Semua Bab Ngarep Jadi Istri Sultan Malah Jadi Gelandangan: Bab 31 - Bab 40
48 Bab
Bab 21.A
"Diandra, kapan kita ketemu lagi? kemarin 'kan ga jadi, jangan lupa kamu, vidio itu takkan terhapus sebelum kita tidur bersama, ayolah jangan buat aku penasaran dengan bentuk tubuhmu yang baru itu, atau Wira akan segera melihat vidionya, dan rumah tanggamu akan segera kandas."Dada Wira bergejolak mendengar pesan voice note dari Kevin, jika tak ada sang mertua di sini, ia pasti sudah berteriak kencang."Vidio apa yang Kevin maksud hah?" tanya Wira pelan tapi penuh penekanan.Berlinang sudah air mata Diandra, aib yang selama ini ditutup rapat-rapat mulai tersingkap. Jika sudah begini bagaimana? Diandra kebingungan."Vidio apa, Diandra?! Jawab!" Suara Wira mulai meninggi.Diandra makin membisu, bingung harus katakan apa."Kalau kamu ga mau kasih tahu, biar aku yang cari tahu sendiri." Dengan bengis Wira melangkah pergi sambil membawa ponsel "Wira, tunggu!" Diandra terisakTeriakkan itu tak dihiraukan olehnya, Wira melangkah pergi naik ke lantai atas, lalu membuka ponsel mahal milik Dia
Baca selengkapnya
Bab 22.B
Kali ini ia ingin ke dapur hendak menegak minuman dingin di kulkas, susah payah ia turun dari tangga, sambil berpegangan dan langkah perlahan. Akhirnya ia tiba di tujuan.Di meja makan Rara melihat Diandra yang masih terisak di meja makan."Kenapa nangis? Mas Wira cuekin kamu ya?" tanya Rara sambil tersenyum sinis.Diandra menyeka air mata di pipinya secara kasar, tak terima dianggap lemah olehnya."Bukan urusanmu!" tegas Diandra dengan bengis."Memang bukan urusanku, tapi karena kamu masih tinggal di rumahku maka itu jadi urusanku." Rara tersenyum lagi, mengejek tepatnya."Ga usah sombong," balas Diandra sengit."Siapa juga yang sombong." Rara tersenyum manis.Sementara Diandra melengos membuang muka, mood wanita itu ambyar, ditambah harus berhadapan dengan Rara."Oh ya aku tegaskan, tinggal di sini ga gratis, Diandra. Oleh karena itu kamu harus beberes dan bersihkan rumah ini setiap hari."Diandra melirik protes."Aku ini istri Wira ya! Bukan babu!" tegas Diandra ."Aku juga istriny
Baca selengkapnya
Bab 22.A
Wira mondar mandir sendirian sambil menggenggam alat komunikasi di tangannya, pria itu sedang berfikir untuk menghubungi siapa lagi selain sang mertua.Bagaimana pun juga ia harus mengetahui di mana keberadaan Diandra, karena saat ini ia masih sah istrinya secara agama.''Dan anak itu, bagaimana jika anak itu benar darah dagingku?'' Wira bergumam pelan.Wira menengadah mengusir rasa gundah'Selama lima tahun aku mendamba seorang putra, lalu setelah ia hadir haruskah aku mencampakkannya begitu saja karena perbuatan ibunya?'Kini, logika dan kata hatinya sedang bertarung hebat.Ia menelpon teman Diandra yang ada di kontak suaminya. Namun, nihil beberapa orang yang ia hubungi tak ada yang tahu Diandra di mana.Pagi ini Wira sarapan sambil melamun, hanya beberapa suap saja perutnya sudah kenyang. Semua itu karena ia menikmati rasa bimbangnya sendirian."Sayang, Mas berangkat ya, doakan semoga usahaku sukses," ucap Wira sambil berusaha tersenyum."Ya," jawab Rara singkat.Wira mengangguk t
Baca selengkapnya
Bab 22.B
"Dia bilang, 'jangan-jangan Diandra pergi tanpa kabar karena stres kamu memperlakukannya tidak baik di sini' perempuan itu mencurigai aku yang tidak-tidak!""Padahal kenyataannya, dia yang selalu cari gara-gara 'kan, dia yang sering buat kekacauan di sini, bilang sama mertuamu itu!" Rara berkata ketus.Wira mendesah, gagal sudah romantisan dengan istri tercinta, kalau sudah begini rasa sesal kembali menyeruak ke dalam hatinya, menyesal karena sudah kenal dengan Diandra."Iya nanti aku bilang, sabar ya, jangan cemberut gitu dong senyum." Wira berusaha menghibur.Rara membuang muka, ingat perkataan pedas Mamanya Diandra tadi siang.***"Apa kamu tahu tadi Wira nelpon saya pagi-pagi nanyain Diandra? saya kemari ingin memastikan kalau putri saya ada di rumah dalam keadaan baik-baik saja, tapi ternyata dia ga ada, hapenya ga aktif pula.""jangan-jangan Diandra pergi tanpa kabar karena stres kamu memperlakukannya tidak baik di sini?" Tatapan Mama Diandra penuh selidik.Tentu saja Rara merad
Baca selengkapnya
Bab 23.A
Sudah satu bulan Diandra menghilang tanpa kabar dan jejak, perempuan itu sengaja ingin menyiksa batin Wira, membalas semua hinaan yang pernah dilempar ke wajahnya.Sementara Wira semakin hari moodnya kian kacau, bagaimana tidak setiap detik Wira selalu merindukan Diandra yang entah di mana.Namun, hati kecilnya masih tak ingin kehilangan Rara, ia benar-benar dilanda dilema.Guna-guna kiriman Diandra memang sedikit mempengaruhi hari-harinya, beruntung Rara selalu mengingatkan untuk salat, sehingga sihir kiriman sang istri muda tak terlalu membuatnya tersiksa.Sementara Rara selalu gelisah saat tengah malam. Namun, perempuan yang selalu berpakaian syar'i itu selalu dzikir pagi petang.Sehingga bisa menghalau sihir kiriman yang datang "Gimana, Wira? Apa Diandra sudah ada kabar?" tanya Pak Haryadi--papanya Diandra--"Belum, Pa." Wira menunduk pasrah."Terus gimana? anak saya menghilang gara-gara kamu, pokoknya cari dia sampai dapat!"Usai marah-marah Pak Haryadi memutus telponnya. Lela
Baca selengkapnya
Bab 23.B
Mereka sama-sama terdiam."Sepertinya kita harus ruqyah mandiri, Mas, aku dengar dari temanku kalau Diandra itu sering pergi ke dukun, bukan suudzon sih, tapi 'kan mungkin aja semua keanehan yang terjadi diantara kita itu gara-gara ulahnya."Wira masih diam mencerna perkataan istrinya."Zulfa yang cerita sama aku, Mas. Kalau Diandra itu sering ke dukun yang deket rumahnya, terserah sih mau percaya apa engga, dan aku yakin dia ga mungkin pergi gitu aja tanpa buat masalah." Rara bersuara lagi."Aku pusing, Ra. aku tidur duluan." Wira berbaring membelakangi sang istri, lalu menutupi dirinya dengan selimut hingga ujung kepala.Rara mendesah pelan, kesal saja Wira seperti tak percaya dengan ucapannya.Akhirnya Rara pun tertidur setelah sebelumnya berwudhu dan baca doa, setelah mengalami gangguan yang aneh, perempuan itu jadi lebih hati-hati, dan lebih mendekatkan diri pada Tuhan-Nya.**"Diandra.""Diandra."Tengah malam Wira mengigau memanggil istri keduanya, Rara pun terbangun karena men
Baca selengkapnya
Bab 24.A
"Rara, apa itu, Nak?" Sontak saja Rara yang sedang berjongkok pun terkejut, ia mendongak ternyata sang bunda yang datang."Ya ampun itu 'kan buhul," sahut Bunda Denia, setelah ia maju satu langkah dan jongkok mengimbangi anaknya "Iya, Bun, Alhamdulillah sudah ditemukan," jawab Rara membuat bingung bundanya.Wanita tua hampir kepala enam itu menatap sang putri lamat-lamat."Emang ada apa?" tanya Bunda Denia dengan kening mengkerut.Rara menghela napas."Baiknya kita bakar dulu ya, Bun, buhul ini. Bantu aku buat membuka ikatan-ikatan rambutnya."Bunda Denia mengangguk lalu membantu putrinya, Rara bergegas ke dalam memanggil Wira yang masih di kamar, ia memberitahukan penemuan yang baru ia temukan pagi ini."Maksudnya buhul itu apa, Ra? aku ga ngerti?" tanya Wira membuat Rara tepuk jidat."Ayo ikut makanya, kita sama-sama hancurkan benda terkutuk itu." Rara menarik tangan Wira, terpaksa lelaki itu pun mengikuti walau sedang enak-enaknya menikmati secangkir kopi."Ini nih buhulnya, Mas.
Baca selengkapnya
Bab 24.B
Wira garuk-garuk kepala, kalau begini ia jadi pingin segera beli mobil lagi."Ya sudah hati-hati, nanti aku lewat kampusmu kalau sempat mau mampir deh," sahut Wira sambil menyeringai.Rara mengerlingkan mata."Ngapain mampir segala? ya sudahlah aku berangkat."Mobil Alphard putih itu melaju perlahan, lalu melesat ke tengah jalanan.Siang ini Wira mengecek restoran, keuntungannya sudah lumayan, diperkirakan dua atau tiga bulan lagi ia akan membeli mobil secara cash.'Alhamdulilah, benar kata Rara, jika kita memodali usaha tanpa riba maka usaha jadi berkah dan untung berlimpah,' gumam Wira.Usai rapat dengan para karyawan, Wira melangkah keluar, ini jam makan siang. Rara pasti kebingungan cari makan, Wira tahu betul dekat kampusnya jarang ada makanan yang membuat istrinya berselera.Ia berniat ke sana mengirim makanan, dengan harapan sang istri senang dan hubungannya yang renggang bisa kembali membaik.Akan tetapi, langkahnya terhenti saat Wira melihat sosok wanita yang sedang hamil tu
Baca selengkapnya
Bab 25.A
"Diandra," ucap Wira sambil menahan pintu."Ya ampun, Wi-wira." Diandra mendadak gemeteran melihat sosok lelaki yang berdiri di hadapannya.Dengan tenaga yang terlampau kuat akhirnya Wira bisa membuka pintu lebar-lebar dan masuk ke dalam, tatapannya setajam elang."Oh, ternyata begini ya wajah kamu yang sebenarnya, p3l4cur!" ucap Wira menahan emosi dalam dada.Ia maju beberapa langkah, mendekati Diandra yang kini sudah mentok ke tembok."Mas ... aku ...." Diandra gelagapan."Kamu melayani lelaki tua tadi 'kan untuk bertahan hirup? menjijikan!" teriak Wira dengan napas terengah-engah.Emosinya sunggguh membara, bagaimana tidak perempuan yang selama ini ia manja ternyata sering menjual tubuhnya pada pria hidung belang.Lalu, di rumah ada seorang istri yang tersiksa karenanya harus terabaikan begitu saja demi perempuan yang menurutnya hina.'Selama ini aku memang ga waras' fikir Wira"Mas ... tapi ... kamu salah faham." Diandra bicara ketakutan.Wira menyeringai."Salah faham katamu! Aku
Baca selengkapnya
Bab 25.B
"Oh jadi kamu jebak aku hingga sampai ke sini?" tanya Wira dengan tatapan penasaran.Diandra terbahak-bahak."Itu kamu tahu." Diandra menyeringai puas.Wanita itu memang tak bisa ditebak isi hatinya, sebentar bisa menangis lalu sedetik kemudian bisa tertawa."Cepat buka pintunya!" Dengan bringas Wira memukul-mukul pintu dengan keras Sementara Diandra tersenyum, sekuat apapun pintu ditendang itu takkan terbuka tanpa titahnya."Nanti aku bukain, Wira. Sekarang mending kita santai-santai dulu di sini." Diandra duduk di kasur sambil tumpang kaki.Paha mulusnya terlihat jelas, walau sedang berbadan dua, tapi pesonanya masih bercahaya."Menjijikan! Aku ga sudi kalau harus duduk di tempat itu," jawab Wira.Fikiran lelaki itu kacau."Kok ga sudi sih cuma duduk doang kok, atau mau lebih." Diandra tertawa lagi."Buka pintunya, Diandra!" teriak Wira menggema."Aku bilang juga tunggu dulu.""Cepat buka pintunya." Wira melangkah dan hampir mencekik leher Diandra, hingga wanita itu terbaring di ka
Baca selengkapnya
Sebelumnya
12345
DMCA.com Protection Status