Semua Bab Luka Istriku karena Cinta: Bab 51 - Bab 60
110 Bab
Ingin Rujuk
"Sayang, kamu tenang aja. Aku sangat yakin itu anak orang lain. Kamu udah dengar ceritaku, tentang kami yang bahkan sulit melakukan hubungan sejak video pertama yang aku lihat di ponselnya, kan? Kami nggak pernah berhasil melakukannya sampai talak tiga itu aku ucapkan. Jaraknya lebih dari sebulan. Kalau memang nanti dia menuntut macam-macam, aku akan mengajukan tes DNA.""Iya, Mas, tapi kenapa Hana tidak ditahan terkait kasusnya?""Aku nggak tahu apa yang mereka lakukan di belakang pengadilan. Keluarga Hana sangat ahli dalam hal-hal seperti ini. Adik bungsunya juga pernah terlibat kasus narkoba, dan berakhir bebas.""Aku takut, Mas.""Tenang aja. Aku akan jagain kamu dengan sepenuh kemampuan. Nggak ada yang boleh nyentuh istri dan anakku walau seujung rambut sekalipun."Ucapan Mas Zaki sebenarnya membuat aku tenang. Namun, di sisi hati yang lain tetap ada rasa takut yang menghantui. Dengan kekuatan, uang, dan pengaruh yang dimiliki keluarga besarnya, kemungkinan Hana untuk melakukan s
Baca selengkapnya
Berpisah
Senyap. Detak jam dinding semakin jelas terdengar karena tidak ada satu pun manusia di rumah ini yang berbicara. Demikian juga aku dan dan Amel yang membisu di balik pintu. "Kalau udah nggak ada lagi yang mau disampaikan, aku mau istirahat," ujar Mas Zaki memecah keheningan dengan suara dinginnya. "Kamu belum jawab pertanyaanku, Mas.""Hana, dalam Islam, istri yang sudah ditalak tiga tidak dapat dinikahi lagi oleh mantan suaminya. Kecuali si istri sudah menikah lagi dengan orang lain lalu bercerai, tapi bukan pernikahan settingan atau pura-pura."Tidak ada jawaban, hingga Mas Zaki berbicara lagi. "Jangan pernah melakukan drama nikah pura-pura lalu cerai, karena aku akan tahu. Lagi pula, sampai mati pun kita nggak akan pernah bersama lagi.""Kamu jahat, Mas," isak Hana di sela kalimatnya yang terbata. "Aku nggak mau ngebahas siapa yang lebih jahat di antara kita, Hana. Bahkan harusnya kamu nggak ke mana-mana sebelum masa iddah selesai."Tidak ada suara lagi untuk beberapa saat lama
Baca selengkapnya
Zaki Menghilang
"Pagi harinya Mas Zaki membawaku ke sebuah tempat di kawasan Kabupaten Tangerang. Tentu saja dengan pengawalan lengkap dari anak buahnya yang kini lebih memperketat penjagaan. Namun, kali ini kami pergi dengan pergerakan yang lebih halus dan rapi. Hingga sangat kecil kemungkinannya untuk dicurigai. Sengaja mobil keluar tidak beriringan, tapi tetap saling memantau. Bahkan kami menembus lalu lintas di jam yang ramai agar terlihat hanya bepergian biasa. Di tengah perjalanan, dengan kemampuan Mas Zaki, Rizal, dan Pak Wawan, kami sudah berjalan beriringan saat memasuki perbatasan kota dan kabupaten. Sejak di sana, mereka bertiga sangat yakin kami tidak diikuti siapa pun sampai ke tempat yang baru.Rumah itu agak sedikit lebih kecil dibanding dua tempat tinggal kami sebelumnya. Desainnya minimalis, dengan taman mungil di depannya. Ada satu pohon mangga di bagian sudut yang membuat suasana halaman menjadi lebih sejuk. Tidak ada kolam renang, tapi tentu saja itu bukan hal mengecewakan karen
Baca selengkapnya
Di Mana Dia
Aku mendengar suara bisik-bisik yang sangat jauh seperti dengungan. Tak jelas terdengar dari setiap kata. Pikiranku beralih pada Mas Zaki. Tiba-tiba aku menyadari, telah mencintai lelaki ini tanpa syarat. Dia yang selalu romantis dengan caranya sendiri. Yang telah berhasil menggoreskan berbagai kenangan di setiap interaksi kami, bahkan saat menuntut haknya. Lalu, di mana dia sekarang?Saat ini aku seperti mati rasa. Masih jelas kata-kata Mas Zaki ketika mengatakan bahwa aku adalah candu baginya. Juga ekspresi wajahnya ketika dia mengungkapkan itu. Aku masih meringkuk dalam selimut yang entah dililitkan oleh siapa. Mencoba meresapi kenyataan menyakitkan yang sedang terjadi. Aku hampa. Separuh hidupku menghilang.“Bu, minum ini dulu,” Amel berkata dengan lembut, seperti seorang ibu yang sedang membujuk anaknya.Suara gadis itu membuat aku seperti tersadar dari mimpi, tapi sekaligus membawa kembali ke dalam kesedihan. Amel memberi segelas teh hangat yang kuambil dengan tangan gemetar.“T
Baca selengkapnya
Kupikir Tidak Lagi Bisa Bertemu
Aku kembali berdoa dan memohon pada Allah agar hidupnya masih panjang. Aku masih butuh bersamanya. Kami perlu waktu yang banyak untuk bersama.Aku masih ingat momen saat dia menyatakan cintanya untuk pertama kali. Wajahnya memerah, dengan tatapan yang sangat gelap. Tuhan, ternyata aku sangat mencintainya. Tak memiliki arti tanpa dirinya."Apa yang harus kulakukan untuk meyakinkanmu?"Masih kulihat jelas ekspresi putus asanya saat mengucapkan kalimat itu. Dia lelaki yang sangat tahu bagaimana membuatku terus mendambanya. Selalu menginginkannya tanpa pernah merasa bosan.Aku masih menatap dengan pandangan kosong saat kenangan demi kenangan masuk kedalam pikiran. Bayangan dia yang menyuapi setiap ada kesempatan. Memasak di dapur dengan bertelanjang kaki karena ingin menyiapkan sendiri makanan untukku.Semoga dia baik-baik saja. Mas Zaki tak boleh pergi. Karena saat itu terjadi, maka separuh jiwa ini pasti terkoyak. Aku terisak dan menutupkan tangan ke mulut. Harus kuat, rapalku dalam ha
Baca selengkapnya
Apakah Sampai di Sini?
"Apa yang terjadi?" bisikku.Sekali lagi dia menyeka air mataku dengan ibu jarinya, lalu kembali memberikan pelukan."Ceritanya sangat panjang, Cinta."“Kamu udah buat kami semua sangat khawatir,” isakku di antara kata.“Aku sudah di sini, Sayang,” gumamnya."Bahkan Rizal terlihat sangat panik," ujarku sambil melirik ke arah lelaki berkulit putih itu.“Senang melihatmu, Kawan,” serunya sambil memberikan dua ibu jarinya.Aku tahu Rizal sedang mencoba untuk menyembunyikan emosinya. Mata lelaki itu masih merah. Semua orang di ruangan ini menyayangi Mas Zaki. Sebelum ini mereka sama denganku, khawatir dan takut."Aku selamat. Rekanmu di Ambarawa itu memang benar-benar bisa diandalkan, Bro!"Rizal hanya tersenyum dan mengangguk. Mas Zaki mengedarkan pandang ke sekeliling, lalu kembali padaku.“Aku pikir … kamu ...."“Aku tahu. Maaf udah bikin kamu ketakutan. Maafkan aku,” bisiknya.“Oh, terima kasih, Allah.""Mas mau minum?" “Ya.”“Aku akan mengambilkannya,” bisikku.“Nggak usah. Jangan p
Baca selengkapnya
Hana Turut Andil
"Tidurlah. Kita akan tetap bersama."Dia membenamkan wajah di rambutku dan tangannya melingkar dengan amat posesif. Aku hanyut dalam damai yang terpancar dari napas hangatnya, hingga terlelap tanpa mimpi.***Setelah sarapan, Mas Zaki pamit padaku untuk mengurus beberapa hal di ruang kerjanya. "Aku nggak lama," ujarnya sambil memberi kecupan ringan di dua mataku.Awalnya aku menghabiskan waktu untuk menantinya dengan membaca novel di teras samping. Setelah setengah jam, rasa bosan mulai melingkupi setiap tarikan napas. Akhirnya aku menarik langkah menuju kamar. Namun, saat melintas dekat ruang kerja Mas Zaki, tak sengaja aku mendengar pembicaraan yang membuat rasa ingin tahu kembali bangkit. Dengan berjingkat, aku mencapai pintu yang sedikit terbuka. Sengaja tak ingin melihat ke dalam, karena aku hanya ingin tahu apa yang mereka bicarakan. "Aku dan Hasan sengaja mengambil jalan memutar yang tidak sesuai plan A atau B. Karena orang-orang itu sudah mengincar sejak satu hari sebelumny
Baca selengkapnya
Jangan Hanya Minta Maaf
Mas Zaki mengantar Dokter Elita keluar kamar. Tangannya memberi kode padaku agar tetap di tempat tidur. Namun, aku tahu dokter paruh baya itu pasti akan memberi informasi yang hanya boleh diketahui Mas Zaki. Bisa jadi suamiku itu juga akan menyembunyikan informasi apapun agar aku tak banyak berpikir. Dengan menahan sakit di perut, perlahan aku turun. Pasti Mas Zaki akan marah, tapi kalau tidak begini, aku tak akan tahu apa yang sesungguhnya terjadi. Berpegangan pada daun pintu dan dinding, aku melangkah keluar. Kepala semakin berdenyut kala kaki bergerak. Saat hampir dekat ke pintu yang menuju ruang tamu, samar-samar aku bisa menangkap suara Dokter Elita yang sedang memberi penjelasan pada Mas Zaki."Secara umum sebenarnya kondisi Bu Widia baik, tapi dia tidak boleh mempunyai beban pikiran yang berlebih. Stres selama masa kehamilan bisa memperbesar risiko bayi lahir prematur atau lahir sebelum usia 37 minggu, Pak.""Kenapa seperti itu, Dokter?""Saat ibu hamil stres, tubuhnya akan m
Baca selengkapnya
Darah yang Tumpah
Amarahnya telah mencair, tapi bahasa tubuhnya tak lagi seperti kemarin. Masihkah dia marah? Berhari-hari itu menjadi denting pilu dalam gerakku di tengah kebisuan yang menyayat. Hingga aku merasa ada yang sangat aneh. Ya, dia tak pernah menyentuhku sejak kehadiran Dokter Elita. Marahnya tak lagi ia redakan dengan penyatuan yang sangat menuntut seperti biasa, dan aku sungguh kehilangan.Kami masih tidur di ranjang yang sama. Dia tetap memelukku dalam pejamnya. Namun, kalimatnya tak lagi penuh rayu dan menggoda. Kosa katanya jauh berkurang tak seperti yang telah lalu. Aku mencoba menarik perhatiannya. Mengubah pakaian dengan yang sedikit terbuka saat bersamanya di dalam kamar. Selalu tampil dengan wajah cantik full make up ketika Mas Zaki ada di rumah. Sampai memancingnya dengan gerakan dan sentuhan menggoda setiap kami berdekatan. Namun, dia bergeming. Seringkali kulihat kilatan keinginan di matanya, tapi Mas Zaki mampu meredamnya setelah beberapa lama. Hingga malam ini aku tak lagi
Baca selengkapnya
Anyir Darah
Namun, bukan isi perut yang terhambur ke lantai, tapi darah. Sangat banyak dan sulit kuhentikan. Hingga lantai berubah menjadi genangan merah yang berbau anyir. Mas Zaki melompat. Dia langsung menahan tubuhku yang lemas dan masih menyemburkan darah dari mulut. Kali ini cairan kental itu diiringi gumpalan-gumpalan besar seperti hati sapi. Sangat tidak bisa diterima nalar."Ya, Tuhan. Kamu kenapa, Cinta?"Aku berusaha menggeleng, tapi darah masih keluar dari mulut. Jika seluruh cairan merah kental dan gumpalan-gumpalannya disatukan, sepertinya bisa memenuhi satu ember kecil."Amel! Wawan!" teriak Mas Zaki panik.Kedua orang itu muncul hampir bersamaan di pintu kamar. "Ya, Allah," seru Amel dan Pak Wawan bersamaan. Mereka menatapku dengan wajah panik bercampur heran dan takut. Pemandangan di depan mereka memang menyeramkan. "Ibu kenapa, Pak?" tanya Amel dengan khawatir."Saya nggak tahu. Kamu minta bantuan mbak yang di belakang buat bersihkan ini. Wan, bantu Amel.""Baik, Pak."Kedua
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
45678
...
11
DMCA.com Protection Status