“Fia, kamu harus makan dan segera minum obat agar rasa sakitmu berkurang.” Umi merebut sepiring nasi yang dibawa nenek. “Nenek salat dulu, ya! Biar saya yang menjaga calon mantu saya.”Aku menolak umi menyuapiku. Sebenarnya aku masih bisa makan sendiri, tetapi umi memaksa. Menjelang Maghrib, kakek datang bersama Abah Sya’roni dan Gus Azam, calon suamiku. Kakek mengatakan jika Pak RT tidak bisa hadir. Namun, pernikahan ini akan tetap berjalan sesuai rencana. Ketika azan Maghrib berkumandang, semua orang pergi ke musala untuk melaksanakan salat kecuali kakek dan nenek. Mereka sepertinya ingin mengatakan sesuatu. “Kamu tenang saja, Fia. Tidak ada yang perlu dirisaukan. Semuanya sudah selesai. Pak Rozaq tidak akan datang lagi mengganggumu. Hutang ayahmu sudah dibayar oleh calon suamimu,” ucap kakek. “Gus Azam? Bukankah dia di sini dari tadi?”“Gus Azam pulang setelah kamu ditangani di UGD. Dia lelaki yang baik dan bertanggung jawab, Fia. Nenek berharap kamu bisa menerimanya menjadi su
Baca selengkapnya