All Chapters of Gara-gara Jatah Mantan: Chapter 31 - Chapter 40
90 Chapters
Bab 31
"Flara," Pekik Denan terkejut. "Tumben, ada apa? Apa ada masalah? Kamu sendirian?" Denan bertanya seraya menatap pintu utama. Barangkali Flara datang dengan seseorang. Mengingat ini sudah sedikit malam. "Nggak, sendirian aja. Memang mau sama siapa?""Zaki nggak marah kamu keluar malam?" tanya Denan pura-pura tak tahu. "Dia lagi nggak di rumah. Bagaimana keadaan Bu Salma?""Baik, bahkan Ibu sudah mau duduk dan keluar rumah. Perkembangan yang aku tunggu-tunggu dari dulu." Denan melengkungkan bibirnya karena bahagia menceritakan ibunya yang sudah berkembang. Meskipun Denan sangat penasaran hal apa yang membuat Flara ke sini, ia berusaha dengan keras untuk tak bertanya. Biarkan saja ia yang akan mengatakannya nanti, begitu pikir Denan. Denan mengamati wajah Flara. Meneliti setiap inci kulit putih mulusnya, tak ada guratan kesedihan di sana. Ah, mungkin saja Zaki tak terang-terangan akan orang Bali sama Rania, pikir Denan. "Bu Salma udah tidur?" "Belum, baru makan malam barusan. Mau
Read more
Bab 32
Flara dan Bu Salma sama-sama saling menatap pintu. Rasa terkejut tak bisa mereka sembunyikan dari wajah Denan. Apa Denan mendengar semuanya? Mudah-mudahan saja tidak, begitu pikir keduanya terutama Flara. "Ditanya diam saja, apa yang mau di ambil?" Denan berjalan dan duduk di tepian ranjang. Memandang bergantian dua wanita yang ada di hadapannya. "Bukan apa-apa, Den. urusan perempuan. Masa kamu mau tahu?" Bu Salma yang menjawab. Denan menggangguk meskipun ada keraguan di wajahnya. "Kamu tadi ke sini naik apa, sih Fla?""Taksi online, kenapa?""Ya sudah nanti pulangnya aku antar. Masih lama ngobrolnya? udah malem, loh. Bukan ngusir tapi, kan kamu lagi hamil harus banyak istirahat. Nggak boleh capek-capek."Flara menyesalkan satu hal, kenapa bukan suaminya yang memberikan perhatian kecil itu. Perhatian yang seharusnya ia dapat dari suaminya malah ia dapatkan dari pria yang merusak rumah tangganya. Sifat Denan akhir-akhir ini membuat Flara menjadi bingung. Jika dulu Denan penuh denga
Read more
Bab 33
Semakin lama hujan yang mengguyur bukannya mereda justru semakin deras. Denan masih berada di rumah Flara saat petir mulai menyambar, ia ingat betul Flara takut dengan suara keras yang berasal dari langit Itu. Wajah takut berusaha disembunyikan oleh Flara. namun, Denan masih bisa melihat guratan takut dari wajahnya itu meskipun wanita itu berusaha untuk tidak menampakkannya. Denan bingung, ia ingin segera pulang karena ibunya sendirian di rumah, tapi ia juga tidak tega meninggalkan Flara sendiri di rumah sebesar ini. "Kamu nggak cari asisten rumah tangga, sih, Fla?" "Ya sebenarnya ini mau nyari, tapi bingung mau nyari di mana. Kamu, kan tahu aku gampang nggak percaya sama orang baru.""Aku cariin aja, ya nanti. Kalau suami kamu tanya, ya bilang aja kamu yang nyari. Kalau situasi kayak gini, kan nggak baik kalau kamu sendirian di rumah. Apalagi kamu juga hamil kalau ntar ada kenapa-napa gimana? Kamu juga nggak mungkin ngerawat rumah sebesar ini sendirian kamu, tuh harusnya banyak i
Read more
Bab 34
Zaki masih diam tak bersuara, jangankan untuk bersuara, untuk menelan ludahnya sendiri saja ia begitu kesulitan. Netranya masih sibuk menatap pria yang berstatus menjadi Ayah menantunya. Pria yang biasa bersikap sabar terhadapnya kini berubah menjadi garang dan terlihat begitu marah. Sorot matanya memancarkan amarah yang memuncak. "Siapa dia?" Pak Adhi menanyakan status Rania tapi matanya tidak lepas dari wajah Zaki. "Dia... Dia teman aku, Yah. Ya, hanya teman. Kebetulan kita nggak sengaja ketemu di sini tadi." Zaki menjawab dengan gelagapan dan sedikit terbata. "Teman suap-suapan?" tanya Pak Adhi santai namun penuh intimidasi. Hening.Pandangan mata Pak Adhi beralihpada Rania yang berdiri dengan ekspresi bingung. Menatapnya dari atas hingga bawah. Sungguh pria itu sangat tidak suka dengan penampilan Rania yang sedikit vulgar."Kamu siapa?" Pak Adhi bertanya dengan galak. "Saya Rania, Om.""Siapanya Zaki?" Rania tak langsung menjawab, ia menatap Zaki seolah meminta sebuah kata y
Read more
Bab 35
Masih hening, Zaki tak bisa memikirkan apapun, apalagi mengeluarkan sebuah kata-kata untuk menjadi jawaban. "Baiklah kalau kamu tidak bisa menjelaskan. Biar Ayah yang memulai semuanya. Sebelumnya Ayah mau tanya dulu sama kamu, Flara. Kenapa kamu bohong sama ayah dan ibu?""Bohong soal apa, Ayah?""Liburan yang tidak pernah ada. Cerita kamu yang kemarin itu hanya karangan saja, kan?"Flara seketika menelan ludahnya kasar. Ia benar-benar tidak tahu apa yang terjadi saat ini. Berada di ambang kebingungan membuat Flara bingung hendak menjawab apa. "Jawab Flara!" desak Pak Adhi. "Maksud Ayah apa? Aku nggak bohong, Yah.""Flara, kalau ada pertanyaan seperti ini, berarti Ayah tahu apa yang sudah terjadi. Jelaskan kenapa kamu berbohong, kamu berbohong untuk apa? Apa yang sebenarnya kalian sembunyikan? Istrinya berbohong mengatakan liburan dengan suaminya. Sedangkan suaminya ternyata malah mesra-mesraan dengan wanita lain di restoran."Ayah hanya salah paham saja, Yah.""Salah pahamnya di m
Read more
Bab 36
Zaki menatap tajam kedua mertuanya lalu "Coba kalian nilai sendiri dari cerita yang akan saya perdengarkan kepada kalian. Siapa yang lebih tidak tahu diri dan siapa yang lebih biadab dari saya. Dan orang tua siapa yang salah dalam mendidik anaknya. Ayah tadi mengatakan bahwa saya berbicara berputar-putar dan bertele-tele, kan? Baiklah saya tidak akan menyembunyikan apapun sekarang. Dugaan Ayah itu memang benar. Ya, saya punya hubungan dengan Rania." Pak Adhi sudah mengepalkan kedua tangannya. "Ayah jangan mengangkat tangan terlebih dahulu," ujar Zaki yang melihat kepalan tangan Ayah mertuanya. "Coba tanyakan kepada putri Anda satu-satunya, apa yang sudah dia lakukan di malam sebelum pernikahan kami. Ayo tanyakan!" Zaki berkata sangat santai seakan tidak ada terjadi hal besar saat ini. Sebenarnya tidak ada niatan di diri Zaki untuk menceritakan apa yang sudah berlalu. Tapi pendiriannya itu berubah ketika Pak Adhi sudah mengolok-olok kedua orang tuanya. Tidak ada anak yang diam s
Read more
Bab 37
Flara dan Zaki ini saling tatap dengan tatapan yang buas, mereka berdiri di depan ruang rawat sang Ayah. Terlampaui syok dengan apa yang beliau dengar, membuat Pak Adhi kembali terkena serang jantung. Kini pria itu harus kembali kritis untuk yang kedua kalinya setelah bertahun-tahun yang lalu sudah sehat seperti sedia kala. Bu Nia yang kecewa dengan perilaku keduanya, tak mengizinkan mereka berdua masuk ke ruangan. Tidak ada manusia yang akan baik-baik saja jika pasangannya hanya bisa terbaring di rumah sakit. Wanita itu sejak tadi hanya bisa menangis. Entah menangis untuk siapa dan alasan apa yang lebih pantas ia tangisi. Suaminya yang tergolek tak berdaya atau rumah tangga anaknya yang tidak bauk-baik saja. Yang lebih mengejutkan lagi untuk Bu Nia adalah kenyataan bahwa Flara pernah tidur dengan laki-laki lain selain suaminya. "Sudah puas? Puas kau membuat semuanya menjadi hancur? Kalau sampul terjadi apa-apa dengan Ayah, kau akan tanggung akibatnya. Aku sudah tak peduli lagi den
Read more
Bab 38
"Ya untuk sementara kita kita begini dulu aja. Ya mau gimana? Situasinya nggak kondusif banget. Nggak, siapa yang mau mutusin kamu, sih? Masa setelah apa yang kita lakukan aku dengan mudah meninggalkan kamu, nggak akan Rania. Tenang saja. Jangan berpikir yang tidak-tidak. Flara baru saja tiba di lantai dua, tepatnya di depan kamar suaminya. Hatinya kian memanas begitu mendengar deretan kata yang meluncur dengan jelas dari mulut Zaki. Kata demi kata itu juga sampai di telinga Flara dengan lancar tanpa hambatan. Bruak! Tumben pintu tak terkunci, apa mungkin pria itu mengira ia tak akan pulang malam ini? Pikir Flara. Zaki meletakkan ponselnya. Menatap Flara malas selalu beranjak dari duduknya dan membuka lemari berniat untuk mengganti pakaiannya yang sejak pagi tadi belum terganti. "Benar-benar keterlaluan, Ayahku sedang sakit, terbaring nggak berdaya karena ucapanmu itu, dan sekarang lihat dirimu! Jangankan menyesal, melupakan sedikit kekasih gelapmu itu saja kau tak mampu. Laki-la
Read more
Bab 39
Flara sempat berhenti sejenak saat Zaki berteriak. Namun, saat melihat tatapan mata Zaki yang begitu murka, ia melanjutkan langkah. Bukan karena takut, ia kini ingat bahwa dirinya sedang hamil ia tak mau meladeni Zaki terus menerus. Grap.Sayang sekali usaha Flara untuk menghindari Zaki harus pupus saat tangannya berhasil dicekal oleh suaminya. Seperti yang sudah-sudah, cakraman Zaki selalu kuat dan menyakitkan untuk wanita itu. Tanpa rasa takut Flara membalas tatapan tajam Zaki. Untuk beberapa detik mereka hanya saling melempar tajam setajam silet. Tidak ada sedikitpun pergerakan di tangan Flara, nampaknya wanita itu sudah mulai cerdas. Semakin ia berusaha melepas cengkraman tangan Zaki, maka pergelangan tangannya akan semakin sakit. "Ada bayaran untuk tamparan yang aku terima. Kau harus membayarnya dengan mahal." "Tamparan itu tidak berarti apapun, tidak bisa membalas rasa sakit yang aku rasakan. Sesakit itukah tamparanku sampai kau harus marah seperti ini? Atau harga dirimu sud
Read more
Bab 40
Di saat pintu mengayun ke dalam, di saat itu pula Flara menjatuhkan tubuhnya dan bersembunyi di kolong tempat tidur. Ternyata benar dugaannya, jika dilihat dari kakinya Denan yang masuk ke dalam kamar. Entah apa yang ia lakukan dan dengan tujuan apa pria itu kembali ke rumah setelah berangkat ke kantor. Flara tidak memusingkan itu, yang Flara pusingkan adalah bagaimana jika Denan tidak kembali ke kantor dan malah menetap di kamar? Ah mudah-mudahan saja tidak. Flara sudah mulai kegerahan di kolong. Namun, Denan tak kunjung keluar dari kamar. Sungguh, dalam hati Flara merutuki pria itu. 'Kenapa dia lama sekali apa yang dilakukan di sana?' gerutu Flara dalam hati. Setelah beberapa saat melihat kaki Denan berdiam diri di tempat akhirnya kaki itu melangkah keluar kamar. Di saat pintu kamarnya tertutup kembali barulah Flara keluar dari kolong meja dan bernafas dengan lega, seakan beban hidupnya sudah terangkat semua. "Aku harus cepat-cepat menemukan di mana kunci laci itu." Flara bicara
Read more
PREV
1234569
DMCA.com Protection Status