, ini tak bisa dibiarkan. Masalahku dengan Andre baru saja akan dimulai, jadi jika ditambah ini apakah aku sanggup menghadapinya. Didorong rasa ingin tau, aku pun mengetik balasan. [Maaf, kamu siapa? Dan jangan menuduh kalo tak ada bukti] kusertai emoticon marah. [Kamu tak perlu tau siapa aku, yang penting kamu harus jauhi calon saya. Kalo tidak aku tak segan melukaimu] balasnya. Aku melongo, ancamannya ternyata tidak main-main. Namun, aku penasaran siapa dia dan siapa calon yang dimaksudnya. Aku pun terus membalas pesannya agar terbongkar jati dirinya. [Calon siapa yang kamu maksud?] ketikku. [Jangan pura-pura bodoh, kamu pasti tau siapa yang kumaksud. Jadi, kalo kamu
Baca selengkapnya
Pulang kampung
Karyawan itu mengangguk dan keluar kantor di iringi Nova. Aku pun mencoba mengingat apakah aku pernah mengenalnya. Wanita itu berambut pendek, sedangkan Lisa berambut panjang. Berarti bukan Lisa, lalu siapa? Pandanganku kemudian tertuju pada laptop, ah mungkin saja kejadian saat itu terekam kamera. Ya aku segera membuka laptop, mencari video yang menampilkan beragam peristiwa. Kuamati satu persatu, dari sepuluh video akhirnya aku menemukannya. Memang benar wanita itu mendekati dan berbincang pada karyawan tadi. Ciri-cirinya juga persis di sebutkan, akan tetapi yang membuatku heran kenapa kejadian itu pas ulang tahun Mas Gun. Ada apa? Benarkah dia ada hubungannya dengan Mas Gun? Pacarnya atau penggemarnya? Ah, ternyata Mas Gun masih menyimpan banyak rahasia. Aku belum lama mengenal Mas Gun, jadi belum tau sesungguhnya dirinya. Aku sudah percaya padanya begitu saja, Mas Gun benarkah ada rahasia yang belum kamu ceritakan padaku. Mengapa kamu tidak jujur padaku, tak terasa bulir air m
Baca selengkapnya
Kejutan terindah
Sampai di kampung, kedatanganku disambut ibu dan bapak dengan gembira. Walaupun mereka heran tapi tidak banyak bertanya, pasti mereka maklum aku rindu apalagi sejak pisah dengan Andre, aku bisa bebas kapanpun pulang. Karena seringnya pulang, tetangga jadi kepo. Banyak yang bertanya alasannya, ya aku jujur saja daripada berbohong nanti jadi fitnah kemudian hari. Dari sekian banyak yang tanya tak sedikit yang prihatin. Mereka pun selalu menghiburku agar aku bisa menerimanya dengan ikhlas. "Wah, masih pagi udah rajin ya Neng Ratih!" sapa Bu Wina saat lewat depan rumahku. "Biasa kok, Bu. Bantu-bantu ibu sedikit, daripada ngganggur," jawabku tersenyum. Ya, tiap pagi aku selalu menyiram bunga di halaman rumah. "Kalo masih nganggur, bantu ibu juga ya! Hahahaha ...," ujarnya melawak. "Boleh aja, Bu!" "Ya sudah, teruskan aja. Ibu mau ke pasar dulu, mari!" Aku mengangguk dan meneruskan menyiram bunga. Dengan bersenandung kecil, aku menyiram dengan senang. Banyak bunga bermekaran, aku pun
Baca selengkapnya
Penjelasan Gunawan
Aku terpana, di tangan Mas Gun tertenteng banyak barang. Entah apa isinya, juga ada tas kecil. Sepertinya Mas Gun akan menginap. Mas Gun lalu menyalami bapak. Dia memberikan sebagian barang pada ibu dan bapak, dan ada juga bagian untukku. "Apa ini, Nak?" tanya ibu saat menerimanya. "Itu hadiah dari Mama saya, Bu!" jawab Mas Gun senyum. "Loh, jadi kemari sudah bilang pada Mama kamu?" Mas Gun mengangguk, kemudian bapak bergantian tanya. "Katanya kamu calon suami Ratih, benar itu?" Mas Gun melirikku, sepertinya takut aku tidak senang kalo kali ini dia mengatakan itu lagi. Aku hanya menunduk, tak ingin memandang wajah Mas Gun. "Maaf, Pak, Bu. Sebenarnya tanpa meminta pendapat Tiara, saya udah mengklaim calon suami. Namun, saya menyukai dan mencintai Tiara setulus hati. Saya udah mengetahui kalo Tiara adalah janda, tapi saya nggak permasalahkan statusnya. Bahkan Mama saya udah mengenal dan menyetujui hubungan kami," tutur Mas Gun lancar. Aku terpana, Mas Gun begitu berani mengutara
Baca selengkapnya
Kabar dari restoran
Rencana sebulan di kampung tidak jadi terlaksana, karena semua kesalahpahaman sudah selesai. Mas Gun sudah menjelaskan panjang lebar hingga semua masalah yang kulalui menemukan titik terang. Mas Gun bahkan sudah berjanji, apabila wanita peneror itu beraksi lagi, Mas Gun yang akan turun tangan. Bapak dan ibu juga turut memberi nasehat untuk kami berdua, agar tetap bersabar melalui semua cobaan ini. Kedua orang tuaku merestui hubungan kami dan meminta aku selalu mengabari mereka bila ada perkembangan atau masalah lain. Sewaktu di kampung, bapak menyarankan aku agar secepatnya segera mengajukan gugatan cerai ke pengadilan. Aku pun menyetujui, di dampingi ibu aku mendatangi kantor pengadilan agama. Apalagi selama di rumah Nova berulang kali menelepon. Memberi kabar yang mengejutkan. "Bu, kapan ibu pulang?" tanya Nova resah. "Kenapa Nov, apa ada masalah di restoran?" "Restoran aman, Bu! Cuma saya risih, Mantan suami ibu terus-menerus datang mencari ibu, apalagi dia gak mau bayar sete
Baca selengkapnya
Bagas dijodohkan
Seperti tau aku bicarakan, Bagas membalikkan badannya ke arah jendela kamarku. Ups, untung saja aku segera menunduk. Dan tak lama terdengar langkah kaki menjauh diikuti deru mobil pergi. Lega, tentu saja. Aku tidak harus mendengar keluh kesahnya lagi, tentang cinta dan harapannya. Walaupun dia baik tapi bagaimanapun cinta tetap tak bisa dipaksa. Walaupun aku seorang janda, tapi juga berhak mencintai pria yang menerima kekuranganku. Bagas mungkin sampai sekarang belum tau kalo aku sudah berpisah dengan Andre. Karena kami juga jarang berinteraksi, baik bertemu maupun melalui sambungan telepon. Itu lebih baik agar masalah tidak bertambah banyak. "Dia sudah pulang, sebenarnya ada apa mencari kamu?" tanya ibu tiba-tiba sudah berdiri depan pintu kamar. "Oh, nggak Bu!" kataku kaget. "Apanya yang nggak?" tanya ibu heran. Aku menghela napas, haruskah aku beritahu juga pada ibu tentang Bagas? Namun, bagaimanapun ibu harus tau jadi ibu bisa tau harus bersikap seperti apa kemudian hari meng
Baca selengkapnya
Surat gugatan cerai untuk Andre
Esoknya, setelah membereskan koper dan memasukkan ke bagasi mobil. Aku pun pamit pada ibu dan bapak, keduanya dengan penuh kasih sayang mengantarkan sampai ke halaman. "Kalo surat cerai itu udah sampai ke tangan Andre, beritahu kami ya Nak!" pinta ibu. "Iya, Bu! Ratih akan bertanya pada pengacara, kapan surat itu tiba dan bisa sidang di pengadilan," jawabku sebelum menghidupkan mobil. "Hati-hati di jalan, pelan-pelan aja bawa mobilnya," titah bapak. Aku mengangguk, "Ratih pamit dulu ya Pak, Bu, Assalamualaikum." "Wa'alaikumussalam," jawab keduanya dan melambaikan tangan. Aku melajukan mobil dengan kecepatan sedang, karena jalur masuk kampung belum terlalu mulus. Namun, masih bersyukur sarana transportasi mulai ramai. Sesampainya di restoran, disambut Nova dengan gembira. Sepertinya dia lega aku sudah pulang hingga bisa terlepas dari masalah yang akhir-akhir ini membuatnya pusing. "Bu, alhamdulillah. Akhirnya ibu pulang!" "Apa ada kabar baru?" tanyaku berjalan menuju kantor.
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
345678
DMCA.com Protection Status