Semua Bab Pengasuh tuan muda lumpuh dan buta: Bab 61 - Bab 70
128 Bab
Bab 61
Di waktu malam Sinta, Elang dan Hafsa sedang makan malam bersama Rey tidak ikut karena ada urusan yang harus diselesaikan.Sinta sudah diberi tahu oleh Rey tentang donor mata untuk Elang tentu saja saat mendengarnya dia sangat senang sekali bahkan sampai menangis.Elang anaknya itu memang jarang sekali memberi tahu ibunya untuk yang pertama terhadap sesuatu yang urgent maka dari itu dia menyuruh Rey agar selalu memberikan informasi yang pertama kepadanya tentang Elang.Saat semua di rasa selesai menyantap makan malam Sinta menanyakan hal itu pada Elang."Jadi.. kau sudah menemukan pendonor untuk matamu." ucap Sinta senang."Sudah bu." jawab Elang singkat."Wah benarkah itu." Hafsa ikut senang."Benar." jawab Elang."Lalu kapan kau akan dioperasi?" tanya Sinta."Secepatnya.""Ibu doakan semoga operasi nya berjalan dengan lancar yah nak! ibu senang mendengarnya" ucap Sinta mendoakan dengan tulus.
Baca selengkapnya
Bab 62
Saat nyonya Sinta sedang santai dibangku gajebo sambil meminum teh nya dan membaca majalah, itulah kebiasaan Sinta jika sedang ada dirumah. Ingin pergi juga jika ada perlu saja.Saat sedang santai Rahma dan Sesil menghampiri sambil saling sikut."Selamat sore nyonya." sapa Ibu dan anak itu secara bersamaan.Sinta menoleh dan tersenyum, "Ya selamat sore, ada apa?". sambil menutup majalahnya."Begini nyonya, anakku Sesil telah dipanggil bekerja mohon sekiranya nyonya untuk mengizinkannya bekerja diluar." papar Rahma sambil menunduk."Diterima bekerja, bekerja dimana?" tanya Sinta penasaran."Didunia modeling nyonya, karena Sesil ingin sekali menjadi model dan ini adalah impiannya. Aku tidak bisa menghentikannya." lanjut Rahma."Emm.. di agency mana dia diterima?" tanya Sinta lagi."Di agency YG entertainment nyonya." jawab Rahma."Kapan dia akan berangkat?""Besok nyonya dan semua persiapan nya s
Baca selengkapnya
Bab 63
"Kenapa? bukankah kita sudah melakukannya, apa kau lupa." ujar Elang tersenyum.Hafsa gelagapan, iya juga bukannya dia sudah melakukannya tapi dia rasa seperti belum maka dari itu dia gugup."Tapi tuan."Mendengar kata tuan lagi Elang langsung saja mencium bibir Hafsa karena gemas sekaligus kesal, Hafsa pun tidak bisa bisa mengelak karena dia dikukung oleh tubuh besar Elang."Aku tidak ingin kau memanggilku tuan lagi dan ini hukumanmu jika kau memanggilku tuan lagi." kata Elang melepaskan ciumannya sambil jarinya menyentuh lembut bibir Hafsa yang basah."Lalu aku harus memanggil apa?" tanya Hafsa gugup yang membuatnya gugup adalah posisinya yang menempel pada Elang sehingga dia jadi merasakan sesuatu yang keras sedari tadi dibawah sana."Terserah, asal tidak tuan." jawab Elang terus menahan hasratnya."Baiklah, kak Elang bisakah posisinya jangan seperti ini, ini membuatku tidak nyaman." kata Hafsa mengalah demi menghilan
Baca selengkapnya
Bab 64
Hafsa dan Melati sedang berada diluar, Melati ditugaskan untuk membeli bahan makanan yang sudah habis, karena Hafsa merasa bosan jadilah dia ikut Melati.Mereka sudah selesai berbelanja dan belanjaannya sudah di bawa ke mobil oleh sopir kini mereka ingin menyantap jajanan disekitar mall itu.Kini Hafsa dan Melati sedang menyantap ice cream sambil duduk santai berdua."Wah senang sekali bisa belanja hari ini". ucap Hafsa tersenyum sumringah sambil menikmati ice cream nya."Iya aku juga senang." balas Melati dengan senyum sumringah pula"Tapi ada yang lebih membuatku senang." sela Hafsa membuat Melati bereaksi."Wah apa itu?" tanya Melati penasaran."Sebentar lagi Elang bisa melihat." ucap Hafsa antusias."Wah yang benar sa". Melati bahkan tak percaya."Benar, sebentar lagi dia akan dioperasi. Dan kau tau aku tanya siapa orang yang pertama kali ingin dia lihat saat sudah bisa melihat dia jawab..." Hafsa m
Baca selengkapnya
Bab 65
"Melati sudah belum." panggil Hafsa mengetuk pintu toilet yang dimasuki Melati."Belum." jawab Melati di dalam."Kau ini lama sekali kita sudah ditunggu supir, kau ingat kalo kelamaan kita bisa kena hukuman lagi." celoteh Hafsa tiba-tiba mengingat kejadian waktu dulu.Melati langsung merespon ketika diingatkan waktu kena hukuman dulu."Ah tidak apa-apa kena hukuman juga sa, aku terima." jawab Melati malah senang.Hafsa mengernyitkan alisnya mendengar jawaban Melati, "Hih kena hukuman kau malah senang. Ya sudah aku duluan aku tunggu di mobil." lanjut Hafsa memilih keluar duluan."Oke." jawab Melati.Setelah keluar dari toilet Hafsa berjalan dengan perlahan sambil memainkan ponselnya, ya Hafsa memang jarang memainkan ponsel hanya waktu-waktu tertentu saja.Sedang fokus dengan ponselnya tanpa melihat sekitar ternyata Hafsa diikuti oleh seorang pria yang mencurigakan dia memakai pakaian serba hitam juga memakai mask
Baca selengkapnya
Bab 66
Ketika waktu makan malam tiba semua berkumpul dimeja makan termasuk Rey malam ini dia ikut makan sekaligus menginap dirumah Elang karena urusan pekerjaan yang belum selesai belum lagi Rey harus mempersiapkan operasi Elang yang sebentar lagi akan dilaksanakan.Pada saat sedang makan Sinta memperhatikan Hafsa yang cara makannya agak berbeda yang biasanya makannya cepat namun rapih tapi kali ini makannya sangat pelan. Sinta malah berfikir mungkin karena itu efek telah ditinggalkan sahabatnya secara mendadak.Sinta memang sudah diberi tahu oleh kepala pelayan tentang Melati namun dia juga ingin menanyakannya langsung pada Hafsa."Sayang, ibu mau bertanya kepadamu?" tanya Sinta saat makan belum selesai.Semua menoleh termasuk Elang."Ya mah, ada apa?" jawab Hafsa reflek.Sinta mengernyitkan alisnya dengan kata panggilan 'mah' sejak kapan Hafsa memanggil dirinya mamah bukan ibu."Mah!" ulang Sinta merasa heran.uuppssHafsa menutup mulutnya keceplosan.
Baca selengkapnya
Bab 67
Lalu Rey melihat ke lemari Melati yang tertutup rapat dia mendekati, untungnya lemari pakaiannya tidak di kunci jadi dia membukanya dan terlihatlah pakaian Melati yang masih tersimpan rapi didalamnya, tas besar pun masih ada lalu apa yang di bawa Melati untuk pulang kampung.Dia mendengar bahwa Melati dijemput dadakan oleh calonnya yang artinya tidak membawa apa-apa namun yang dia heran adalah kenapa bisa Melati mau menikah dengan orang lain sedangkan dirinya pernah bilang bahwa Melati menyukainya.Namun juga ada yang janggal, hatinya berkata bahwa Melati tidak mungkin seperti itu dia pun mencari kembali sesuatu yang menguatkan dirinya bahwa Melati hanya mempermainkannya.Rey menemukan sebuah buku yang terselip di bawah bantal lalu mengambilnya. Buku yang disampul berwarna pink bercorak volkadot dihiasi pita di pinggirnya sehingga membuat kesan manis pada pemiliknya bahkan Rey saja sampai tersenyum melihatnya.Tanpa berkata dia membuka lembaran p
Baca selengkapnya
Bab 68
Di sebuah ruangan yang begitu luas didekorasi dengan sangat indah bernuansa manly sangat terkesan karismatik.Disebuah ranjang king size nampak tertidur seorang wanita dengan sangat nyaman di baluti selimut tebal yang halus menambah kesan tenang untuk merilekskan tubuh.Dan disampingnya seorang pria tengah duduk sambil memandangi wanita yang sedang tertidur itu.Pria itu terus tersenyum sambil memandangi wajah ayu nan manis milik wanita itu karena wajah wanita itu terarah padanya.Beberapa menit kemudian wanita itu menggeliat dengan menampakkan senyum alami sehingga membuat pria yang memandanginya semakin terpesona."Kau sudah bangun cantik." ucap pria itu.Wanita itu terkesiap diam saat mengenali suara pria asing namun bukan suaminya lalu diapun menoleh dan semakin terkejut."Satria.""Iya sayang ini aku Satria." ternyata pria itu Satria, dia mendekati wanita itu yang tak lain adalah Hafsa istri Elang Rahardian
Baca selengkapnya
Bab 69
Satria memundurkan wajahnya, lalu dia menggelengkan kepalanya. Hafsa beringsut mundur dan duduk ditepian ranjang merasa bingung dengan tingkah Satria yang sekarang seperti orang tidak waras.Tapi di balik itu Satria seperti menyembunyikan sesuatu yang tentu saja Hafsa tidak tau."Aaakkk" Satria berteriak kencang sambil menjambak rambutnya.Karena Satria terus begitu membuat Hafsa merasa kasihan dengan mengumpulkan keberaniannya Hafsa bangun dan mendekati Satria dia takut kalau Satria menyakiti dirinya sendiri."Satria, kau kenapa? sudah jangan menyakiti dirimu sendiri." ucap Hafsa mencoba mengambil tangan Satria dari rambutnya.Tapi Satria tidak mengindahkan dia terus berteriak. Hafsa menjadi bingung, apa yang harus dia lakukan."Satria, kau kenapa lihat aku Sat." Hafsa terus mencoba supaya Satria berhenti.Kali ini Satria merespon dia berhenti lalu menatap Hafsa dengan tatapan sendu. Hafsa balas menatap dengan berlinang
Baca selengkapnya
Bab 70
Hafsa bersungut-sungut didalam kamar mandi karena dirinya gagal menggoda Elang."Sialan, kenapa susah sekali menggodanya? padahal sudah semua hal aku lakukan." tambahnya terus bersungut tiada henti sambil memandang cermin.Ya Elang malam itu memang tidak menyentuh Hafsa sama sekali karena dia merasa tidak nyaman dengan Hafsa sekarang apalagi jika perempuan itu yang mulai duluan, entah mengapa Elang merasa ilfil belum lagi aroma tubuh yang berbeda darinya.Jangan salah meski Elang buta tapi dia bisa membedakan sifat seseorang melalu aroma tubuh dan cara bicaranya jadi sebelum Elang memastikan sesuatu dia tidak ingin menyentuh Hafsa.Jadi dia beralasan lelah malam ini dan memilih lebih cepat tidur, alhasil Hafsa sangat kesal malam itu."Kau ini, aku kira kau sudah menaklukan pria tampan yang buta ini tapi ternyata kau tetap tidak berguna. cihh mukamu saja jelek begini mana bisa kau menaklukannya. Hem.. kenapa juga aku harus memakai wajahmu
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1
...
56789
...
13
DMCA.com Protection Status