Semua Bab Tangisan Widuri: Bab 11 - Bab 20
33 Bab
Baju Bekas
Arlo tampak sangat kesal ketika melihat Widuri hanya berdiri seperti orang bodoh. “Aiiih... apa yang kamu lakukan di sana, ayo masuk! Ini rumahku. Dan sekarang untuk beberapa waktu juga akan jadi rumahmu. Jadi cepatlah masuk. Aku sudah sangat gerah,” ucap Arlo sembari kembali ke arah Widuri. Kemudian menarik tangan Widuri dengan sangat kuat sehingga membuat tubuh Widuri terhuyung ke depan. Dan terpaksa melangkah dengan setengah berlari untuk mengimbangi langkah Arlo yang besar.Ketika mereka sampai ke depan pintu rumahnya, pintu yang terlihat begitu tinggi karena mengimbangi tinggi bangunannya. Satu orang yang berjaga di depan pintu kemudian membantu Arlo membukakan pintu, “Selamat datang tuan,” ucap orang itu. Arlo sedikit mengangguk dan masuk ke dalam rumah dengan cueknya, sementara Widuri mengikuti dari belakang. Awalnya tubuh tinggi dan kekar Arlo menutupi pandangan Widuri, namun setelah Arlo sedikit bergeser mata Widuri jadi bebas memandang.“Ya Tuhan, ini benar –benar rumah? In
Baca selengkapnya
Aku Sedang Tidak Berbusana
Widuri yang masih merasa sebagai pendatang di rumah itu, masih terus berdiri tanpa mau duduk di sofa dalam ruang tamu itu. Juga sangat takut berjalan walau hanya untuk berkeliling. Widuri takut jika salah –salah dia akan kembali membuat masalah yang akan membuat Clara marah. Atau sekedar rasa takut kalau –kalau ada barang yang hilang dan dirinya lah tersangka pertama. Cukup lama menunggu yang kemudian Ningsih dan Clara kembali datang. “Kamu masih berdiri di sana Widuri? Sepertinya kamu tidak berpindah walau hanya satu senti saja?” ucap Clara. “Saya tidak tahu harus berbuat apa di rumah ini!” Ucap Widuri singkat. “sepertinya kamu sudah mulai berhati –hati. Bagus kalau begitu. Ini! Gantilah bajumu dengan ini.” Ucap Clara dengan sedikit menengang coper yang di bawah oleh Ningsih. Lalu Clara membalikkan badannya untuk kembali ke rumah utama. “Tunggu dulu!” cegah Widuri pada Clara. Mendengar Widuri, Clara menoleh. “Apa orang –orang di sini mengetahui siapa aku? Sebagai siapa orang –ora
Baca selengkapnya
Lupakan Amarahmu Mas
“Ahhh... Apa yang mas katakan?” Teriak Widuri sembari menutup telinganya dan mulai berjongkok ketakutan. Widuri benar –benar tidak menginginkan kejadian itu terjadi secepat itu. “Ada apa? Apa aku salah jika aku ingin meminta hakku darimu?” goda Arlo lagi. “Tetapi ini tidak sesuai dengan kesepakatan yang sudah aku tandatangani, bukankah di dalam kesepakatan itu tidak akan ada yang seperti itu?” tangis Widuri akhirnya pecah. “Hahaha... kamu jangan terlalu percaya diri, aku tidak tertarik dengan tubuh kurus keringmu. Dadamu pun sepertinya rata. Aku sungguh tidak selera.” Ucap Arlo dengan segala hinaannya. Mendengar hinaan Arlo membuat Widuri geram, Widuri sontak melihat ke arah gunung kembarnya. Apa yang di katakannya? Yang seperti ini rata? Apa dia tidak mual melihat yang besarnya melebihi rata –rata. Kurus kering? Apa dia lelaki yang menyukai wanita bertubuh gempal? Itu sebabnya dia seperti tidak bernafsu juga pada Clara. Gerutu Widuri dalam hatinya. “Traaakkk...” Arlo menendang p
Baca selengkapnya
Ya Tuhan, Bagaimana Ini?
“Mas...” Widuri memegang pergelangan tangan Arlo. “Aku mohon, jagan tambah masalahku. Dengan kamu memarahinya, akan membuatnya tambah membenciku. Aku akan sangat berbahaya tinggal di sini ketika kamu tidak berada di rumah ini. Aku mohon, aku tidak masalah dengan ini.” Pinta Widuri pada Arlo. Arlo meoleh pada Widuri, lalu mengeluarkan dompetnya. “Ambil ini, ini adalah atm untukmu. Disana sudah ada saldo 150jt, dan setiap bulannya aku akan mengirimimu uang sebanyak yang aku berikan pada Clara. Itu nafkahku untukmu. Kamu tidak perlu memberi tahu Clara tentang ini, karena jika dia mengetahuinya, bisa saja dia merampasnya darimu. Itu adalah hakmu dan pertahankan apa yang menjadi milikmu!” ucap Arlo sembari memberikan sebuah kartu Atm pada Widuri. “Dan satu lagi, gunakan ini untuk menghubungiku. Di dalamnya sudah aku simpan nomor teteponku. Dan ini juga sudah ada paket internet. Kamu bisa menggunakannya untuk melihat jejaring sosialmu agar kamu tidak suntuk berada di sini.” Ucap Arlo lagi
Baca selengkapnya
Aku Yang Memilih?
Setelah Clara naik, Arlo menutup pintunya dan kembali membuka pintu bagian depan penumpang. “Widuri, masuklah! Duduklah di depan.” Titah Arlo. “Ta... tapi...” Widuri terlihat ragu, karena takut amarah Clara. Namun Arlo menatamnya dengan sangat kejam membuat Widuri tidak mampu berkata –kata lagi, sehingga dengan cepat Widuri masuk.Awalnya Clara masih tenang, karena dia berfikir Arlo akan duduk bersamanya di belakang, namun ternyata Arlo masuk di bagian pengemudi.“Sayang... kenapa kamu di sana? Harusnya kamu duduk di sampingku, atau aku yang di depan. Suruh saja Darsono yang mengemudi. Dan duduklah di sampingku sayang,” Ucap Clara.“Diamlah Clara, jangan buat aku sakit kepala mendengar kecemburuanmu itu. Darsono sudah sangat lelah, biarkan dia istirahat. Kalau kamu mau duduk di depan silahkan! Tapi jangan berisik jika kamu kembali di tumpahi isi perut Widuri.” Mendengar perkataan Arlo membuat Clara hanya terdiam, dan terpaksa menerima apa yang sudah Arlo perintahkan. Arlo kemudian me
Baca selengkapnya
Makan Steak
Cukup banyak pakaian yang di belikan Arlo untuk Widuri malam ini. “Mas, aku rasa ini sudah terlalu banyak. Lihat! Apa mas mau membuat toko pakaian di rumah? Buat apa pakaian sebanyak itu mas? Kalau tidak terpakai kan sayang uangnya.” Ucap Widuri hati-hati.Lagi-lagi Arlo menatapnya dengan tatapan tajamnya. Dan setiap tatapan itu di layangkan Arlo, Widuri langsung diam tampa kata.“pakai ini! Ganti bajumu itu sekarang! Aku sangat terganggu jika ada dua Clara di hadapanku. Dengan kamu menggunakan pakaian Clara membuat aku memandangmu sebagai duplikat Clara.” Titah Arlo pada Widuri. Sembari menyodorkan mini dress bewarna navi.Widuri mengambil baju itu dan meminta karyawan butik untuk mengantarnya ke ruang ganti.Sesaat, Widuri akhirnya keluar dari ruang ganti dan melangkah mendekati Arlo yang berada di depan kasir. Arlo baru saja memasukkan kartu yang di gunakannya untuk membayar semua tagihan belanjaan Widuri sembari memutar tubuhnya ke arah Widuri.Arlo melihat kaki yang menggunakan s
Baca selengkapnya
Jangan Baper
“Mas Arlo... Apa yang membuatmu ke sini?” Tanya Widuri yang mulai khawatir dengan apa yang akan Arlo lakukan padanya.“Aku sudah mengetok pintumu berulang kali tetapi kamu tidak menyahutku. Aku hanya ingin katakan, jangan baper dengan apa yang aku lakukan malam ini. Aku tidak akan menyukaimu sampai kapanpun. Apa yang aku lakukan malam ini hanya dasar kemanusiaan semata. Dan karena mengingat aku sekarang adalah suamimu. Itu saja!” Jelas Arlo.“Hanya itu yang ingin kamu sampaikan mas?” Tanya Widuri polos.“Ya... Benar! Apa kamu mau mengatakan sesuatu padaku...?” ucap Arlo cuek.“Hanya untuk itu kamu mau menghabiskan energi mu untuk berjalan ke sini?” tanya Widuri lagi.“Oh... Itu... Aku hanya sedang tidak bisa tidur... Jadi aku berjalan-jalan sebentar, dan...” belum sempat Arlo melanjutkan Widuri melanjutkan pembicaraan Arlo.“Tenang saja kamu mas. Aku tau posisiku,
Baca selengkapnya
Di Rumah Sakit
“Mas! Bangun mas!” Mendengar teriakan Clara yang menggelegar membuat Widuri dan Arlo terbangun.Arlo seketika duduk dari pangkuan Widuri, “Aiihh... Maafkan aku Widuri. Aku ketiduran di pahamu, pasti itu sangat tidak nyaman. Sudah jam berapa ini?” Tanya Arlo tanpa menghiraukan Amarah Clara.“Sudah jam setengah 9 mas! Apa yang membuatmu ke sini? Pasti wanita jalang ini telah menggodamu?” Teriak Clara sembari menarik rambut Widuri hingga Widuri tersungkur.“Sudah Clara, jangan ribut. Aku sudah terlambat ini! Aku ada meeting pukul 9. Tolong telepon kan sekretarisku untuk mengundurnya setengah jam lagi.” Ucap Arlo sembari berjalan meninggalkan kamar Widuri.“Awas kamu Widuri, aku akan memberimu perhitungan nanti.” Ucap Clara sembari mengikuti langkah Arlo.Ketika sampai di kamar Arlo segera bersiap-siap. Sementara Clara terus menguntitnya. “Ini bukan salahnya! Jadi aku tidak ingin mendeng
Baca selengkapnya
Kompor bagi Isma
“Bolehkah, mbak mengirimkannya padaku saja? Bukankah aku yang menjalani ini semua? Jadi yang berhak untuk mendapatkan uang itu adalah aku, bukan ibuku.” Ucap Widuri.Mendengar ucapan Widuri membuat Clara tersenyum sinis. “Sekarang kamu baru memperlihatkan sifat aslimu. Ternyata kamu sama saja, kamu juga sangat matre.”"Aku tidak peduli apa penilaian mbak ke aku, yang pasti aku hanya ingin memastikan uang itu di pergunakan ibuku untuk biaya pengobatan ayahku. Bukankah mbak sendiri tahu, bahwa tujuanku menandatangani kesepakatan itu semata-mata untuk membiayai pengobatan ayahku." Ucap Widuri."Tetapi ibumu dan aku yang membuat kesepakatan." jawab Clara jutek."Salah! kamu membuat kesepakatan itu denganku, karena aku yang menandatangani surat itu. ibuku hanya pelantara saja." Ucap Widuri lagi."Baiklah! berikan nomor rekeningmu!" titah Clara lagi."Aku belum mempunyai nomor rekening, bantu aku membuatnya." pinta Widuri pada Clara."Uuh... kamu benar-benar memerintahku WIduri, kamu fikir
Baca selengkapnya
Kak Tasya?
"28 menit! aku lebih cepat dari waktu yang mbak berikan," Ucap Widuri ketika memasuki mobil Clara. Clara diam saja dan langsung melajukan mobilnya. "Tadi Mas Arlo telepon aku, katanya nomor Mbak di hubungi tidak bisa. Sibuk katanya." Mendengar perkataan Widuri Clara menoleh kesal padanya. "Mas Arlo cuma bilang, dia malam ini akan pulang terlambat bahkan mungkin sampai pagi. Dan menyuruh Mbak untuk tidak menunggunya. Mas Arlo akan pergi bersama teman-temannya merayakan goalnya salah satu proyeknya. Dan dia memintaku untuk menyampaikannya pada mbak," ucap Widuri lagi. "Mmm..." Clara hanya mendengus pada Widuri. Yes... mas Arlo tidak pulang hari ini, setelah ini aku bisa kumpul bersama teman-temanku, sore ini mereka mengajakku ke Singapur dan pulang besok. Bagaimana mungkin aku tidak ikut. Gumam Clara dalam hatinya. Kemudian Clara mulai menelepon Sindy, yang mengajaknya melalui telepon tadi saat Widuri menemui Ducan. "Sindy, aku berubah fikiran. Aku ikut dengan kalian jangan lupa pes
Baca selengkapnya
Sebelumnya
1234
DMCA.com Protection Status